Siaga Film : Modus Anomali

Modus Anomali
Film Indonesia sepertinya semakin menunjukan prestasinya di kancah perfilman Internasional. Setelah film The Raid yang telah malang melintang di berbagai festival film bergengsi di dunia bahkan sebelum filmnya resmi dirilis di Indonesia, kini satu lagi film Indonesia yang berhasil mengharumkan nama perfilman Indonesia.

Film Indonesia terbaru ini berjudul Modus Anomali. Film bergenre thriller, "Modus Anomali", diputar perdana di South by SouthWest (SXSW) Film Festival di Austin, Amerika Serikat pada 09-17 Maret lalu. . Film tersebut tayang pada section 'Midnighters. Section ini adalah bagian acara khusus menampilkan film-film terpilih ber-genre fantastik untuk ditayangkan pada tengah malam.

'Modus Anomali' tayang bersama film lainnya, seperti 'The Aggression Scale', 'Citadel, 'Girls Against Boys', 'Intruders', 'Iron Sky', 'Johttp://www.blogger.com/img/blank.gifhn Dies At The End', dan 'The Tall Man'. Beberapa tanggapan positif pun datang dari kritikus dan blogger film di Amerika Serikat.

“A memorable entry to the serial killer niche with playful twists and a unique premise,” ujar Peter Hall dari Movies.com.

Senior programmer and operations manager SXSW, Jarod Neece, mengungkapkan film-film tersebut merupakan jenis tontonan yang akan membuat pemirsa ketakutan. Ia mengaku ingin menyajikan bakat-bakat baru di dunia film horor. Jarod pun sempat memuji "Modus Anomali" yang menurutnya pantas untuk diperhitungkan.

"Sebagai pendatang baru, Joko Anwar dari Indonesia telah membuat film thriller psikologi yang sangat gila, ada banyak aksi di film itu," ungkap Jarod menjelaskan alasan terpilihnya "Modus Anomali". "Film ini menjadi bahan perbincangan seru dalam tim kami."

Jarod mengaku tim-nya berusaha menebak-nebak alur cerita film itu yang benar-benar tak bisa diduga. "Beberapa orang tak bisa menebak apa yang akan terjadi dan yang lain punya opini berbeda tentang alur ceritanya. Ini jenis film yang menimbulkan paranoid, suram dan sesak," ujar Jarod.

Modus Anomali
SXSW sendiri merupakan festival film dan musik interaktif terbesar kedua di Amerika Serikat. Jejaring sosial Twitter dan aplikasi geotagging Foursquare, mulai dikenal dan banyak digunakan pada acara SXSW.

Sepanjang acara SXSW (9 sampai 18 Maret), film yang diproduksi oleh LifeLike Pictures ini diputar sebanyak empat kali.

Modus Anomali jadi salah satu film yang diputar empat kali. Padahal kebanyakan film lain hanya diputar tiga kali," ungkap Joko usai memutar behind the scene Modus Anomali di acara GeekFest di Sasana Budaya Ganesa Bandung.

Nah, dari empat kali pemutaran itu, semua tiket habis terjual dan setiap teater berkapasitas 300 orang. "Jadi, ada sekitar 1200 orang yang menonton Modus Anomali," tambahnya.


Modus Anomali, yang ber-genre psychological thriller, memang dengan mudah diterima orang AS karena dialognya menggunakan bahasa Inggris. "Kenapa bahasa Inggris? Karena bisa dibilang dialognya sedikit, dan banyak kata-kata yang tidak enak didengar jika menggunakan bahasa
Indonesia," ujar Joko.

Seperti film Joko pada umumnya, ia tak ingin memberi identitas waktu dan tempat dalam cerita filmnya. Uniknya, Joko tidak memberikan pengenalan karakter yang mendalam kepada tokoh utama yang diperankan Rio Dewanto, dan tokoh-tokoh lainnya. Di sini, Joko juga mengurangi penggunaan properti.

Menurut Sheila Timothy selaku produser LifeLike Pictures, proses shooting Modus Anomali dilakukan selama 10 hari di hutan di Gunung Pancar Sentul, Jawa Barat, bulan November 2011.

Untuk menyesuaikan diri dengan lokasi shooting, para pemain dan kru film pun melakukan latihan fisik sebelum shooting dimulai.

LifeLike Pictures juga sedang melakukan negosiasi dengan dua distributor film internasional kenamaan, agar Modus Anomali bisa tayang di bioskop-bioskop Amerika Utara.

