Laksar Pemimpi: Movie Project

laksar pemimpi
Ketika kadet Lukman Sardi, Dodi Alamsyah, Teuku Rifnu, dan Darius Sinathrya bertempur didalam film Darah Garuda. Kelompok musik Project Pop tidak mau kalah berjuangan demi bangsa didalam film Laskar Pemimpi. Ini bukan buku terbarunya Andrea Hirata. Setelah sukses dengan sejumlah film komedi seperti Get Married 1 dan Cet Married 2, Red Cobex, kali ini, rumah produksi Kharisma Starvision kembali menyuguhkan tontonan tema komedi. Sedikit berbeda dengan film terdahulu, film berjudul Laskar Pemimpi produksi terbaru Starvision ini berlatar belakang perjuangan.

"Saya ingin membangkitkan kembali patriotisme anak bangsa melalui film Laskar Pemimpi dengan pendekatan komedi. Tujuannya agar tidak serasa menggurui," ujar Chand Parwez, sang produser.
Meski demikian, menurut Parwez, membuat tontonan komedi keluarga yang cerdas, dengan pesan kemanusiaan, kekeluargaan dan cinta, jauh lebih sulit dibanding film lainnya. Apalagi komedi yang mencoba up to date dengan permasalahan sosial dan politis di masyarakat.

Fenomena yang sedang jadi buah bibir, menurut Parwez, adalah pendekatan tema ideal untuk tontonan komedi. Aura positif adalah tujuan karya komedinya, seperti Si Kabayan Saba Kota, Glen Kemon Mudik, Get Married, The Tarix Jabrix, XL-Exlra Large, Si Jago Merah, Bahkan dalam Red CobeX ditampilkan komedi yang Bhineka Tunggal Ika. Kepedulian tentang disintegrasi dan merosotnya nilai patriotisme mendorong untuk merealisasikan film komedi yang mempunyai latar belakang perang.
Chand Parwez Servia selaku produser kembali bekerja sama dengan penulis dan sutradara Monty Tiwa untuk menyajikan kisah kepahlawanan dan perjuangan untuk generasi muda Indonesia. Keduanya yakin narasi komedi bisa menjadi metode yang ampuh untuk melestarikan semangat rela berkorban yang dimiliki para pendahulu kita.
Film jenaka tentang jasa pahlawan yang sering terlupakan ini diharapkan dapat menjadi hiburan patriotik dan menimbulkan rasa kebangsaan;tentang peristiwa Serangan Oemoem 1 Maret 1949, dan keterlibatan laskar pejuang dalam mempertahankan eksistensi
Republik Indonesia dari Agresi Belanda II untuk menguasai tanah air tercinta dengan mendompleng tentara Sekutu.

Agresi Militer Belanda II bulan Desember 1948 membuat Sri Mulyani (Tika Project Pop) terbuang dari kampung halamannya di Maguwo, Jawa Tengah. Sri yang lugu mengembara sampai ke wilayah Panjen dan bertemu dengan pasukan gerilya Indonesia pimpinan Kapten Hadi Sugito (Gading Marten) yang sedang membuka pendaftaran anggota baru

Bersama Sri hari itu, Udjo, putra seorang ningrat yang mendaftarkan diri karena diperdaya Wiwid (Shanty) gadis pujaan hatinya. Selain itu, ada Ahok (Odie Project Pop) dan Tumino (Gugum Project Pop), pemuda desa dari wilayah sekitar Panjen. Mereka kemudian bergabung dengan Toar (Yosi Project Pop) pemuda rabun yang sudah lebih dulu menjadi gerilyawan, Kopral Jono (Dwi Sasono) yang sering diturunkan pangkatnya, dan Letnan Bowo (T. Rifnu Wikana) tangan kanan Kapten Hadi Sugito.
laksar pemimpi
Pada tahap seleksi keenam pemuda dari latar belakang yang berbeda ini menjadi menonjol karena ketidak kompetenan mereka. Hanya kesungguhan dan ketulusan niat untuk berjuang saja yang membuat komandan perekrutan, Kapten Hadi tidak sampai hati menolak mereka. Walau mendapat protes keras dari Letnan Bowo (Gading Marten) wakilnya, sang kapten membentuk suatu unit non tempur untuk menampung keenam pemuda tersebut.

