Get Married 2: Sebuah Sekuel Yang Cukup Baik dan Menghibur
Minggu, 27 September 2009
Minggu, September 27, 2009
,
2 Comments
Label: Film 2009 , Hanung Bramantyo , Indonesia , komedi , Poster , Review , Ringgo , Sequel
Label: Film 2009 , Hanung Bramantyo , Indonesia , komedi , Poster , Review , Ringgo , Sequel
Dengan suksesnya film “Get Married” yang dibintangi rombongan bintang seperti Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Aming, Desta, Meriam Bellina, dan Jaja Mihardja. Tidak heran bila rumah produksi Starvision Plus berniat mengulang kesuksesan yang sama dengan mengajak mereka kembali di film sekuel “Get Married 2”. Walaupun film ini merupakan kisah kelanjutan, tetapi penonton tidak akan kebingungan mengikuti jalan ceritanya biarpun belum pernah menonton film pertamanya. Karena jalan ceritanya dibuat berdiri sendiri-sendiri alias tidak begitu berkaitan. Mengambil waktu empat tahun kemudian dari film sebelumnya, film ini menceritakan kehidupan rumah tangga Mae, wanita dari keluarga sederhana yang diperankan oleh Nirina Zubir dengan Rendi, pria kaya raya yang diperankan oleh Nino Fernandez (menggantikan Richard Kevin yang membawakan tokoh ini di “Get Married). Karena pernikahan Mae dengan Rendi, maka sahabat-sahabat Mae yakni Eman diperankan oleh Aming, Beni diperankan oleh Ringgo Agus Rahman dan Guntoro yang diperankan oleh Desta bisa memperoleh pekerjaan di kantor Rendi, masing-masing menjadi satpam, office boy, dan supir. Dengan semangat kebersamaan, ketiga sahabat Mae itu tidak sungkan-sungkan ikut campur dalam urusan rumah tangga Mae, termasuk memberi nasihat dalam urusan tempat tidur mengingat Mae dan Rendi belum juga dikaruniai anak. Rendi yang merasa ketiga sahabat Mae itu adalah bawahannya dikantor menjadi sedikit tersinggung karena mereka mencampuri urusan pribadi rumah tangganya. Ketersinggungan Rendi membuat Mae kecewa dan menganggap Rendi tidak menghormati sahabat-sahabat yang telah dianggapnya sebagai saudara sendiri hingga akhirnya mereka bertengkar.Pertengkaran mereka membuat Rendi stres, ditambah lagi orang tua Mae yang diperankan oleh Jaja Miharja dan Meriam Bellina menuntut Rendi untuk segera menghamili Mae jika tidak mau bercerai.
“Get Married 2” masih sebuah prinsip yang mengatakan seberat apapun tema dan maksud yang hendak disampaikan sebuah film harus tetap menghibur. Maka dari itu, bisa dibilang film lanjutan ini ternyata lebih kocak dan lebih segar dibandingkan yang pertama. Komedi, konflik dan permasalahan lebih komplit. Kelakuan Mae, Eman, Beni, Guntoro, dan terutama kedua orangtua Mae yang diperankan dua aktor dan aktris kawakan, Jaja Miharja dan Meriem Bellina, membuat suasana semakin hidup dan mengocok perut kita, karena mereka bukan karakter yang tidak mungkin ditemukan di keseharian kita hidup di Indonesia. Meskipun menghibur dalam balutan komedi situasi tadi, tetapi masih terdapat beberapa bagian yang ceritanya tampak menggantung dan sedikit kedodoran (kalo ga ingin disebut agak maksain). Beberapa adegan lucu juga sepertinya tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anak2 yang masih di bawah umur. Yang menjadi kelemahan lagi di film ini adalah Nino Fernandez yang melanjutkan peran sebagai Rendy. Karakternya terlihat jauh lebih lemah dibandingkan film pertama dulu. Entahlah apakah ini karena tuntutan skenario yang mengharuskan penggambaran karakternya harus seperti itu, ataukah salah penafsiran Nino sendiri mengenai tokoh yang harus dibawakannya. Yang pasti Rendy di film kedua ini terkesan sangat kurang berwibawa dan cuma jadi bulan-bulanan trio Guntoro-Beni-Eman aja.
Tapi bagaimanapun, Film yang digarap Hanung Bramantyo ini masih tetap menghibur dan Hanung lagi2 berhasil menangkap potret kehidupan masyarakat Indonesia yang berwarna dengan baik. Film tentang persahabatan, cinta dan pendewasaan diri melalui keberanian menertawakan diri sendiri ini patut ditonton di bioskop2 terdekat anda.
“Get Married 2” masih sebuah prinsip yang mengatakan seberat apapun tema dan maksud yang hendak disampaikan sebuah film harus tetap menghibur. Maka dari itu, bisa dibilang film lanjutan ini ternyata lebih kocak dan lebih segar dibandingkan yang pertama. Komedi, konflik dan permasalahan lebih komplit. Kelakuan Mae, Eman, Beni, Guntoro, dan terutama kedua orangtua Mae yang diperankan dua aktor dan aktris kawakan, Jaja Miharja dan Meriem Bellina, membuat suasana semakin hidup dan mengocok perut kita, karena mereka bukan karakter yang tidak mungkin ditemukan di keseharian kita hidup di Indonesia. Meskipun menghibur dalam balutan komedi situasi tadi, tetapi masih terdapat beberapa bagian yang ceritanya tampak menggantung dan sedikit kedodoran (kalo ga ingin disebut agak maksain). Beberapa adegan lucu juga sepertinya tidak cocok untuk dikonsumsi oleh anak2 yang masih di bawah umur. Yang menjadi kelemahan lagi di film ini adalah Nino Fernandez yang melanjutkan peran sebagai Rendy. Karakternya terlihat jauh lebih lemah dibandingkan film pertama dulu. Entahlah apakah ini karena tuntutan skenario yang mengharuskan penggambaran karakternya harus seperti itu, ataukah salah penafsiran Nino sendiri mengenai tokoh yang harus dibawakannya. Yang pasti Rendy di film kedua ini terkesan sangat kurang berwibawa dan cuma jadi bulan-bulanan trio Guntoro-Beni-Eman aja.
Tapi bagaimanapun, Film yang digarap Hanung Bramantyo ini masih tetap menghibur dan Hanung lagi2 berhasil menangkap potret kehidupan masyarakat Indonesia yang berwarna dengan baik. Film tentang persahabatan, cinta dan pendewasaan diri melalui keberanian menertawakan diri sendiri ini patut ditonton di bioskop2 terdekat anda.