Bulan Juli 2011 lalu, film 'Modus Anomali' juga memenangkan penghargaan Bucheon Award di ajang Network of Asian Fantastic Films (NAFF) yang merupakan bagian dari Puchon International Fantastic Film Festival di Korea Selatan.

Joko Anwar bertindak sebagai sutradara dan penulis naskah film ini sekaligus. Film yang diproduseri Sheila Timothy itu juga akan dimeriahkan Rio Dewanto, Hannah Al Rashid, Izziati Amara Isman, Aridh Tritama, Surya Saputra dan Marsha Timothy. Di Indonesia, "Modus Anomali" akan dirilis April mendatang. Sayangnya , film Modus Anomali merupakan film thriller terakhir yang akan disutradarai oleh Joko Anwar yang sukses dengan film Pintu Terlarang.

"Thriller terakhir gue, memang sudah dirancang seperti itu," tuturnya saat di Jakarta beberapa waktu lalu.

Tapi tenang, hal tersebut tak berlangsung seterusnya alias sementara waktu. Joko Anwar akan membuat film drama. petunjuk film berikutnya juga ada pada film Modus Anomali. "Sementara waktu Modus Anomali menjadi last thriller. Petunjuk film berikutnya juga ada kalau saksikan Modus Anomali," tambahnya.

Modus Anomali
"Modus Anomali" menceritakan tentang seorang laki-laki yang sedang berlibur dengan keluarganya di sebuah kabin di hutan. Ia lalu dikejutkan dengan kedatangan seorang tamu yang tak mereka undang.

Sebelum menyadari apa yang terjadi, laki-laki itu mendapati dirinya terpisah dari keluarganya. Dia pun mulai menemukan beberapa jam alarm yang tersebar di hutan itu dan tiba-tiba harus berpacu dengan waktu jika ingin bertemu kembali dengan keluarganya.

Modus Anomali dibuka dengan sorotan kamera yang menampilkan kesejukan suasana ekosistem hutan. Panca indera dimanjakan dengan tebaran warna daun hijau segar, pohon-pohon yang kokoh berdiri, intipan genit sinar matahari, sejumlah hewan yang berkeliaran, hingga perpaduan suara hembusan angin dan kicauan burung.

Namun ternyata semua itu hanya jebakan. Secara mengejutkan, sebuah tangan muncul dari dalam tanah. Bagian tubuhnya yang lain kemudian menyusul. Wajah pria yang diperankan Rio Dewanto itu panik, jelas sudah bahwa ia baru saja dikubur oleh seseorang. Parahnya lagi, ia tak ingat namanya sendiri. Tidak memiliki secuil petunjuk pun, pria itu berlari tak karuan hingga sampai pada sebuah kabin di mana satu mobil keluarga terparkir di depannya.

Pria itu masuk ke dalam kabin dan menemukan sebuah handycam dengan tempelan selotip bertuliskan “PRESS PLAY”. Ia menurutinya dan apa yang diputar adalah video wanita hamil yang perutnya sedang ditikam oleh seorang figur bertopeng. Ketakutan, ia berjalan pelan-pelan menjauhi televisi dan mendadak tergelincir karena lantai yang digenangi darah.

Wanita hamil tersebut ternyata tergeletak tak bernyawa di belakang pria itu. Pertanyaan demi pertanyaan langsung bermunculan. Siapa pria tersebut? Kenapa ia dikubur? Siapa wanita hamil itu? Apa yang membuat mereka ada di hutan? Dan yang terpenting, siapa pembunuh sadis itu? Namun di antara kerumunan pertanyaan tersebut, muncul pula satu pernyataan yang agak menjurus ke perkiraan: Joko Anwar akan melakukannya lagi; dan “-nya” di sini memiliki arti “memutar otak, memacu jantung, menyuguhkan sinematografi sedap dipandang, dan menampilkan banjir darah”.

Perkiraan itu terbukti tidak salah. Di sepanjang film, Joko tanpa lelah membuat penonton terus menerka dan terus diselimuti rasa tegang serta di saat bersamaan membelai setiap pasang mata yang menyaksikan Modus Anomali dengan kualitas visual juara umum, mulai dari warna hingga pergerakannya.

Untuk urusan sinematografi, Joko dibantu oleh Gunnar Nimpuno yang sebelumnya juga bertanggung jawab atas keindahan gambar pada film Sang Pemimpi. Penggunaan kamera handheld juga menjadikan Modus Anomali sebagai pengalaman menonton yang unik sekaligus menambah kesan realistis; membuat penonton seakan berada di hutan, bahu-membahu dengan karakter yang diperankan Rio Dewanto untuk bertahan hidup.

