Rindu Purnama : Debut Pertama Mathias Muchus
Sabtu, 29 Januari 2011
Sabtu, Januari 29, 2011
,
0 Comments
Label: anak , Drama , Film 2011 , Indonesia
Label: anak , Drama , Film 2011 , Indonesia
Setelah 30 tahun berkecimpung dengan dunia akting, film Rindu Purnama merupakan film pertamanya aktor kawakan Mathias Muchus sebagai sutradara, dirinya dipercaya oleh Mizan Production untuk menggarap film yang bertujuan untuk mengangkat nilai-nilai penting dalam kehidupan seperti menanamkan rasa terima kasih dan bersyukur dengan apa yang dimiliki anak-anak sekarang, dan bagaimana beruntungnya mereka dibandingkan dengan anak-anak lain yang hidup di jalanan dan di rumah singgah. Film ini cocok ditonton oleh seluruh keluarga, karena juga menggambarkan kehangatan dalam keluarga serta optimisme dalam meraih hidup yang lebih baik, tidak peduli kesulitan yang menghadang. Rindu Purnama akan diputar dibioskop-bioskop seluruh Indonesia pada 10 Febuari 2011.
Film ini berlatarkan kemegahan dan kemewahan kota Jakarta dengan membawa kisah seorang gadis bernama Rindu, seorang anak jalanan yang tinggal di rumah singgah bersama dengan anak-anak yang senasib dengannya. Di tempat tersebut turut pula hadir Sarah, seorang wanita yang mengasuh mereka.
Suatu hari Rindu tertabrak oleh mobil milik Pak Surya (Tengku Firmansyah), seorang pengusaha yang gila kerja dan masih sendiri. Pada kejadian tersebut Rindu mengalami amnesia, dan akhirnya oleh Pak Pur, supir pak Surya, ia di tempatkan sementara di rumah pengusaha tersebut. Karena Pak Surya tidak mengetahui nama dari Rindu akhirnya Pak Surya memanggilnya Purnama. Rindu pun dirawat oleh pembantu Pak Surya Ibu Pur (Ratna Riantiarno) dan Pak Pur (Landung Simatupang).
Keberadaan Rindu di rumah Pak Surya tidak disukainya, meskipun ia sedang disibukkan dengan proyek terbarunya bersama Monik, anak pemilik perusahaan tempat ia bekerja, Pak Surya menyempatkan diri untuk menyembuhkan Rindu agar bisa cepat pergi dari rumahnya.
Rindu tahu bahwa keberadaannya tidak disukai Pak Surya dan memutuskan untuk pergi sendiri. Pak Surya pun panik ketika Rindu diketahuinya menghilang dari hadapannya dan sadar bahwa keberadaan Rindu ternyata memberikan kenangan yang mendalam. Pak Surya berusaha menemukan Rindu dengan berbagai cara.
Sejak kepergian Rindu dari rumah Pak Surya, dirinya bergabung dengan anak-anak kolong jembatan, Rindu bersahabat dengan Andrea (Yobel Nathaniel) dan mereka selalu berdua dan mengamen untuk makan. Karena Andrea, Rindu pun bisa kembali ke rumah singgah.
Dalam pencariannya Surya bertemu dengan Sarah (Ririn Ekawati), seorang volunteer yang mendampingi Rindu di rumah singgah yang juga berusaha untuk mencari Rindu dan mengembalikan ke rumah singgah. Pertemuan antara Surya dan Sarah bukan tanpa konflik, tapi konflik tersebut justru menumbuhkan rasa ketertarikan satu sama lain.
Bersama Sarah dan anak-anak sanggar lainnya, Pak Surya pun memutuskan untuk mencari bersama-sama. Dan ternyata, Rindu justru kembali ke sanggar dengan sendirinya setelah pulih dari amnesia-nya.
Kehadiran Rindu kembali ke rumah singgah disambut dengan gembira. Mereka pun merayakannya dengan acara syukuran kecil-kecilan. Tapi kegembiraan mereka kembali terusik. Ternyata proyek yang sedang dijalankan oleh Pak Surya bersama dengan Monik bertempat di pemukiman rumah singgah tersebut dan akan segera menggusurnya.
Karena kedekatan Pak Surya dengan Sarah, membuat Monik (Titi Sjuman) cemburu. Monik adalah anak dari Presiden Direktur perusahan di mana Surya bekerja. Monik sangat berharap bisa memikat hati Surya, namun Surya tidak menyukai Monik. Monik pun akhirnya membangun sebuah proyek property yang terletak di daerah pemukiman di mana terdapat rumah singgah.