Tujuan utama pembentukan unit yang diberi nama Laksar Pemimpi ini adalah untuk menghibur pasukan. Karena itu mereka pun mendapat latihan yang berbeda dari para kader lain. Sebagai pelatihnya Kapten Hadi menunjuk Kopral Jono (Dwi Sasono). Ternyata si kopral bengal tidak terima disuruh memimpin unit Laskar Pemimpi dan melampiaskan kekecewaannya pada anak buahnya itu. Sejak hari pertama ia selalu menekan anggota unit Laskar Pemimpi dengan latihan-latihan yang berat. Situasi ini ternyata malah menumbuhkan kedekatan di antara anggota unit Laskar Pemimpi.
laksar pemimpi
Sebelum Sri dan teman-temannya mendapat bekal bertempur yang memadai, pasukan KNIL di bawah pimpinan Letnan Kuyt sudah menyerang basis mereka, desa Panjen. Letnan Kuyt menculik Wiwid dan adiknya, Yayuk (Masayu Anastasia) hingga menimbulkan kemarahan Kopral Jono dan anggota baru gerilyawan Panjen

Di bawah pimpinan Kopral Jono, laskar yang minim pengalaman itu nekad kabur dari markas untuk membebaskan teman-teman mereka. Dengan hanya mengandalkan keterangan dari Once (Oon Project Pop) tentara KNIL yang mereka tawan, dan laskar mbalelo itu menyerbu markas Letnan Kuyt. Akibatnya, mereka malah terdesak lalu ikut ditawan. Untunglah Letnan Bowo dengan pasukan Panjen lainnya menyusul dan membebaskan mereka. Ulah Kopral Jono dan anak buahnya itu membuat Kapten Hadi murka. Mereka dipecat dengan tidak terhormat.
laksar pemimpi
Sementara itu, Kapten Hadi menerima seorang utusan dari Yogyakarta datang menghadap membawa surat penting dari komandan Brigade X yang mengabarkan tanggal penyerbuan besar-besaran ke Yogyakarta.


Mereka bersiap untuk menjalankan tugas mencegat pasukan Belanda yang datang dari arah Semarang. Apa boleh buat, karena peristiwa Kedu dan mereke sudah dipecat, Unit Bagong menjadi tertinggal dalam tugas, tetapi akhirnya mereka sepakat untuk berangkat menyusul pasukan Kapten Hadi yang bertugas menghambat laju pasukan bantuan Belanda ke Yogyakarta.

Ternyata, pasukan Kapten Hadi terhambat dalam perjalanannya ke posisi yang ditentukan. Hambatan itu bisa membuat pasukan bantuan Belanda dari Semarang bisa dengan mudah mencapai Yogyakarta sebelum serangan umum, Sementara itu unit Bagong yang bergerak di belakang mereka berhasil menyusul. Maka, demi keberhasilan misi yang diemban Kapten Hadi tidak punya pilihan lain selain minta Kopral Jono dan anak buahnya masuk ke Semarang demi menghambat laju pasukan pendukung Belanda.

Kesempatan untuk membuktikan diri pun, akhirnya datang bagi unit Laskar Pemimpi dan Kopral Jono. Dengan suatu misi nekad, mereka dikenal sebagai pasukan elite oleh pasukan Siliwangi, dan turut mencatatkan sejarah sebagai pahlawan ugal-ugalan yang terlupakan

Film komedi musikal yang berbalut kisah perlawanan ini adalah film layar lebar perdana Project Pop dan merupakan mimpi mereka yang menjadi nyata. "Dari kecil saya slalu punya mimpi suatu saat main film perang dan menjadi pahlawan, ternyata sedetail itu mimpinya Tuhan wujudkan! For me its more than just a dream come true!" kata Yossi Project Pop soal betapa senangnya ia terlibat dalam film berjudul Laskar Pemimpi. Dengan masuknya Project Pop, kita tidak seperti nonton film perang tetapi seperti nonton balada desa masa kini, terlihat modern dengan adanya mereka. Kita juga jangan mengharapkan ledakan perangnya seperti di film Merah Putih yang banyak ledakan.