Selain penggunaan bahasa Inggris yang kurang lentur, beberapa pemeran masih menyisakan dialek Indonesia (mungkin cocok disebut bahasa Inggronesia?), Modus Anomali tidak menghasilkan poin negatif yang menonjol. Memang ada beberapa momen yang membuat dahi mengernyit, tapi itu pun masih bisa dimaafkan berkat plot yang atraktif dan efisien.

Tanpa bermaksud mendiskreditkan Rio Dewanto yang berakting luar biasa serta pemeran dan kru lainnya, tak sulit untuk menganggap Modus Anomali sebagai film yang sangat Joko Anwar. Sebuah ucapan yang biasanya hanya ditujukan untuk sutradara berstatus auteur (sineas dengan visi kreatif khas). Pertanyaan pun timbul setelah Modus Anomali mencapai kredit penutup: apakah Joko Anwar pantas disebut auteur?



Sumber : VIVAnews, KOMPAS.com , TRIBUNNEWS.COM, sidomi.com, medanbisnisdaily.com, kvltmagz.com, PosterVanJava, blitzmegaplex.com, oktomagazine.com,rollingstone.co.id

Siaga Film : The Raid : SWAT berbau Pencak Silat

The Raid (sebelum diedarkan: Serbuan Maut) adalah film aksi seni bela diri dari Indonesia yang disutradarai oleh Gareth Evans dan dibintangi oleh Iko Uwais. Sutradara Gareth Evans memang bukan orang Indonesia asli dan sama sekali tidak memiliki darah keturunan Indonesia. Namun beberapa tahun belakangan ini, dia selalu tertarik dalam membuat film-film - baik dokumenter maupun komersil - yang berhubungan dengan kebudayaan Indonesia. Menurut IMDb, Dia bekerja sama dengan aktris senior Christine Hakim dalam membuat sebuah film dokumenter berjudul "The Mystic Arts of Indonesia: Pencak Silat".

Selain diperankan Iko Uwais, film ini juga diramaikan oleh beberapa aktor lain seperti Ananda George, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Doni Alamsyah, dan Pierre Gruno.

The Raid, pertama kali dipublikasi pada Festival Film Internasional Toronto (Toronto International Film Festival, TIFF) 2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness, para kritikus dan penonton memuji film tersebut sebagai salah satu film aksi terbaik sehingga memperoleh penghargaan The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award. Film ini diputar juga pada beberapa festival film internasional berikutnya, seperti Festival Film Internasional Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film Glasgow (Skotlandia), Festival Film Sundance (Utah,AS), South by Southwest Film (SXSW, di Austin, Texas, AS), dan Festival Film Busan (Korea Selatan), menjadikannya sebagai film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.
Film ini adalah kerja sama kedua antara Evans dan Uwais setelah film aksi pertama mereka, Merantau, yang diluncurkan pada tahun 2009. Dengan proyek ini, mereka hendak menonjolkan seni bela diri tradisional Indonesia, pencak silat, dalam tata laga mereka. Penata laga untuk The Raid adalah Iko Uwais dan Yayan Ruhian, sama seperti pada Merantau, dengan sejumlah ide dari Gareth Evans sendiri.
Hak distribusi internasional dipegang oleh Nightmare Distribution. Pada saat showcase di Festival Film Cannes 2011, Sony Pictures Classic Worldwide Acquisition (yang juga mendistribusikan film "Crouching Tiger, Hidden Dragon") membeli hak pendistribusian film ini untuk kawasan Amerika Serikat dan Amerika Latin. Untuk kepentingan mempertinggi popularitas, Sony Pictures meminta Mike Shinoda (anggota Linkin Park) bersamaJoseph Trapanese untuk menciptakan musik latar bagi film versi mereka ini. Akibat permasalahan hak cipta dan rencana pembuatan trilogi, film ini dirilis di Amerika Utara oleh Sony Pictures dengan judul The Raid: Redemption. Hak pendistribusian untuk negara-negara lainnya juga telah dijual kepada Alliance (untuk Kanada), Momentum (Inggris), Madman (Australia dan Selandia Baru), SND (kawasan berbahasa Prancis), Kadokawa (Jepang), Koch (kawasan berbahasa Jerman), HGC (Cina), dan Calinos (Turki).Kesepakatan juga telah dibuat dengan para distributor dari Russia, Skandinavia, Benelux, Islandia,Italia, Amerika Latin, Korea Selatan, dan India ketika film ini sedang dipertunjukkan pada Festival Film Internasional Toronto (TIFF), Toronto, Kanada pada September 2011.