Pembangunan proyek tersebut harus menggusur rumah singgah. Polemik mulai muncul, rencana pembangunan menunai protes dari para warga. Surya dalam posisi dilema, satu sisi dirinya dituntut profesional kerja, tapi di sisi lain dirinya harus membantu Rindu dan Sarah agar pemukiman tersebut tidak digusur termasuk rumah singgah.
Keadaan tersebut membuat Pak Surya dilema, antara memilih Rindu, anak-anak jalanan, dan rumah singgah itu atau karirnya yang akan semakin melesat beserta Monik yang mencintainya. Pak Surya harus segera memutuskan dengan cepat pilihannya tersebut.
Monik menggunakan cara-cara licik dengan menyewa jasa preman untuk menteror warga. Surya pun mengorbankan masa depan karirnya dengan mempertahankan rumah singgah. Surya menunjukkan bukti-bukti bahwa daerah tersebut masih sengketa.
Karena kecintaanya melukis, Rindu selalu melukis setiap apa yang dilihat oleh dirinya. Dari lukisan tersebut Surya melihat kecurangan yang dilakukan Monik untuk memuluskan proyeknya itu.
Detik-detik penggusuran Surya datang dengan membawa surat-surat bukti kalau penggusuran tersebut tidak sah. Akhirnya proyek pembangunan Monik gagal. Bukannya dipecat karena telah menggagalkan proyek anaknya, Presiden Direktur yang juga ayah Monik yang diperankan oleh Pietrajaya Burnama, justru mengangkat Surya untuk menggantikan dirinya sebagai Presiden Direktur yang baru. Ayahnya Monik beralasan karena Surya telah menyelamatkan nama baik perusahaan. Surya pun akhirnya memilih Sarah untuk menjadi pendamping hidupnya.
Tak perlu meragukan lagi film buah karya Mathias Muchus ini. Dikenal sebagai aktor lawas, lewat film yang kali pertama ia sutradarai ini Muchus mampu menunjukkan kepiawaiannya dibelakang kamera.
Dengan jalan cerita yang sederhana ia mampu mengemas film produksi Mizan Productions ini dengan berbagai adegan yang menyentuh bahkan menyentil penontonnya. Seperti lewat berbagai adegan kehidupan anak jalanan dengan kesederhanaan sekaligus keterbatasan yang digambarkan oleh anak-anak sanggar. Serta kehidupan yang kontras dari adegan tersebut, sebuah kemewahan dan keangkuhan seorang yang hidup mapan lewat peran Titi Sjuman sebagai Monik.
Tanpa menggurui, film ini juga akan menyadarkan Anda dengan aktivitas sosial ala anak-anak jalanan itu sendiri, bagaimana cara mereka berteman, bermain, bahkan mencari uang untuk sesuap nasi tanpa melupakan untuk saling berbagi.
Tidak terlepas juga termasuk pesan yang menggambarkan bahwa kekuasaan bukanlah suatu hal yang bisa melakukan segalanya. Bahwa hati nurani adalah pemenangnya.
Untuk lebih menghayati peran, Mathias Mushus lebih mengandalkan anak-anak jalan ketimbang aktor-aktris profesional sebagai pendukung film tersebut.
"Hampir sebagian besar kita memakai anak jalanan asli dari sanggar," ujar suami Mira Lesmana ini.Mathias sengaja memilih anak-anak jalanan karena memang tuntutan naskah. Tidak hanya naskah, hal itu dilakukannya untuk memperkuat unsur artistik film 'Rindu Purnama'.
"Anak-anak itu juga tidak dipilih sembarangan. Mereka harus melalui proses casting dan pelatihan," jelasnya.
Mathias yang kini berusia 53 tahun itu, yakin anak-anak jalanan tersebut memiliki talenta berakting. Ia pun tidak ragu anak-anak itu merupakan calon aktor-aktris masa depan dan mampu menggeser artis-artis yang hanya mengandalkan tampang.
"Mereka calon aktor-aktor besar," tutur pemeran ayah Ikal dalam film 'Laskar Pelangi' itu.
Kalo dari segi kualitas akting, kita tidak perlu meragukannya lagi. Namun dari segi tema, film ini biasa saja. Sering sekali film drama Indonesia yang menggunakan lokasi di kota Besar terutama Jakarta, pasti mengangkat cerita tentang anak jalanan, jurang pemisah antara Si kaya dengan Si miskin, ceritanyapun bak cerita Cinderlela. Dimana Sarah, tokoh yang biasa saja namun mempunyai hati yang baik disukai oleh Pak Surya yang kaya raya. Tidak ada pengembangan, dari judulnya juga mengandung lebih dari satu arti. Disisi positifnya, kita kembali diingatkan apa yang kita lupakan lewat pesan – pesan dalam film ini yang pasti akan membuat kita terharu seperti menonton film "Sepuluh".
Pemain :
- Salma Paramitha, Tengku Firmansyah, Ririn Ekawati, Titi Sjuman, Landung Simatupang, , Ratna Riantiarno, Pietrajaya Burnama, Edwin, Jhody, Farril Ramadhan, Muzaki, Irfansyah, Tara Maulana
Jenis Film :
- Drama (semua umur)
Produksi :
- Mizan Productions
Sutradara :
- Mathias Muchus
Produser :
- Putut Widjanarko
Sumber :KapanLagi.com, sinopsis-box-office.blogspot.com,http://m.detik.com, filmrindupurnama.com
Film ini berlatarkan kemegahan dan kemewahan kota Jakarta dengan membawa kisah seorang gadis bernama Rindu, seorang anak jalanan yang tinggal di rumah singgah bersama dengan anak-anak yang senasib dengannya. Di tempat tersebut turut pula hadir Sarah, seorang wanita yang mengasuh mereka.
Suatu hari Rindu tertabrak oleh mobil milik Pak Surya (Tengku Firmansyah), seorang pengusaha yang gila kerja dan masih sendiri. Pada kejadian tersebut Rindu mengalami amnesia, dan akhirnya oleh Pak Pur, supir pak Surya, ia di tempatkan sementara di rumah pengusaha tersebut. Karena Pak Surya tidak mengetahui nama dari Rindu akhirnya Pak Surya memanggilnya Purnama. Rindu pun dirawat oleh pembantu Pak Surya Ibu Pur (Ratna Riantiarno) dan Pak Pur (Landung Simatupang).
Keberadaan Rindu di rumah Pak Surya tidak disukainya, meskipun ia sedang disibukkan dengan proyek terbarunya bersama Monik, anak pemilik perusahaan tempat ia bekerja, Pak Surya menyempatkan diri untuk menyembuhkan Rindu agar bisa cepat pergi dari rumahnya.
Rindu tahu bahwa keberadaannya tidak disukai Pak Surya dan memutuskan untuk pergi sendiri. Pak Surya pun panik ketika Rindu diketahuinya menghilang dari hadapannya dan sadar bahwa keberadaan Rindu ternyata memberikan kenangan yang mendalam. Pak Surya berusaha menemukan Rindu dengan berbagai cara.
Sejak kepergian Rindu dari rumah Pak Surya, dirinya bergabung dengan anak-anak kolong jembatan, Rindu bersahabat dengan Andrea (Yobel Nathaniel) dan mereka selalu berdua dan mengamen untuk makan. Karena Andrea, Rindu pun bisa kembali ke rumah singgah.
Dalam pencariannya Surya bertemu dengan Sarah (Ririn Ekawati), seorang volunteer yang mendampingi Rindu di rumah singgah yang juga berusaha untuk mencari Rindu dan mengembalikan ke rumah singgah. Pertemuan antara Surya dan Sarah bukan tanpa konflik, tapi konflik tersebut justru menumbuhkan rasa ketertarikan satu sama lain.
Bersama Sarah dan anak-anak sanggar lainnya, Pak Surya pun memutuskan untuk mencari bersama-sama. Dan ternyata, Rindu justru kembali ke sanggar dengan sendirinya setelah pulih dari amnesia-nya.
Kehadiran Rindu kembali ke rumah singgah disambut dengan gembira. Mereka pun merayakannya dengan acara syukuran kecil-kecilan. Tapi kegembiraan mereka kembali terusik. Ternyata proyek yang sedang dijalankan oleh Pak Surya bersama dengan Monik bertempat di pemukiman rumah singgah tersebut dan akan segera menggusurnya.
Karena kedekatan Pak Surya dengan Sarah, membuat Monik (Titi Sjuman) cemburu. Monik adalah anak dari Presiden Direktur perusahan di mana Surya bekerja. Monik sangat berharap bisa memikat hati Surya, namun Surya tidak menyukai Monik. Monik pun akhirnya membangun sebuah proyek property yang terletak di daerah pemukiman di mana terdapat rumah singgah.
Pembangunan proyek tersebut harus menggusur rumah singgah. Polemik mulai muncul, rencana pembangunan menunai protes dari para warga. Surya dalam posisi dilema, satu sisi dirinya dituntut profesional kerja, tapi di sisi lain dirinya harus membantu Rindu dan Sarah agar pemukiman tersebut tidak digusur termasuk rumah singgah.
Keadaan tersebut membuat Pak Surya dilema, antara memilih Rindu, anak-anak jalanan, dan rumah singgah itu atau karirnya yang akan semakin melesat beserta Monik yang mencintainya. Pak Surya harus segera memutuskan dengan cepat pilihannya tersebut.
Monik menggunakan cara-cara licik dengan menyewa jasa preman untuk menteror warga. Surya pun mengorbankan masa depan karirnya dengan mempertahankan rumah singgah. Surya menunjukkan bukti-bukti bahwa daerah tersebut masih sengketa.
Karena kecintaanya melukis, Rindu selalu melukis setiap apa yang dilihat oleh dirinya. Dari lukisan tersebut Surya melihat kecurangan yang dilakukan Monik untuk memuluskan proyeknya itu.
Detik-detik penggusuran Surya datang dengan membawa surat-surat bukti kalau penggusuran tersebut tidak sah. Akhirnya proyek pembangunan Monik gagal. Bukannya dipecat karena telah menggagalkan proyek anaknya, Presiden Direktur yang juga ayah Monik yang diperankan oleh Pietrajaya Burnama, justru mengangkat Surya untuk menggantikan dirinya sebagai Presiden Direktur yang baru. Ayahnya Monik beralasan karena Surya telah menyelamatkan nama baik perusahaan. Surya pun akhirnya memilih Sarah untuk menjadi pendamping hidupnya.
Tak perlu meragukan lagi film buah karya Mathias Muchus ini. Dikenal sebagai aktor lawas, lewat film yang kali pertama ia sutradarai ini Muchus mampu menunjukkan kepiawaiannya dibelakang kamera.
Dengan jalan cerita yang sederhana ia mampu mengemas film produksi Mizan Productions ini dengan berbagai adegan yang menyentuh bahkan menyentil penontonnya. Seperti lewat berbagai adegan kehidupan anak jalanan dengan kesederhanaan sekaligus keterbatasan yang digambarkan oleh anak-anak sanggar. Serta kehidupan yang kontras dari adegan tersebut, sebuah kemewahan dan keangkuhan seorang yang hidup mapan lewat peran Titi Sjuman sebagai Monik.
Tanpa menggurui, film ini juga akan menyadarkan Anda dengan aktivitas sosial ala anak-anak jalanan itu sendiri, bagaimana cara mereka berteman, bermain, bahkan mencari uang untuk sesuap nasi tanpa melupakan untuk saling berbagi.
Tidak terlepas juga termasuk pesan yang menggambarkan bahwa kekuasaan bukanlah suatu hal yang bisa melakukan segalanya. Bahwa hati nurani adalah pemenangnya.
Untuk lebih menghayati peran, Mathias Mushus lebih mengandalkan anak-anak jalan ketimbang aktor-aktris profesional sebagai pendukung film tersebut.
"Hampir sebagian besar kita memakai anak jalanan asli dari sanggar," ujar suami Mira Lesmana ini.Mathias sengaja memilih anak-anak jalanan karena memang tuntutan naskah. Tidak hanya naskah, hal itu dilakukannya untuk memperkuat unsur artistik film 'Rindu Purnama'.
"Anak-anak itu juga tidak dipilih sembarangan. Mereka harus melalui proses casting dan pelatihan," jelasnya.
Mathias yang kini berusia 53 tahun itu, yakin anak-anak jalanan tersebut memiliki talenta berakting. Ia pun tidak ragu anak-anak itu merupakan calon aktor-aktris masa depan dan mampu menggeser artis-artis yang hanya mengandalkan tampang.
"Mereka calon aktor-aktor besar," tutur pemeran ayah Ikal dalam film 'Laskar Pelangi' itu.
Kalo dari segi kualitas akting, kita tidak perlu meragukannya lagi. Namun dari segi tema, film ini biasa saja. Sering sekali film drama Indonesia yang menggunakan lokasi di kota Besar terutama Jakarta, pasti mengangkat cerita tentang anak jalanan, jurang pemisah antara Si kaya dengan Si miskin, ceritanyapun bak cerita Cinderlela. Dimana Sarah, tokoh yang biasa saja namun mempunyai hati yang baik disukai oleh Pak Surya yang kaya raya. Tidak ada pengembangan, dari judulnya juga mengandung lebih dari satu arti. Disisi positifnya, kita kembali diingatkan apa yang kita lupakan lewat pesan – pesan dalam film ini yang pasti akan membuat kita terharu seperti menonton film "Sepuluh".
Pemain :
- Salma Paramitha, Tengku Firmansyah, Ririn Ekawati, Titi Sjuman, Landung Simatupang, , Ratna Riantiarno, Pietrajaya Burnama, Edwin, Jhody, Farril Ramadhan, Muzaki, Irfansyah, Tara Maulana
Jenis Film :
- Drama (semua umur)
Produksi :
- Mizan Productions
Sutradara :
- Mathias Muchus
Produser :
- Putut Widjanarko
Sumber :KapanLagi.com, sinopsis-box-office.blogspot.com,http://m.detik.com, filmrindupurnama.com