Alangkah Lucunya (Negeri Ini): Generasi Baru Copet
Berapakah anggaran buat notebook anggota DPR? Dalam film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" ada adegan seorang Caleg yang memikat gadis pujaannya dengan notebooknya.
Difilm Bebek Belur, Deddy Mizwar menjadi pemain, difilm ini Deddy Mizwar kembali lagi ke bangku sutradara, seperti biasa dia membawa tema sosial, Potret nyata keadaan Indonesia saat ini. Difilmkan dengan sentilan halus kepada semua keadaan sosial saat ini, Deddy Mizwar mengikat kesemuanya menjadi satu film yang menghibur.
Pendekatan cerita ini lewat komedi bisa dibilang merupakan jalan terbaik penyajian film seperti ini, Penonton yang sudah muak dan jenuh dengan keadaan sehari-hari, diajak menertawakan keadaan mereka sendiri, bahkan bukan tidak mungkin, juga ikut tersentil oleh pesan di layar. Jika plot diceritakan dengan serius atau gaya dokumenter, film seperti ini akan langsung tersimpan rapi di arsip film nasional dalam hitungan hari.
Tidak ada yang lolos dari sentilan di film ini, dari politik, sosial, ekonomi, bahkan organisasi agama. Tidak juga para pencopet dari pencopet dalam arti sebenarnya hingga pencopet negara. Salah satu kenikmatan menonton film ini memang menunggu siapa yang bakal kena sentilan di percakapan berikutnya. Yang mengagumkan, plot cerita film ini tetap fokus pada satu cerita utama disamping banyaknya sentilan maut itu.
Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) berpusat pada satu fragmen kehidupan Muluk (Reza Rahadian), seorang sarjana manajemen yang sejak lulus dari kampusnya dua tahun silam masih belum mendapatkan pekerjaan. Dia tak pernah putus asa mencari kerja meski selalu gagal mendapatkannya. Muluk tak pernah bosan masuk kantor/perusahaan untuk melamar, meski keluar dengan membawa kekecewaan. Tapi kekecewaan itu menjadi kekesalan ketika memergoki seorang anak remaja tanggung yang seenaknya mencopet seorang lelaki tua.. Muluk mengikuti copet itu, dan membekuknya di sebuah tempat. Pertemuan dengan pencopet – bernama Komet itu, ternyata membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, dan berkenalan dengan bosnya bernama Jarot. Di sana ternyata berkumpul anak-anak seusia Komet, yang kerjanya hanya mencopet. Mereka terbagi tiga kelompok: copet mall, coper pasar, dan copet angkot. Kemudian lahirnya sebuah ide unik: penerapan manajemen copet.
Deddy Mizwar memang piawai dalam membuat film pencopet. Setelah Naga Bonar jadi pencopet, kali ini Si Muluk yang dijadikan copet Deddy Mizwar memang piawai dalam membuat film pencopet. Setelah Naga Bonar jadi pencopet, kali ini Si Muluk yang dijadikan copet.
Dalam kerjasama ini, Muluk menjadi ”konsultan” yang mendapatkan 10 % ’management fee’ dari penghasilan para copet cilik itu. Sisa pendapatan bersih dikelola Muluk dalam bentuk tabungan dan usaha lain yang lebih halal. Namun alih-alih hanya sebuah kerjasama ekonomi, interaksi Muluk dengan para begundal cilik itu juga berubah menjadi sebuah upaya meretas kondisi illiteracy (buta huruf) yang dialami para copet. Muluk mengajak serta kawan-kawannya seperti Syamsul (Asrul Dahlan), seorang sarjana pendidikan yang juga masih menganggur dan lebih suka menghabiskan waktunya di gardu hansip untuk bermain gaple, serta Pipit (Tika Bravani) yang kerjaannya mengikuti kuis-kuis TV untuk dapat hadiah, sebagai guru agama bagi anak-anak itu.
Pak Makbul (Deddy Mizwar), ayah Muluk, senang melihat anaknya sudah bekerja. Apalagi, seperti pengakuan MULUK, bekerja di bagian SDM (Sumber Daya Manusia). Pak Makbul pun memberitahu dan Haji Sarbini (Jaja Miharja), ayah Rahma, calon besannya. Demikian juga Haji Rahmat (Slamet Raharjo), ayah Pipit, senang pula melihat anaknya sudah dapat pekerjaan dan tidak lagi hanya mengharapkan imbalan dari kuis di TV.
Awalnya, proses pendidikan ”indie” ala Muluk dkk berjalan lancar. Para copet cilik itu pun terlihat menikmati interaksi mereka dengan trio pendidik mereka. Tapi ayah Muluk, Pak Makbul, merasa ada sesuatu yang ”kurang beres” dengan profesi ”pengembangan sumber daya manusia” yang dijalani Muluk. Pak Makbul, Haji Rahmat, dan Haji Sarbini memaksa Pipit untuk mengantarkan mereka ke tempat komunitas copet cilik itu.
Alangkah terkejutnya . Pak Makbul, Haji Rahmat, dan Haji Sarbini, ketika mengetahui bahwa anak-anaknya mendapat gaji dari hasil mencopet. Mereka sangat kecewa, dan mereka menangis di Mushola mohon ampun.
Beredarnya film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) menandai 12 tahun kerjasama duo Deddy Mizwar-Musfar Yasin sebagai sutradara-penulis skenario, yang sekaligus menjadi film ke-4 dari kolaborasi mereka setelah Kiamat Sudah Dekat, Ketika, dan Nagabonar Jadi 2.
Gagasan awal film ini mulai berkelebat dikepala Musfar Yasin sejak 9 tahun silam. ”Tapi baru 4 tahun terakhir ini diperbincangkan lebih sering, dan sekitar 16 bulan terakhir dibahas intensif,” ujar Deddy Mizwar. Selain menyeimbangkan proporsi kisah sebagai sebuah cerita, yang sesungguhnya serius, karena merupakan mimesis dari kondisi bangsa, takaran unsur pendidikan dan hiburan yang renyah, membuat film ini memiliki pesan moral yang sangat menyentuh bagi setiap warga Indonesia yang masih memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat akar rumput, khususnya anak-anak dan pemuda, yang terpinggirkan dalam sistem pembangunan Indonesia yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi.
Film ini juga menandai fase baru cara kerja Deddy Mizwar yang lebih mengoptimalkan sutradara pendamping (co-director) yang kali ini dipercayakan kepada Aria Kusumadewa (Sutradara terbaik FFI 2009 – IDENTITAS). ”Aria punya kekuatan yang sangat tinggi untuk mendalami dunia remang-remang seperti komunitas copet anak-anak itu,” puji Deddy.
Kolaborasi dua sutradara dari generasi yang berbeda ini diperkuat dengan tampilan gambar-gambar mumpuni yang dihasilkan Yudi Datau sebagai director of photography.
Yang menghidupkan film ini adalah barisan cast para pencopet yang masih anak-anak. Setiap aktor terlihat dipilih dengan hati-hati sehingga sesuai dengan karakter masing-masing. Bahkan cerita ini mampu mengangkat beberapa tokoh khusus sehingga melekat di hati penonton. Sebutlah si Ribut, yang selalu menambahkan kata Adalah di setiap awal percakapannya, atau si Glen, salah satu ketua pencopet yang selalu memberontak sepanjang film.
Dari sisi dramaturgi dan pemeranan, ensembel akting yang tercipta antara pemain kawakan seperti Deddy Mizwar, Slamet Raharjo, Rina Hassim, Jaja Miharja dan Tio Pakusadewo, dengan para yunior seperti Reza Rahadian, Tika Bravani, dan Asrul Dahlan mendapatkan momentum unik dengan kehadiran para pemeran copet cilik yang mampu menghidupkan ruh film ini. ”Selain dari para anggota teater cilik, banyak dari mereka yang sungguh-sungguh anak jalanan dan tak pernah berakting sebelumnya,” ungkap Deddy.
