District 9: Fiksi Ilmiah Brilian yang Ditunggu tunggu

Film “District 9” bisa dibilang sebagai salah satu terobosan terbaik Hollywood tahun ini. Mempesona banyak kalangan pers saat ditayangkan perdana di ajang promosi Comic Con San Diego, film fiksi ilmiah yang diproduseri oleh Peter Jackson ini langsung menjadi buah bibir hingga masa edarnya Agustus – September kemarin. Dengan biaya produksi yang bisa dibilang cukup irit di industri perfilman sana yaitu US$30 juta saja, film ini berhasil melampaui apa yang telah ditawarkan oleh film2 lain berbujet super super wow (salah satu contoh adalah “Transformers 2” dengan bujet US$200 juta tapi tampil sangat tidak memuaskan).

Cerita yang digulirkan “District 9” berpusat pada seorang tokoh agen MNU (Multi-National United) yang ditugaskan untuk memimpin operasi pengumpulan persetujuan para alien (Non Humans alias “Prawns”) untuk dipindahkan dari pusat kota di Afrika Selatan ke daerah pinggiran. Ketegangan dimulai saat tokoh utama ini justru terinfeksi bioteknologi alien dan menjadikannya buruan utama MNU. Mau tidak mau, dia harus menyelamatkan diri ke tempat bertahan para alien tadi yaitu District 9. Karya film panjang perdana sineas asal Afrika Selatan, Neil Blomkamp ini benar2 kreatif dalam menyajikan sebuah topik yang jarang diperhatikan pembuat cerita lain. Dan mungkin hal inilah yang membuat sineas sebeken dan setenar Peter Jackson begitu kukuh untuk memproduksi film ini. Topik yang ingin menempatkan para makhluk asing alias Alien pada posisi derajat dan keadaan yang sama dengan umat manusia disini memang benar2 mumpuni.


Para alien dalam film ini tidak dikreasikan Blomkamp untuk tampil lebih pintar ataupun lebih bodoh. Selain wujud fisiknya yang memang sangat jauh berbeda, sifat dan nurani mereka benar2 mirip manusia. Mereka bisa sedih, frustasi, despresi, dan merana karena terdampar di tempat yang sangat jauh dari habitat asli mereka. Kenyataan yang mengharuskan mereka hidup layaknya budak di perkampungan kumuh, dalam lingkungan yang tidak layak dan sarat kriminalitas tampak sangat mirip dengan keadaan kaum penduduk asli Afrika dimasa2 berlakunya sistem apartheid.

Dihadirkan dengan muatan politis yang sangat kental di babak2 awal, “District 9” juga dibawakan dengan gaya mockumentary (dokumenter fiktif) yang cukup intens di 1 jam pertama. Babak ini memperkenalkan kita dengan kawasan Afrika Selatan itu paska kehadiran sebuah pesawat alien di tahun 1990 yang dimana akhirnya manusia mendirikan sebuah badan bernama MNU yang menawarkan diri untuk menjadi sukarelawan dalam penggusuran wilayah tinggal para alien terdampar di District 9. Style ala documenter itu yang justru menjadikan cerita dalam film ini berasa nyata dan penonton pun seolah2 menonton tayangan berita di televisi yang sedang menyiarkan sebuah kejadian non fiktif. Mood ini kemudian dibawa untuk mencerna berbagai adegan aksi spektakuler yang mengisi babak2 pertengahan dan akhir film ini, yang tentunya menjadikan semuanya lebih seru dan menegangkan.


Sang tokoh sentral yang diperankan dengan sangat natural oleh bintang baru bernama Sharlto Copley juga menjadi faktor unggul film ini. Perkembangan karakternya disajikan dengan sangat baik, mulai saat dirinya menjadi salah satu manusia yang membenci dan mengganggap rendah para alien, kemudian terinfeksi dan mengharuskannya mengungsikan diri ke habitat alien. Sang agen MNU ini merasa bingung dengan apa yang harus dilakukannya dan siapa yang sebenarnya harus dipercaya. Kenyataan bila dirinya telah terinfeksi dan pelan2 mulai menjadi individu alien itu akhirnya membuatnya bisa merasakan apa yang sebenarnya dirasakan para alien terbuang ini. Dan kenyatan yang menimpa dirinya itu justru dianggap tragis oleh orang2 yang diwawancara dalam babak dokumenter film ini. Mereka selalu menyebutkan seorang agen MNU yang seolah2 mengalami sesuatu yang sangat mengenaskan. Karena itu, semakin jauh kita mengikuti jalan ceritanya maka akan dibuat semakin penasaran kita pada apa yang akan terjadi pada tokoh utama kita ini.


Akhirnya, ending yang disajikan oleh Blomkamp juga terasa sangat pas dengan apa yang telah dibeberkan sejak adegan awal. No happy ending for sure tetapi kita bisa menarik beberapa hal sebagai pembelajaran dan menyadari sebuah kesimpulan baru tentang keberadaan para Alien. So, “District 9” memang sebuah tontonan yang sangat segar ditengah gempuran film2 lainnya yang memang hanya mengandalkan kecanggihan spesial efek belaka. Film satu ini justru membuktikan bila sisi penceritaan, tema dan detil desain juga adalah hal yang sangat penting. Meskipun begitu, kita juga tidak bakal dikecewakan oleh divisi spesial efek film ini karena ternyata dengan bujet minim tadi, efek yang dihadirkan ternyata tidak kalah rapi dan mengagumkan dibandingkan film2 fiksi ilmiah yang telah hadir di tahun 2009 ini.

Nilai: 8,5/10 (Memuaskan!)

1 Response to "District 9: Fiksi Ilmiah Brilian yang Ditunggu tunggu"

  1. Anonim says:

    bakal dapat nominasi oscar nih film kren bgt fresh. budget rendah tdk mwnghalangi kretifitas

Posting Komentar

SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR ANDA... JANGAN RAGU RAGU DAN MALU MALU, KAMI SIAP MENAMPUNG UNEG UNEG ANDA TENTANG POSTINGAN MAUPUN TAMPILAN BLOG KAMI... SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI UCAPKAN THANK YOU SO MUCH..!

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme