The Hangover: Lahirnya Trio Baru Pemancing Tawa
Selasa, 01 September 2009
Selasa, September 01, 2009
,
0 Comments
Label: Film 2009 , Hollywood , komedi , Review
Label: Film 2009 , Hollywood , komedi , Review
Kebanyakan komedi yang dianggap berhasil itu ceritanya diangkat dari kenyataan sehari hari, bahkan kita menemukan beberapa humor yang ironisnya justru menertawakan tragedi kehidupan manusia. Salah satu contohnya dapat kita temukan di film komedi terbaru yang sudah masuk jajaran komedi terlaris di Amerika sana yaitu “The Hangover”. Ceritanya tentang pesta bujangan di Vegas yang berujung kacau berantakan, dimana sang pengantin pria menghilang secara misterius, setiap orang tiba2 kehilangan akal sehat mereka, dan Mike Tyson yang berusaha mendapatkan harimaunya kembali.
Ya, mungkin beberapa dari kita ada yang pernah mengalami malam2 kacau seperti ini, tetapi mungkin tidak se-ekstrim apa yang digambarkan dalam “The Hangover”. Namun disitulah letak kekuatan sebuah komedi yang melebih2kan segala hal guna menyajikan humor2 wahid pengocok perut. Film satu ini begitu lucu karena meng-humoriskan ritual budaya, sebuah tradisi Amerika, yang mana sangat dekat dengan kebanyakan orang disana (dan mungkin beberapa orang di negeri ini juga menganggapnya lucu). Kesialan demi kesialan yang menimpa para tokoh utamanya juga masih tetap menjadi komoditi utama pemancing tawa. Trik ini sebenarnya sudah bukan barang baru lagi. Malahan bisa dibilang sumber lelucon yang satu ini sama tuanya dengan humor itu sendiri. Sebagai buktinya tonton aja komedi produksi Indonesia saat ini juga humor khas Warkop di masa jayanya dulu. Bedanya, “The Hangover” tak terjebak humor slapstick yang biasanya dikonotasikan dengan humor murahan.
Meskipun belum begitu tepat untuk mengklaim film ini sebuah sebuah karya yang brilian (baik dari segi sebagai sebuah komedi ataupun studi karakter), namun dari awal kehadirannya, film ini telah berhasil menemukan pijakan yang tepat sebagai sebuah komedi dan terus mengalirkan cerita yang stabil dan menarik untuk dinikmati. Terlebih lagi, jujur aja “The Hangover” hadir layaknya udara segar di tengah film2 komedi stereotip lainnya, dimana keadaan ini juga langsung memantapkan dirinya sebagai salah satu komedi terbaik untuk konsumsi penonton dewasa pada dekade ini.
Alasannya sederhana aja yang membuat “The Hangover” sukses melucu, karena karakter2 yang dihadirkannya memang benar2 lucu dan juga vulgarismenya. Kita tertawa saat menonton kemalangan para karakter dalam film ini karena kita menyukai dan berempati pada mereka. Apakah mereka stereotip? Pada tingkatan tertentu, iya, kita punya si cowok penakut yang selalu tunduk pada perintah pacarnya, Stu (Ed Helms); si unik dan serampangan Alan (Zach Galifianakis); dan si pencinta wanita yang kepercayaan diri dan penampilannya langsung mendaulat dirinya sebagai pemimpin trio gila ini, Phil (Bradley Cooper). Masing2 aktor utama ini menampilkan akting yang menawan, meskipun mereka belum punya nama besar di genre ini. Mereka juga mampu menampilkan peran mereka dengan sangat meyakinkan dan natural walaupun ditengah2 berbagai adegan gila sekalipun.
Helms dengan kenaifannya sanggup menciptakan kesegaran tersendiri bagi setiap adegan, disini pula si aktor kurang ternama sebelum tampil dalam film ini mempertunjukkan semua talentanya yang tidak bisa dianggap enteng. Cooper memanfaatkan tampang dan penampilannya, dia berhasil membelokkan tipikal figur seorang tokoh utama pria baik2 dan tampan menjadi si tolol, canggung, dan naïf tetapi juga punya narsisme tinggi. Galifianakis membawakan tipikal komedian gendut yang suka bertindak dan hidup semau gue, disini dia mendapatkan bagian yang menyumbangkan kelucuan terbanyak bagi jalan cerita. Chemistry yang hadir diantara ketiganya juga bisa dibilang kuat dan yang menjadikan kita sebagai para penonton secara tidak sadar semakin masuk kedalam alam absurditas yang mereka bangun.
Film ini merupakan komedi dewasa karya Todd Phillips yang sebelumnya sukses dengan film-film bergenre sama seperti 'Road Trip' dan 'Old School'. Bila dibandingkan dengan karya2 sebelumnya, jelas terlihat semakin matangnya Todd dalam meramu genre spesialisasinya ini. Yang jelas misinya untuk membuat penonton tertawa terbahak-bahak kembali berjalan dengan lancar dan sukses besar.
“The Hangover” pastinya ditakdirkan untuk hadir menjadi karya komedi terbaik dan tersukses di tahun 2009 ini, dan selebihnya, akan menjadi sebuah cult comedy di tahun2nya mendatang. Dan ketika kita hidup di tengah era perfilman yang semakin dipenuhi oleh sekuel2 ga’ penting, gue justru berharap bisa menyaksikan penampilan trio kocak ini lagi di film lanjutaannya. Dan itu adalah suatu hal yang jarang muncul di pikiran gue selesai menyaksikan sebuah film.