”Sembilan orang peraih Citra berkolaborasi dalam film ini: Slamet Raharjo, Deddy Mizwar, Reza Rahadian, Tio Pakusadewo, Rina Hassim, Aria Kusumadewa, Yudi Datau, Musfar Yasin, Zairin Zain (produser Nagabonar jadi 2).”
Sutradara Deddy Mizwar yang memang berhasil membangun ikatan yang sangat kuat antara Muluk dengan kawanan pencopet ini, bahkan karakter para pencopet ini berhasil dibangun di layar lebar. Namun plot menjadi agak terasa seret di tengah. Tidak maju-maju dan ketika mencapai endingnya, menjadi kurang klimaks. Meski dengan bijaksana, beliau meninggalkan film ini tanpa solusi, tanpa berusaha menjadi penentu atau penyelesai masalah-masalah yang ada.
Iklan yang menjadi pengganggu utama di film ini, yang sekaligus menurunkan kenikmatan menontonnya. Penempatan produk yang sangat terang-terangan di layar ini tidak tahu apakah disengaja untuk ditertawakan, yang pasti hal ini mengurangi nilai film ini. Penempatan produk yang kasar memang masih terjadi di sinema Indonesia, tapi kalo tidak begitu mau dapat dari mana biaya pembuatan film ini. Yang pasti bila anda siap menertawakan sendiri betapa "lucu"nya negeri kita Indonesia ini.
Kata – kata yang patut jadi perhatian difilm ini adalah : PENDIDIKAN itu penting. Karena berpendidikan, maka kita tahu bahwa pendidikan itu tidak penting.
Pemain :
Reza Rahadian
Deddy Mizwar
Slamet Rahardjo
Jaja Mihardja
Tio Pakusadewo
Asrul Dahlan
Ratu Tika Bravani
Rina Hasyim
Sakurta Ginting
Sonia
Sutradara :
Deddy Mizwar
Penulis :
Musfar Yasin
Jenis Film :
Comedy Satire
Produser :
Zairin Zain
Produksi :
Citra Sinema
Homepage :
http://www.alangkahlucunyafilm.com
Difilm Bebek Belur, Deddy Mizwar menjadi pemain, difilm ini Deddy Mizwar kembali lagi ke bangku sutradara, seperti biasa dia membawa tema sosial, Potret nyata keadaan Indonesia saat ini. Difilmkan dengan sentilan halus kepada semua keadaan sosial saat ini, Deddy Mizwar mengikat kesemuanya menjadi satu film yang menghibur.
Pendekatan cerita ini lewat komedi bisa dibilang merupakan jalan terbaik penyajian film seperti ini, Penonton yang sudah muak dan jenuh dengan keadaan sehari-hari, diajak menertawakan keadaan mereka sendiri, bahkan bukan tidak mungkin, juga ikut tersentil oleh pesan di layar. Jika plot diceritakan dengan serius atau gaya dokumenter, film seperti ini akan langsung tersimpan rapi di arsip film nasional dalam hitungan hari.
Tidak ada yang lolos dari sentilan di film ini, dari politik, sosial, ekonomi, bahkan organisasi agama. Tidak juga para pencopet dari pencopet dalam arti sebenarnya hingga pencopet negara. Salah satu kenikmatan menonton film ini memang menunggu siapa yang bakal kena sentilan di percakapan berikutnya. Yang mengagumkan, plot cerita film ini tetap fokus pada satu cerita utama disamping banyaknya sentilan maut itu.
Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) berpusat pada satu fragmen kehidupan Muluk (Reza Rahadian), seorang sarjana manajemen yang sejak lulus dari kampusnya dua tahun silam masih belum mendapatkan pekerjaan. Dia tak pernah putus asa mencari kerja meski selalu gagal mendapatkannya. Muluk tak pernah bosan masuk kantor/perusahaan untuk melamar, meski keluar dengan membawa kekecewaan. Tapi kekecewaan itu menjadi kekesalan ketika memergoki seorang anak remaja tanggung yang seenaknya mencopet seorang lelaki tua.. Muluk mengikuti copet itu, dan membekuknya di sebuah tempat. Pertemuan dengan pencopet – bernama Komet itu, ternyata membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, dan berkenalan dengan bosnya bernama Jarot. Di sana ternyata berkumpul anak-anak seusia Komet, yang kerjanya hanya mencopet. Mereka terbagi tiga kelompok: copet mall, coper pasar, dan copet angkot. Kemudian lahirnya sebuah ide unik: penerapan manajemen copet.
Deddy Mizwar memang piawai dalam membuat film pencopet. Setelah Naga Bonar jadi pencopet, kali ini Si Muluk yang dijadikan copet Deddy Mizwar memang piawai dalam membuat film pencopet. Setelah Naga Bonar jadi pencopet, kali ini Si Muluk yang dijadikan copet.
Dalam kerjasama ini, Muluk menjadi ”konsultan” yang mendapatkan 10 % ’management fee’ dari penghasilan para copet cilik itu. Sisa pendapatan bersih dikelola Muluk dalam bentuk tabungan dan usaha lain yang lebih halal. Namun alih-alih hanya sebuah kerjasama ekonomi, interaksi Muluk dengan para begundal cilik itu juga berubah menjadi sebuah upaya meretas kondisi illiteracy (buta huruf) yang dialami para copet. Muluk mengajak serta kawan-kawannya seperti Syamsul (Asrul Dahlan), seorang sarjana pendidikan yang juga masih menganggur dan lebih suka menghabiskan waktunya di gardu hansip untuk bermain gaple, serta Pipit (Tika Bravani) yang kerjaannya mengikuti kuis-kuis TV untuk dapat hadiah, sebagai guru agama bagi anak-anak itu.
Pak Makbul (Deddy Mizwar), ayah Muluk, senang melihat anaknya sudah bekerja. Apalagi, seperti pengakuan MULUK, bekerja di bagian SDM (Sumber Daya Manusia). Pak Makbul pun memberitahu dan Haji Sarbini (Jaja Miharja), ayah Rahma, calon besannya. Demikian juga Haji Rahmat (Slamet Raharjo), ayah Pipit, senang pula melihat anaknya sudah dapat pekerjaan dan tidak lagi hanya mengharapkan imbalan dari kuis di TV.
Awalnya, proses pendidikan ”indie” ala Muluk dkk berjalan lancar. Para copet cilik itu pun terlihat menikmati interaksi mereka dengan trio pendidik mereka. Tapi ayah Muluk, Pak Makbul, merasa ada sesuatu yang ”kurang beres” dengan profesi ”pengembangan sumber daya manusia” yang dijalani Muluk. Pak Makbul, Haji Rahmat, dan Haji Sarbini memaksa Pipit untuk mengantarkan mereka ke tempat komunitas copet cilik itu.
Alangkah terkejutnya . Pak Makbul, Haji Rahmat, dan Haji Sarbini, ketika mengetahui bahwa anak-anaknya mendapat gaji dari hasil mencopet. Mereka sangat kecewa, dan mereka menangis di Mushola mohon ampun.
Beredarnya film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) menandai 12 tahun kerjasama duo Deddy Mizwar-Musfar Yasin sebagai sutradara-penulis skenario, yang sekaligus menjadi film ke-4 dari kolaborasi mereka setelah Kiamat Sudah Dekat, Ketika, dan Nagabonar Jadi 2.
Gagasan awal film ini mulai berkelebat dikepala Musfar Yasin sejak 9 tahun silam. ”Tapi baru 4 tahun terakhir ini diperbincangkan lebih sering, dan sekitar 16 bulan terakhir dibahas intensif,” ujar Deddy Mizwar. Selain menyeimbangkan proporsi kisah sebagai sebuah cerita, yang sesungguhnya serius, karena merupakan mimesis dari kondisi bangsa, takaran unsur pendidikan dan hiburan yang renyah, membuat film ini memiliki pesan moral yang sangat menyentuh bagi setiap warga Indonesia yang masih memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat akar rumput, khususnya anak-anak dan pemuda, yang terpinggirkan dalam sistem pembangunan Indonesia yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi.
Film ini juga menandai fase baru cara kerja Deddy Mizwar yang lebih mengoptimalkan sutradara pendamping (co-director) yang kali ini dipercayakan kepada Aria Kusumadewa (Sutradara terbaik FFI 2009 – IDENTITAS). ”Aria punya kekuatan yang sangat tinggi untuk mendalami dunia remang-remang seperti komunitas copet anak-anak itu,” puji Deddy.
Kolaborasi dua sutradara dari generasi yang berbeda ini diperkuat dengan tampilan gambar-gambar mumpuni yang dihasilkan Yudi Datau sebagai director of photography.
Yang menghidupkan film ini adalah barisan cast para pencopet yang masih anak-anak. Setiap aktor terlihat dipilih dengan hati-hati sehingga sesuai dengan karakter masing-masing. Bahkan cerita ini mampu mengangkat beberapa tokoh khusus sehingga melekat di hati penonton. Sebutlah si Ribut, yang selalu menambahkan kata Adalah di setiap awal percakapannya, atau si Glen, salah satu ketua pencopet yang selalu memberontak sepanjang film.
Dari sisi dramaturgi dan pemeranan, ensembel akting yang tercipta antara pemain kawakan seperti Deddy Mizwar, Slamet Raharjo, Rina Hassim, Jaja Miharja dan Tio Pakusadewo, dengan para yunior seperti Reza Rahadian, Tika Bravani, dan Asrul Dahlan mendapatkan momentum unik dengan kehadiran para pemeran copet cilik yang mampu menghidupkan ruh film ini. ”Selain dari para anggota teater cilik, banyak dari mereka yang sungguh-sungguh anak jalanan dan tak pernah berakting sebelumnya,” ungkap Deddy.
”Sembilan orang peraih Citra berkolaborasi dalam film ini: Slamet Raharjo, Deddy Mizwar, Reza Rahadian, Tio Pakusadewo, Rina Hassim, Aria Kusumadewa, Yudi Datau, Musfar Yasin, Zairin Zain (produser Nagabonar jadi 2).”
Sutradara Deddy Mizwar yang memang berhasil membangun ikatan yang sangat kuat antara Muluk dengan kawanan pencopet ini, bahkan karakter para pencopet ini berhasil dibangun di layar lebar. Namun plot menjadi agak terasa seret di tengah. Tidak maju-maju dan ketika mencapai endingnya, menjadi kurang klimaks. Meski dengan bijaksana, beliau meninggalkan film ini tanpa solusi, tanpa berusaha menjadi penentu atau penyelesai masalah-masalah yang ada.
Iklan yang menjadi pengganggu utama di film ini, yang sekaligus menurunkan kenikmatan menontonnya. Penempatan produk yang sangat terang-terangan di layar ini tidak tahu apakah disengaja untuk ditertawakan, yang pasti hal ini mengurangi nilai film ini. Penempatan produk yang kasar memang masih terjadi di sinema Indonesia, tapi kalo tidak begitu mau dapat dari mana biaya pembuatan film ini. Yang pasti bila anda siap menertawakan sendiri betapa "lucu"nya negeri kita Indonesia ini.
Kata – kata yang patut jadi perhatian difilm ini adalah : PENDIDIKAN itu penting. Karena berpendidikan, maka kita tahu bahwa pendidikan itu tidak penting.
Pemain :
Reza Rahadian
Deddy Mizwar
Slamet Rahardjo
Jaja Mihardja
Tio Pakusadewo
Asrul Dahlan
Ratu Tika Bravani
Rina Hasyim
Sakurta Ginting
Sonia
Sutradara :
Deddy Mizwar
Penulis :
Musfar Yasin
Jenis Film :
Comedy Satire
Produser :
Zairin Zain
Produksi :
Citra Sinema
Homepage :
http://www.alangkahlucunyafilm.com