Film 'The Raid: Redemption' mendapat sambutan hangat dari para kritikus dunia. Film karya anak bangsa ini diulas di sejumlah media asing seperti Los Angeles Times,Hollywood.com, dan New York Post.

Lewat ulasannya berjudul 'Armed for the ‘Redemption’' di New York Post, kritikus film Lou Lumenick menyebut, adegan aksi di film "The Raid' brutal dan memacu adrenalin. Ia juga mengatakan, film 'The Raid' tidak ditujukan bagi penonton yang memiliki jantung lemah ataupun masalah dengan perut.

"'The Raid: Redemption' memiliki beberapa plot twist yang rapih dan sedikit banyak karakterisasi dari yang Anda harapkan dari jenis film semacam ini. Namun kebanyakan hal tersebut merupakan impian dari para pecinta laga," ujar Lumenick.

Kritikus Gary Goldstein tak ketinggalan mengulas film garapan sutradara Gareth Evans tersebut dengan tajuk 'The Raid: Redemption' is an action bonanza' di Los Angeles Times. Goldstein menilai, film 'The Raid' kaya akan adegan laga yang mengejutkan. Ia juga tak segan memuji kemampuan Evans dalam menyajikan visualiasi menakjubkan yang bisa membuat mata penonton tak teralihkan.

"Ini melelahkan, menggembirakan, hal-hal memukau yang tidak boleh dilewatkan oleh penggemar film yang dibuat dengan penuh enerjik," ujar Goldstein.

Pujian terhadap film yang dibintangi Iko Uwais ini juga datang dari kritikus film Matt Patches. Lewat ulasannya di Holywood.com, Patches mengatakan bahwa definisi film laga modern bisa diperdebatkan setelah menyaksikan film 'The Raid'.

"Tentu saja mereka memiliki adegan laga- tapi tak ada yang setara dengan apa yang telah dilakukan sutradara Gareth Evans lewat seni bela diri yang hebat sekali, koreografi dengan presisi yang tak terbayangkan," ujar Patches.

Film ini menuai banyak puji, tetapi kalau ada yang teliti akan melihat salah satu screen yang ganjil. Disalah satu adegan kerusuhan dimana seharusnya kalau ada kerusuhan mobil - mobil harusnya berhenti.

Film ini berlatarkan di jantung daerah kumuh Jakarta yang berdiri sebuah gedung apartemen tua yang menjadi markas persembunyian para pembunuh dan bandit kelas dunia yang paling berbahaya. Sampai saat ini, blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tidak tersentuh, bahkan untuk perwira polisi yang paling berani sekalipun. Diam-diam di bawah kegelapan dan keheningan fajar, sebuah tim elit polisi penyerbu berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu apartemen persembunyian tersebut untuk menyergapgembong narkotik terkenal yang menguasai gedung tersebut. Tapi ketika sebuah pertemuan dengan seorang pengintai membuka rencana mereka dan berita tentang serangan mereka mencapai sang gembong narkotik, lampu dalam gedung tiba-tiba padam dan semua pintu keluar diblokir. Terdampar di lantai enam dan tanpa jalan keluar, satuan khusus tersebut harus berjuang melawan penjahat-penjahat terburuk dan terkejam untuk bertahan hidup dalam misi penyerbuan tersebut. Sepertinya akan lebih seru kalau melihat aksinya dengan mata kepala sendiri.




Titanic 3D : Kembali dengan Luar Biasa

Titanic 3D poster
Seratus tahun yang lalu, tepatnya 15 April 1912 , kapal RMS Titanic milik White Star Line Inggris tenggelam di Samudera Atlantik utara. Sebelumnya, kapal itu menabrak gunung es dalam pelayaran perdananya dari Southhamptonn, Inggris, ke New York City, Amerika Serikat. Sebanyak 1.514 orang tewas dalam tragedi yang dinilai sebagai bencana maritim paling mematikan sepanjang sejarah itu.

Seabad tragedi tenggelamnya kapal Titanic di Samudera Atlantik utara dimanfaatkan untuk merilis film drama romantis Titanic versi tiga dimensi. Film besutan James Cameron versi sebelumnya menuai sukses besar di berbagai negara pada 1997. Didunia perfilman, film ini pada tahun 1997 meraih 11 penghargaan Academy Awards.

