Madame X : Membela Kebenaran Menjaga Penampilan
Selasa, 12 Oktober 2010
Selasa, Oktober 12, 2010
,
0 Comments
Label: Action , Fantasi , Film , Film 2010 , Indonesia , komedi , Superhero
Label: Action , Fantasi , Film , Film 2010 , Indonesia , komedi , Superhero
Sebagai produser, sutradara, maupun penulis, Nia Dinata selalu menampilkan sesuatu yang beda. Berawal dari obrolannya dengan Aming, dia kembali hadir dengan “Madame X”. Kalo biasanya jago itu cowok atau cewek dan macho - macho, kali ini jagoaannya "setengah - setengah" dan nyentrik. Film debut dari sutradara Lucky Kuswandi ini disebut sebagai sebuah film superhero.“Madame X” masuk ke dalam deretan film superhero yang menceritakan karakter superhero yang eksentrik. Sebelumnya, “Kick-Ass” sudah disuguhkan kepada penonton. Film tersebut berusaha memberikan karakter superhero baru dengan sudut pandang baru pula. Melihat kondisi ini, kita bisa merasa bangga dengan proses kreativitas dibalik “Madame X” yang tepat sekali dalam melihat kecenderungan trend genre film tahun ini.Tetapi “Madame X” sungguh terasa mengekor Kick - Ass, sama - sama from zero to hero.
Tokoh utama MADAME X, Aming, merupakan perias salon transgender. MADAME X adalah perubahan seorang waria Adam. Kelucuan film ini berawal dari tingkah kemayu Adam. Kisahnya berawal dari Adam saat sedang berulang tahun. Hari bahagia tersebut pun dirayakan oleh ibu angkatnya yang dipanggil Tante Liem (Baby Jim), bersama dengan waria bernama Aline (Joko Anwar) yang merupakan sahabat karibnya, dan Cun Cun (Fitri Tropica).
Tiba-tiba seorang wanita bernama Bunda Lilis (Sarah Sechan) datang berkunjung ke salonnya dan memperingatkannya agar tidak mempelajari sebuah tarian yang bisa membunuhnya. Tanpa mengerti maksud dari Bunda Lilis, Adam pun hanya mendengarkan ramalan itu saja. Di malam harinya, Adam bersama Aline dan Cun Cun merayakan ulang tahunnya di sebuah klub waria. Ternyata tempat itu diserang oleh sebuah ormas yang suka melakukan tindak kekerasan dan dipimpin oleh Kanjeng Badai (Marcell Siahaan).
Semua waria diangkut ke dalam sebuah truk. Aline, yang memang selalu bicara sesuka hati tanpa melihat kondisi di sekitarnya, harus berakhir dilempar keluar truk. Adam pun marah dan berusaha melawan, tapi nasibnya pun sama dengan Aline. Ia dilempar keluar dari truk. Lalu, Adam diselamatkan oleh sepasang suami istri, Om Rudy (Robby Tumewu) dan Tante Yantje (Ria Irawan). Pasangan tersebut memiliki kelompok penari yang menarikan Tari Lenggok.
Berkat latihan tari tersebut, Adam jadi mahir. Sesuai dengan keahlian yang dimiliki, Adam menggunakan senjata tas make-up untuk membeladiri. Karena dorongan yang kuat untuk menyelamatkan kawan-kawannya, Adam kembali ke ibukota sebagai 'Madame X'. Di kota, Kanjeng Badai ternyata sibuk berkampanye untuk pemilihan pemimpin. Adam merasa tak rela jika orang sejahat Kanjeng Badai terpilih.
Dengan kekuatan tas make-up dan peralatan dandan, juga perpaduan seksi antara seni bela diri dan gerak tari, Madame X harus mengalahkan Kanjeng Badai dengan gemulai sebelum musuhnya itu memenangkan pemilu. Halangan terbesarnya adalah pendukung partai politik Kanjeng Badai yang terkenal militan dan homophobia.
