The Final Destination 3D: Ide Usang Berlapis Teknologi Ngetop
Minggu, 06 September 2009
Minggu, September 06, 2009
,
1 Comment
Label: Film 2009 , Hollywood , Horror , Misteri , remaja , Review , Sequel , Thriller
Label: Film 2009 , Hollywood , Horror , Misteri , remaja , Review , Sequel , Thriller
Kekeringannya sumber inspirasi di industri perfilman horor Hollywood dari hari ke hari semakin terlihat jelas, mulai dari mengadaptasi hasil karya film negara lain, mereka ulang produk lawas hingga mengulang2 ide horor yang masih dianggap laku lewat sekuel (Ya, horor Asia juga ga lepas dari metode yang satu ini). Begitu juga dengan serial “Final Destination” yang telah dimulai sejak tahun 2000 lalu, hingga sekuel yang terbaru ini telah mencatat empat judul yang tentunya terus mengulang formula yang sama dengan perbedaan lokasi dan pemain. Meskipun hasil yang dicetak tiga film terdahulu ga bisa dibilang begitu memuaskan, namun karena modal yang dikeluarkan untuk produksi tidak begitu besar, hingga laba sedikitpun sudah dianggap menguntungkan. Untuk film keempat ini yang diberi titel tanpa embel2 digit, cukup “The Final Destination” aja, telah dilibatkan teknologi 3 dimensi yang sedang naik daun. Apakah dengan kemajuan teknologi ini dapat membantu di segi penceritaan dan penokohan episode keempat ini menjadi lebih baik lagi?
Bila di film pertama segala sesuatunya dimulai dari kecelakaan pesawat terbang, di film kedua melibatkan kecelakaan lalu lintas dan di kali ketiganya, “Final Destination” mengubah permainan rollercoaster menjadi ajang maut, di film keempat ini tragedi itu dimulai dari ajang perlombaan mobil Nascar. Plot filmnya kira2 seperti ini: Niat menonton perlombaan mobil yang menyenangkan malah menjadi sebaliknya bagi Nick O'Bannon yang memiliki firasat bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Ia melihat beberapa mobil balap saling bertabrakan, terus berurut sampai dengan kejadian yang akan membunuh dia dan temannya secara brutal. Penglihatan ini membuat Nick panik dan memaksa teman-temannya untuk meninggalkan arena perlombaan, sebelum semuanya menjadi kenyataan. Berpikir bahwa mereka telah mengelabui ajal, Nick dan teman-temannya mencoba menjalani hidup baru. Namun sayangnya, semua ini malah menjadi awal yang mengerikan untuk Nick dan Lori. Penglihatan Nick kembali muncul dan teman-temannya satu per satu tewas dengan cara yang mengerikan. Sekarang Nick harus kembali menemukan cara untuk mengelabui ajal sebelum ia menjadi target akhir.
Sekali lagi, meskipun dengan modal cerita dan akting pas2an, film pertamanya masih menjadi yang terbaik dibandingkan film2 selanjutnya termasuk yang satu ini. Kenapa begitu? Karena semuanya menjadi terlanjur klise aja dan terlalu formulaik, meskipun adegan2nya dibuat semakin sadis dan menyajikan scene2 maut yang semakin realistik. Akting para bintang utama yang notabene bintang2 baru dan muda itupun tidak bisa berbuat banyak, akting mereka yang belum terasah dengan baik itu malah menebar kekakuan di setiap adegan. Sepanjang film dari adegan pembuka hingga penutup, semuanya hanya tentang metode2 bagaimana tokoh2 dalam film ini menemui ajal mereka saja. Tidak ada plot ataupun dialog yang cukup berarti untuk diingat ataupun dijadikan bahan perbincangan.
Mungkin hanya efek 3D nya aja yang bisa dibilang cukup menghibur bagi beberapa orang, lebih dari itu ga ada yang pantes untuk dijadikan sebagai bahan rekomendasi buat anda untuk menonton film ini. That’s all…
Bila di film pertama segala sesuatunya dimulai dari kecelakaan pesawat terbang, di film kedua melibatkan kecelakaan lalu lintas dan di kali ketiganya, “Final Destination” mengubah permainan rollercoaster menjadi ajang maut, di film keempat ini tragedi itu dimulai dari ajang perlombaan mobil Nascar. Plot filmnya kira2 seperti ini: Niat menonton perlombaan mobil yang menyenangkan malah menjadi sebaliknya bagi Nick O'Bannon yang memiliki firasat bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Ia melihat beberapa mobil balap saling bertabrakan, terus berurut sampai dengan kejadian yang akan membunuh dia dan temannya secara brutal. Penglihatan ini membuat Nick panik dan memaksa teman-temannya untuk meninggalkan arena perlombaan, sebelum semuanya menjadi kenyataan. Berpikir bahwa mereka telah mengelabui ajal, Nick dan teman-temannya mencoba menjalani hidup baru. Namun sayangnya, semua ini malah menjadi awal yang mengerikan untuk Nick dan Lori. Penglihatan Nick kembali muncul dan teman-temannya satu per satu tewas dengan cara yang mengerikan. Sekarang Nick harus kembali menemukan cara untuk mengelabui ajal sebelum ia menjadi target akhir.
Sekali lagi, meskipun dengan modal cerita dan akting pas2an, film pertamanya masih menjadi yang terbaik dibandingkan film2 selanjutnya termasuk yang satu ini. Kenapa begitu? Karena semuanya menjadi terlanjur klise aja dan terlalu formulaik, meskipun adegan2nya dibuat semakin sadis dan menyajikan scene2 maut yang semakin realistik. Akting para bintang utama yang notabene bintang2 baru dan muda itupun tidak bisa berbuat banyak, akting mereka yang belum terasah dengan baik itu malah menebar kekakuan di setiap adegan. Sepanjang film dari adegan pembuka hingga penutup, semuanya hanya tentang metode2 bagaimana tokoh2 dalam film ini menemui ajal mereka saja. Tidak ada plot ataupun dialog yang cukup berarti untuk diingat ataupun dijadikan bahan perbincangan.
Mungkin hanya efek 3D nya aja yang bisa dibilang cukup menghibur bagi beberapa orang, lebih dari itu ga ada yang pantes untuk dijadikan sebagai bahan rekomendasi buat anda untuk menonton film ini. That’s all…
woooww....ini dluar dugaan The Final Destination menduduki posisi pucak di Box Office pekan ini...hanya dalam 3 hari Film ini meraup keuntungan sebesar 28 million US dollar... :D