Ya, mungkin beberapa dari kita ada yang pernah mengalami malam2 kacau seperti ini, tetapi mungkin tidak se-ekstrim apa yang digambarkan dalam “The Hangover”. Namun disitulah letak kekuatan sebuah komedi yang melebih2kan segala hal guna menyajikan humor2 wahid pengocok perut. Film satu ini begitu lucu karena meng-humoriskan ritual budaya, sebuah tradisi Amerika, yang mana sangat dekat dengan kebanyakan orang disana (dan mungkin beberapa orang di negeri ini juga menganggapnya lucu). Kesialan demi kesialan yang menimpa para tokoh utamanya juga masih tetap menjadi komoditi utama pemancing tawa. Trik ini sebenarnya sudah bukan barang baru lagi. Malahan bisa dibilang sumber lelucon yang satu ini sama tuanya dengan humor itu sendiri. Sebagai buktinya tonton aja komedi produksi Indonesia saat ini juga humor khas Warkop di masa jayanya dulu. Bedanya, “The Hangover” tak terjebak humor slapstick yang biasanya dikonotasikan dengan humor murahan.
Meskipun belum begitu tepat untuk mengklaim film ini sebuah sebuah karya yang brilian (baik dari segi sebagai sebuah komedi ataupun studi karakter), namun dari awal kehadirannya, film ini telah berhasil menemukan pijakan yang tepat sebagai sebuah komedi dan terus mengalirkan cerita yang stabil dan menarik untuk dinikmati. Terlebih lagi, jujur aja “The Hangover” hadir layaknya udara segar di tengah film2 komedi stereotip lainnya, dimana keadaan ini juga langsung memantapkan dirinya sebagai salah satu komedi terbaik untuk konsumsi penonton dewasa pada dekade ini.
Alasannya sederhana aja yang membuat “The Hangover” sukses melucu, karena karakter2 yang dihadirkannya memang benar2 lucu dan juga vulgarismenya. Kita tertawa saat menonton kemalangan para karakter dalam film ini karena kita menyukai dan berempati pada mereka. Apakah mereka stereotip? Pada tingkatan tertentu, iya, kita punya si cowok penakut yang selalu tunduk pada perintah pacarnya, Stu (Ed Helms); si unik dan serampangan Alan (Zach Galifianakis); dan si pencinta wanita yang kepercayaan diri dan penampilannya langsung mendaulat dirinya sebagai pemimpin trio gila ini, Phil (Bradley Cooper). Masing2 aktor utama ini menampilkan akting yang menawan, meskipun mereka belum punya nama besar di genre ini. Mereka juga mampu menampilkan peran mereka dengan sangat meyakinkan dan natural walaupun ditengah2 berbagai adegan gila sekalipun.
Helms dengan kenaifannya sanggup menciptakan kesegaran tersendiri bagi setiap adegan, disini pula si aktor kurang ternama sebelum tampil dalam film ini mempertunjukkan semua talentanya yang tidak bisa dianggap enteng. Cooper memanfaatkan tampang dan penampilannya, dia berhasil membelokkan tipikal figur seorang tokoh utama pria baik2 dan tampan menjadi si tolol, canggung, dan naïf tetapi juga punya narsisme tinggi. Galifianakis membawakan tipikal komedian gendut yang suka bertindak dan hidup semau gue, disini dia mendapatkan bagian yang menyumbangkan kelucuan terbanyak bagi jalan cerita. Chemistry yang hadir diantara ketiganya juga bisa dibilang kuat dan yang menjadikan kita sebagai para penonton secara tidak sadar semakin masuk kedalam alam absurditas yang mereka bangun.
Film ini merupakan komedi dewasa karya Todd Phillips yang sebelumnya sukses dengan film-film bergenre sama seperti 'Road Trip' dan 'Old School'. Bila dibandingkan dengan karya2 sebelumnya, jelas terlihat semakin matangnya Todd dalam meramu genre spesialisasinya ini. Yang jelas misinya untuk membuat penonton tertawa terbahak-bahak kembali berjalan dengan lancar dan sukses besar.
“The Hangover” pastinya ditakdirkan untuk hadir menjadi karya komedi terbaik dan tersukses di tahun 2009 ini, dan selebihnya, akan menjadi sebuah cult comedy di tahun2nya mendatang. Dan ketika kita hidup di tengah era perfilman yang semakin dipenuhi oleh sekuel2 ga’ penting, gue justru berharap bisa menyaksikan penampilan trio kocak ini lagi di film lanjutaannya. Dan itu adalah suatu hal yang jarang muncul di pikiran gue selesai menyaksikan sebuah film.
0 Response to "The Hangover: Lahirnya Trio Baru Pemancing Tawa"
Posting Komentar
SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR ANDA... JANGAN RAGU RAGU DAN MALU MALU, KAMI SIAP MENAMPUNG UNEG UNEG ANDA TENTANG POSTINGAN MAUPUN TAMPILAN BLOG KAMI... SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI UCAPKAN THANK YOU SO MUCH..!