Dari sinopsis di atas, mungkin sudah dirasakan ada bagian yang relevan dengan kondisi masyarakat sekarang. Nyatanya, film ini memang tidak malu-malu dalam melemparkan berbagai macam sindiran ke berbagai macam kalangan di Indonesia. Hal ini terlihat dari karakter, adegan, dan dialog yang dilontarkan. “Madame X” memperlakukan isu-isu sosial yang disinggungnya itu seperti meneriakkan betapa gilanya kondisi di Indonesia yang dianggap semakin absurd. Teriakan tersebut begitu jelas dan lantang. Dengan menggunakan medium film superhero, penyelesaian yang diberikan oleh film ini pun membuat keseluruhan film bernuansa fabel.
Semua ini menjadi jembatan bagi penonton untuk menyeberang ke dalam dunia superhero dan villain yang mengenakan pakaian layaknya model dalam sebuah fashion show. Untuk bisa menyeberang, semua tergantung dari penonton. Jika sindiran yang membangun jembatan tersebut mampu mengusik Anda hingga mengurangi kenikmatan menonton, maka mungkin “Madame X” akan mengganggu Anda sepanjang film. Kebalikannya, jika Anda tidak merasa terganggu, maka Anda bisa melihat “Madame X” sebagai sebuah film yang menghibur dengan cukup baik dalam hal relevansinya dengan kondisi sosial di Indonesia. Tidak banyak film Indonesia yang sekedar ingin menghibur penontonnya, tapi gagal dalam membangun koneksi yang baik dengan penonton. Banyak di antaranya justru hanya membuat kita mengernyit dan mempertanyakan logika dibalik motif dan cerita dalam film.
Dalam berbagai film superhero, spesial efek banyak dijadikan sebagai menu utama dari sajiannya. Dengan menggunakan teknologi CGI (Computer-generated Imagery), efek visual “Madame X” yang terlihat cheesy justru menjadi sesuatu yang disengaja untuk menghadirkan tontonan tentang superhero yang eksentrik layaknya karakter-karakter dalam film ini. Di departemen kostum, Tania Soeprapto, Isabelle Patrice, Jeffrey Tan, dan Lenny Agustin menambah warna-warni dari penampilan visual “Madame X”. Kemeriahan dari CGI dan kostum ini sayangnya tampak kurang menonjol dengan baik karena tampilan dari “Madame X” yang kurang terasa tajam. Meskipun begitu, hal tersebut tidaklah terlalu menganggu kenikmatan menonton.
Dengan tujuan ingin menjadi film yang menghibur dan meninggalkan sesuatu untuk dibicarakan oleh penonton setelah menontonnya, “Madame X” sebenarnya kurang berhasil. Terlepas dari keunikan dari segi ide, karakter, skenario, efek visual, dan kostum, ternyata hiburan yang disuguhkan kurang dapat terjaga sepanjang film. Lelucon-lelucon yang dilontarkan kurang menggigit walaupun terasa pedas. Aktor-aktor yang berakting dalam film ini memang ekspresif dalam menghidupkan karakter mereka. Tapi, hal tersebut sebenarnya sudah dapat terduga hanya dengan membaca deretan nama pemainnya saja. Tidak ada sesuatu yang terasa seperti kejutan atau pun istimewa dari penampilan mereka. Mungkin Vincent dan Joko Anwar belum pernah berakting sebagai waria, tapi kita tahu mereka mau dan bisa melakukannya.
Meski terasa kurang dapat menjaga hiburannya dan tidak meninggalkan sesuatu di dalam benak penonton, “Madame X” tetap dapat dinikmati sebagai film yang memberikan kesegaran kreativitas dan berbeda.
Mengangkat tema gender dan politik, film ini menghilangkan batasan jenis kelamin yang selama ini masih banyak menjadi penghalang seseorang berkarya. Jadi, selain menghibur kita bisa juga belajar menghargai orang lain tanpa batas gender. Yang asyik, film ini juga memadukan tari-tari tradisional yang ada di Indonesia sebagai bentuk beladiri.
Tetapi yang penting Madame X itu "membela kebenaran menjaga penampilan" .
Studio : Kalyana Shira Films
Genre : Comedy, Action
Director : Lucky Kuswandi
Producer : Nia Dinata
Starring : Amink, Marcell, Shanty, Titi Dj, Sarah Sechan, Fitri Tropica, Robby Tumewu, Ria Irawan, Joko Anwar
Sumber : Flick Magazine. Kapanlagi.com, filmoo
Tokoh utama MADAME X, Aming, merupakan perias salon transgender. MADAME X adalah perubahan seorang waria Adam. Kelucuan film ini berawal dari tingkah kemayu Adam. Kisahnya berawal dari Adam saat sedang berulang tahun. Hari bahagia tersebut pun dirayakan oleh ibu angkatnya yang dipanggil Tante Liem (Baby Jim), bersama dengan waria bernama Aline (Joko Anwar) yang merupakan sahabat karibnya, dan Cun Cun (Fitri Tropica).
Tiba-tiba seorang wanita bernama Bunda Lilis (Sarah Sechan) datang berkunjung ke salonnya dan memperingatkannya agar tidak mempelajari sebuah tarian yang bisa membunuhnya. Tanpa mengerti maksud dari Bunda Lilis, Adam pun hanya mendengarkan ramalan itu saja. Di malam harinya, Adam bersama Aline dan Cun Cun merayakan ulang tahunnya di sebuah klub waria. Ternyata tempat itu diserang oleh sebuah ormas yang suka melakukan tindak kekerasan dan dipimpin oleh Kanjeng Badai (Marcell Siahaan).
Semua waria diangkut ke dalam sebuah truk. Aline, yang memang selalu bicara sesuka hati tanpa melihat kondisi di sekitarnya, harus berakhir dilempar keluar truk. Adam pun marah dan berusaha melawan, tapi nasibnya pun sama dengan Aline. Ia dilempar keluar dari truk. Lalu, Adam diselamatkan oleh sepasang suami istri, Om Rudy (Robby Tumewu) dan Tante Yantje (Ria Irawan). Pasangan tersebut memiliki kelompok penari yang menarikan Tari Lenggok.
Berkat latihan tari tersebut, Adam jadi mahir. Sesuai dengan keahlian yang dimiliki, Adam menggunakan senjata tas make-up untuk membeladiri. Karena dorongan yang kuat untuk menyelamatkan kawan-kawannya, Adam kembali ke ibukota sebagai 'Madame X'. Di kota, Kanjeng Badai ternyata sibuk berkampanye untuk pemilihan pemimpin. Adam merasa tak rela jika orang sejahat Kanjeng Badai terpilih.
Dengan kekuatan tas make-up dan peralatan dandan, juga perpaduan seksi antara seni bela diri dan gerak tari, Madame X harus mengalahkan Kanjeng Badai dengan gemulai sebelum musuhnya itu memenangkan pemilu. Halangan terbesarnya adalah pendukung partai politik Kanjeng Badai yang terkenal militan dan homophobia.
Dari sinopsis di atas, mungkin sudah dirasakan ada bagian yang relevan dengan kondisi masyarakat sekarang. Nyatanya, film ini memang tidak malu-malu dalam melemparkan berbagai macam sindiran ke berbagai macam kalangan di Indonesia. Hal ini terlihat dari karakter, adegan, dan dialog yang dilontarkan. “Madame X” memperlakukan isu-isu sosial yang disinggungnya itu seperti meneriakkan betapa gilanya kondisi di Indonesia yang dianggap semakin absurd. Teriakan tersebut begitu jelas dan lantang. Dengan menggunakan medium film superhero, penyelesaian yang diberikan oleh film ini pun membuat keseluruhan film bernuansa fabel.