"Banyak generasi baru yang belum pernah menyaksikan film Titanic. Film yang mengharukan ini akan lebih hidup dengan teknologi 3D terbaru saat dirilis kembali. Penonton akan diajak menyusuri dan menyaksikan detik-detik tenggelamnya Titanic pada 15 April 1912," kata James Cameron, Sutradara Titanic.

Seperti dilansir Associate Press, sang sutradara, James Cameron, dan aktris Kate Winslet terlihat berjalan di Red Carpet di pemutaran perdana film tersebut. "Di dalam versi 3D ini, setiap momen yang terekam akan terasa sangat menegangkan, terutama saat tenggelam," kata Cameron kepada wartawan.

Titanic 3D premiere


Sebelumnya, Cameron baru saja merekam gambar di lautan terdalam untuk film terbarunya. Baginya, keindahan dalam laut merupakan inspirasi Cameron untuk membuat film Titanic 3D.

"Salah satu alasan yang membuat saya tertarik membuat film Titanic adalah keindahan dalam laut," ucap Cameron. "Bagiku, menyelam di laut terdalam adalah kesempatan yang sangat berharga".

Titanic 3D
Titanic yang dibintangi Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet berhasil menyabet Sutradara Film Terbaik dan Gambar Terbaik di piala Oscar pada 1997. Film ini juga menjadi yang pertama kalinya mendapatkan keuntungan US$ 1 miliar. Film itu juga meraih film terbesar dan terlaris sepanjang masa, sampai akhirnya dikalahkan oleh film Avatar (film karya James Cameron juga).

Sutradara film Titanic sekaligus Avatar, James Cameron mengkritik ambisi studio Hollywood yang mengonversi film berformat dua dimensi (2D) menjadi tiga dimensi (3D) secara sembrono. "Seharusnya sejak awal, direksi sudah memutuskan jika ingin memproduksi film 3D," katanya kepada situs BBC.

Kalaupun harus dikonversi, tegas Cameron, hal itu dilakukan oleh pembuat film. Jika tidak, katanya, maka studio telah mengorbankan kualitas film demi biaya murah dan dikhawatirkan merusak peminat penonton film 3D di masa depan.

Titanic 3D
Sutradara Titanic itu juga mengkritik peluncuran Alice in wonderland sebagai film 3D yang dihasilkan bukan melalui proses. Sambil menunjukkan perlengkapannya, Cameron menambahkan, "Dengan semua alat ini, Anda dapat menilai, film 3D yang baik dan buruk atau konversi yang baik dan buruk," katanya.

James Cameron berjanjikan akan membuat Titanic 3D secara matang, tidak terburu-buru, dan tidak mengonversi secara sembrono. Versi 3D ini telah menelan biaya produksi sekitar 18 juta dolar AS dan mempekerjakan 300 seniman dalam waktu 60 minggu untuk menyelesaikannya.

Titanic 3D
James Cameron tampaknya boleh berbangga hati. Pasalnya, keuntungan film populer garapannya, Titanic, berhasil melampaui 2 miliar dolar AS (sekitar Rp 18,3 triliun). Kesuksesannya itu berkat perilisan ulang dalam format 3D yang menambah keuntungan Titanic versi 1997.

Seperti dikutip Associated Press, Senin (16/4), Titanic bukan satu-satu film Cameron yang melampaui angka 2 miliar dolar AS. Sebelumnya, film sci-fi populer, Avatar, juga berhasil meraup keuntungan 2,8 miliar AS di seluruh dunia, yang dirilis pada 2009 lalu.

Hinga pekan ini, Titanic 3D sudah meraup keuntungan total sebesar 190,8 juta dolar setelah diputar di sebanyak 69 negara. Sebelumnya, Titanic (1997) hanya meraup keuntungan total 1,84 miliar. Kini berkat perilisan format 3D, film yang mengisahkan tenggelamnya kapal pesiar mewah itu akhirnya mencapai 2,03 miliar.

Film yang dibintangi Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet versi tiga dimensi itu juga membuat penasaran para penggemar film di Tanah Air. Sejak Ahad (15/4) kemarin, bioskop-bioskop di Jakarta yang memutar film itu diserbu penonton.

Romantisme kisah cinta tokoh dalam film itu dan format dengan teknologi mutakhir dipastikan menjadi daya tarik. Sehingga, para penonton rela antre untuk menyaksikan kembali film itu


Sumber :Liputan6.com,photos.lucywho.com,labutaca.net,Postervanjava,IMPAwards

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme