Rumah Dara: Bunda Horor Akhirnya Turun Gunung
Minggu, 24 Januari 2010
Minggu, Januari 24, 2010
,
0 Comments
Label: Film 2010 , Horror , Indonesia , Review , Thriller
Label: Film 2010 , Horror , Indonesia , Review , Thriller
Setelah beberapa kali mengalami perubahan tanggal rilis di Indonesia, film thriller karya The Mo Brothers akhirnya beredar juga di bulan pertama tahun 2010 ini. Pergantian judul juga terjadi pada film yang sebelumnya diberi titel “Macabre” ini, mungkin karena dianggap kurang komersil dan susah dilafalkan. “Rumah Dara(h)” akhirnya jadi pilihan untuk memanggil film gory Indonesia paling ditunggu2 ini, bagi yang kurang familiar bisa saja saja menebak judul baru tersebut sebagai film lanjutan dari “Ruma(h) Maida”, mungkin.
Membawa atmosfir baru ditengah peta perfilman horor Indonesia yang selalu diisi oleh tipe n kondisi yang itu2 aja, film ini adalah slasher murni yang bener2 setia pada jalurnya, alias ga selingkuh dengan terlalu banyak wanita yang hobi menjual aurat (cth: Air Terjun Pengantin). Debut film panjang dua pembuat film bertalenta ajaib Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto ini udah dapet banyak backing-an atas kualitasnya, bahkan dari pengamat film internasional. Situs2 review film luar negeri seperti Variety, FilmSchoolRejects dll udah menunjukkan kesukaan mereka pada “Macabre” alias “Rumah Dara”. Makanya keterlaluan banget kalo kita ga bisa memberikan apreasiasi lebih, padahal film2 horor kelas kacangan aja masih bisa mendapat penonton dalam jumlah lumayan besar.
Sang aktris utama Shareefa Danish, yang berhasil menghadirkan sosok kejam Dara dengan begitu meyakinkan, juga berhasil membawa pulang penghargaan aktris terbaik dari Puchon Film Festival di Korea Selatan. Ternyata bukan hanya mampu tampil konyol di The Coffee Bean Show, Danish juga menunjukkan potensi dan bakat besar untuk menggantikan posisi ratu horor di tanah air lewat film ini. Buktikan aja, siapa yang ga merinding melihat sosok, mimik wajah dan mendengar suara berat yang disematkannya pada karakter ibu Dara.Cerita dimulai dengan memperkenalkan kita pada banyak tokoh, mulai dari Adjie dan istrinya Astrid yang sedang hamil tua, juga teman2 mereka yaitu Jimi, Alam dan Eko. Ada lagi adik Adjie, Ladya yang masih menyimpan rasa sakit hati pada sang kakak atas peristiwa di masa lalu. Saat menelusuri jalanan sepi ditengah hujan lebat, mobil yang ditumpangi para tokoh ini terhenti karena sosok wanita misterius yang mengaku habis dirampok tiba2 muncul. Rasa kasihan membuat mereka tidak tega untuk tidak mengantar sang wanita yang ternyata bernama Maya itu ke tempat kediamannya. Sesampainya mereka disana, sebuah rumah tua, besar dan cukup menyeramkan, segera kita dipertemukan dengan sang ibu Dara yang diakui Maya sebagai ibu kandungnya. Untuk mengungkapkan rasa terima kasih karena telah mengantar anaknya, Dara pun menjamu para tamu penolong itu. Tak kuasa menolak, tanpa sadar Adjie dkk telah masuk dalam perangkap laba2 beracun penghuni rumah tersebut. Ternyata selain Maya, ibu Dara masih punya anak2 yang lain yaitu Adam dan Armand. Dan ternyata mereka pun sama sakit jiwanya seperti ibu dan saudari mereka. Jadi siapakah yang bisa lepas dari perangkap maut sang pemilik rumah Dara yang haus dara dan daging manusia segar ini. Tonton sendiri untuk mengetahuinya, tapi dengan syarat harus kuat jantung dan perut, karena begitu banyak adegan berlumuran darah yang bakalan memperlihatkan betapa sadisnya kasus2 mutilasi yang sebelumnya hanya kita dengar lewat siaran berita di televisi.Cerita yang digulirkan disini sebenarnya cukup standar dan mungkin adalah plot ideal bagi film bertema sejenis, tapi akting total para pemain dan kemampuan para sineas mengatur intensitas setiap adegan yang benar2 membuat “Rumah Dara” begitu menghibur sekaligus layak untuk ditonton. Spesial efek terutama di segi make-up juga tampil total dan tidak berkesan murahan. Sama sekali ga kalah bila dibandingkan dengan yang ditampilkan dalam film slasher kelas Hollywood seperti “Saw”, “Friday the 13th” dll. Salut buat Mo Brothers yang berhasil menunjukkan profesionalisme mereka di film debut ini. Salut juga buat keberanian mereka untuk mendobrak keklisean dan mengambil resiko, dengan melepaskan sosok monster Dara yang tampaknya pantas jadi ikon horor baru di tanah air.
Membawa atmosfir baru ditengah peta perfilman horor Indonesia yang selalu diisi oleh tipe n kondisi yang itu2 aja, film ini adalah slasher murni yang bener2 setia pada jalurnya, alias ga selingkuh dengan terlalu banyak wanita yang hobi menjual aurat (cth: Air Terjun Pengantin). Debut film panjang dua pembuat film bertalenta ajaib Kimo Stamboel dan Timo Tjahjanto ini udah dapet banyak backing-an atas kualitasnya, bahkan dari pengamat film internasional. Situs2 review film luar negeri seperti Variety, FilmSchoolRejects dll udah menunjukkan kesukaan mereka pada “Macabre” alias “Rumah Dara”. Makanya keterlaluan banget kalo kita ga bisa memberikan apreasiasi lebih, padahal film2 horor kelas kacangan aja masih bisa mendapat penonton dalam jumlah lumayan besar.
Sang aktris utama Shareefa Danish, yang berhasil menghadirkan sosok kejam Dara dengan begitu meyakinkan, juga berhasil membawa pulang penghargaan aktris terbaik dari Puchon Film Festival di Korea Selatan. Ternyata bukan hanya mampu tampil konyol di The Coffee Bean Show, Danish juga menunjukkan potensi dan bakat besar untuk menggantikan posisi ratu horor di tanah air lewat film ini. Buktikan aja, siapa yang ga merinding melihat sosok, mimik wajah dan mendengar suara berat yang disematkannya pada karakter ibu Dara.Cerita dimulai dengan memperkenalkan kita pada banyak tokoh, mulai dari Adjie dan istrinya Astrid yang sedang hamil tua, juga teman2 mereka yaitu Jimi, Alam dan Eko. Ada lagi adik Adjie, Ladya yang masih menyimpan rasa sakit hati pada sang kakak atas peristiwa di masa lalu. Saat menelusuri jalanan sepi ditengah hujan lebat, mobil yang ditumpangi para tokoh ini terhenti karena sosok wanita misterius yang mengaku habis dirampok tiba2 muncul. Rasa kasihan membuat mereka tidak tega untuk tidak mengantar sang wanita yang ternyata bernama Maya itu ke tempat kediamannya. Sesampainya mereka disana, sebuah rumah tua, besar dan cukup menyeramkan, segera kita dipertemukan dengan sang ibu Dara yang diakui Maya sebagai ibu kandungnya. Untuk mengungkapkan rasa terima kasih karena telah mengantar anaknya, Dara pun menjamu para tamu penolong itu. Tak kuasa menolak, tanpa sadar Adjie dkk telah masuk dalam perangkap laba2 beracun penghuni rumah tersebut. Ternyata selain Maya, ibu Dara masih punya anak2 yang lain yaitu Adam dan Armand. Dan ternyata mereka pun sama sakit jiwanya seperti ibu dan saudari mereka. Jadi siapakah yang bisa lepas dari perangkap maut sang pemilik rumah Dara yang haus dara dan daging manusia segar ini. Tonton sendiri untuk mengetahuinya, tapi dengan syarat harus kuat jantung dan perut, karena begitu banyak adegan berlumuran darah yang bakalan memperlihatkan betapa sadisnya kasus2 mutilasi yang sebelumnya hanya kita dengar lewat siaran berita di televisi.Cerita yang digulirkan disini sebenarnya cukup standar dan mungkin adalah plot ideal bagi film bertema sejenis, tapi akting total para pemain dan kemampuan para sineas mengatur intensitas setiap adegan yang benar2 membuat “Rumah Dara” begitu menghibur sekaligus layak untuk ditonton. Spesial efek terutama di segi make-up juga tampil total dan tidak berkesan murahan. Sama sekali ga kalah bila dibandingkan dengan yang ditampilkan dalam film slasher kelas Hollywood seperti “Saw”, “Friday the 13th” dll. Salut buat Mo Brothers yang berhasil menunjukkan profesionalisme mereka di film debut ini. Salut juga buat keberanian mereka untuk mendobrak keklisean dan mengambil resiko, dengan melepaskan sosok monster Dara yang tampaknya pantas jadi ikon horor baru di tanah air.