Semua ini menjadi jembatan bagi penonton untuk menyeberang ke dalam dunia superhero dan villain yang mengenakan pakaian layaknya model dalam sebuah fashion show. Untuk bisa menyeberang, semua tergantung dari penonton. Jika sindiran yang membangun jembatan tersebut mampu mengusik Anda hingga mengurangi kenikmatan menonton, maka mungkin “Madame X” akan mengganggu Anda sepanjang film. Kebalikannya, jika Anda tidak merasa terganggu, maka Anda bisa melihat “Madame X” sebagai sebuah film yang menghibur dengan cukup baik dalam hal relevansinya dengan kondisi sosial di Indonesia. Tidak banyak film Indonesia yang sekedar ingin menghibur penontonnya, tapi gagal dalam membangun koneksi yang baik dengan penonton. Banyak di antaranya justru hanya membuat kita mengernyit dan mempertanyakan logika dibalik motif dan cerita dalam film.
Dalam berbagai film superhero, spesial efek banyak dijadikan sebagai menu utama dari sajiannya. Dengan menggunakan teknologi CGI (Computer-generated Imagery), efek visual “Madame X” yang terlihat cheesy justru menjadi sesuatu yang disengaja untuk menghadirkan tontonan tentang superhero yang eksentrik layaknya karakter-karakter dalam film ini. Di departemen kostum, Tania Soeprapto, Isabelle Patrice, Jeffrey Tan, dan Lenny Agustin menambah warna-warni dari penampilan visual “Madame X”. Kemeriahan dari CGI dan kostum ini sayangnya tampak kurang menonjol dengan baik karena tampilan dari “Madame X” yang kurang terasa tajam. Meskipun begitu, hal tersebut tidaklah terlalu menganggu kenikmatan menonton.
Dengan tujuan ingin menjadi film yang menghibur dan meninggalkan sesuatu untuk dibicarakan oleh penonton setelah menontonnya, “Madame X” sebenarnya kurang berhasil. Terlepas dari keunikan dari segi ide, karakter, skenario, efek visual, dan kostum, ternyata hiburan yang disuguhkan kurang dapat terjaga sepanjang film. Lelucon-lelucon yang dilontarkan kurang menggigit walaupun terasa pedas. Aktor-aktor yang berakting dalam film ini memang ekspresif dalam menghidupkan karakter mereka. Tapi, hal tersebut sebenarnya sudah dapat terduga hanya dengan membaca deretan nama pemainnya saja. Tidak ada sesuatu yang terasa seperti kejutan atau pun istimewa dari penampilan mereka. Mungkin Vincent dan Joko Anwar belum pernah berakting sebagai waria, tapi kita tahu mereka mau dan bisa melakukannya.
Meski terasa kurang dapat menjaga hiburannya dan tidak meninggalkan sesuatu di dalam benak penonton, “Madame X” tetap dapat dinikmati sebagai film yang memberikan kesegaran kreativitas dan berbeda.
Mengangkat tema gender dan politik, film ini menghilangkan batasan jenis kelamin yang selama ini masih banyak menjadi penghalang seseorang berkarya. Jadi, selain menghibur kita bisa juga belajar menghargai orang lain tanpa batas gender. Yang asyik, film ini juga memadukan tari-tari tradisional yang ada di Indonesia sebagai bentuk beladiri.
Tetapi yang penting Madame X itu "membela kebenaran menjaga penampilan" .
Studio : Kalyana Shira Films
Genre : Comedy, Action
Director : Lucky Kuswandi
Producer : Nia Dinata
Starring : Amink, Marcell, Shanty, Titi Dj, Sarah Sechan, Fitri Tropica, Robby Tumewu, Ria Irawan, Joko Anwar
Sumber : Flick Magazine. Kapanlagi.com, filmoo