Bagi para pemerannya, proses pengambilan gambar untuk film ini meninggalkan banyak pengalaman seru. Tika Panggabean misalnya. Dia yang bermain sebagai gadis desa bernama Sri Mulyani sempat terbawa suasana ketika harus melakoni sebuah adegan yang mempertemukannya dengan puluhan pemeran tentara KNIL. “Ada adegan perang kontak senjata dengan tentara Belanda, kami yang cuma beberapa orang harus melawan mereka yang puluhan jumlahnya. Mereka semua merangsek maju ke arah kita! Sumpah, saat itu takut beneran!” kata Tika seperti dikutip siaran persnya.

“Yang pasti, empat belas tahun lebih berkecimpung di ranah hiburan, panggung komedi, nyanyi, MC, dll, akhirnya kesempatan menghibur di layar lebar pun datang juga untuk Project Pop,” kata Udjo.

Selain Procjet Pop, film yang akan segera tayang di bioskop ini juga dibintangi oleh Dwi Sasono, Marcell Siahaan yang menjadi Let Kol Soeharto [mantan presiden RI], Candil, Gading Marten, Shanty, Massayu Anastasia, T Rifnu Wikana serta Marwoto.

“Film ini unpredictable, film perang dalam bentuk musikal dan komedi. Baru sekali ini gua dikenai ledakan bom, senapan, masuk sawah, bau lumpur sekujur tubuh! Sungguh satu pengalaman baru yg luar biasa. Harapan gua film ini bisa jadi genre baru film Indonesia karena packagingnya yang tidak biasa,” kata Shanty.

Kalau biasa anggota Project Pop bermain film sendiri – sendiri, seperti Tika yang baru saja bermain di Red Cobex, kali ini mereka bermain bersama, kalo saja senior mereka P Project ikut menbidani film ini. Ini biasa disebut Project Movie. Kapan yah bisa terealisasi ? Selain sebagai cara untuk tetap kompak dalam kelompok. Laskar Pemimpi juga merupakan ajang pembuktian eksistensi berkarir Project Pop. "Kita bisa eksis apa nggak, terlihat dari karyanya," kata Tika. Jika film ini dicaci-maki maka mereka terbukti gagal bermain di layar lebar. Kalau berhasil, ini menjadi prestasi tersendiri. Namun sekali lagi Tika menekankan, Project Pop hanya ingin melengkapi eksistensi diri di panggung hiburan.


Pemain :
Project Pop
Dwi Sasono
Shanty
Gading Marten
T Rifnu Wikana
Masayu Anastasia
Marcell Siahaan
Candil

Sutradara :
Monty Tiwa

Penulis :
Eric Tiwa
Monty Tiwa

Produser :
Chand Parwez Servia

Produksi :
PT. Kharisma Starvision Plus


sumber:
http://www.21cineplex.com/laskar-pemimpi,movie,2368.htm,http://www.rollingstone.co.id/read/2010/08/26/818/5/1/Project-Pop-Main-Film-Laskar-Pemimpi,http://www.bloggerceria.com/2010/08/sinopsis-trailer-laskar-pemimpi-project.html,http://www.varianews.com/varia-film/36-varia-film/129-film-laskar-pemimpi-perjuangan-dengan-kemasan-komedi.html,http://bataviase.co.id/node/349842,http://www.filmoo.com/movie/2010/laskar-pemimpi,http://showbiz.liputan6.com/berita/201008/288999/quotLaskar.Pemimpiquot.Pembuktian.Eksistensi.Project.Pop

Dawai 2 Asmara: Film Pertama Sang Pangeran Dangdut

dawai2asmara
Setelah mengikuti jejak Sang Ayah sebagai penyanyi dangdut, Ridho Rhoma kembali mengikuti jejak Sang Ayah ke jalur layar lebar. Seperti kita tahu, dahulu Rhoma Irama, sukses juga bermain layar lebar. Lewat rumah produksi Rumah Kreatif 23 Film, Ridho Rhoma bermain film layar lebar yang berjudul “Dawai 2 Asmara”.

“Dawai 2 Asmara” merupakan film percintaan antara Ridho, Thufa, Delon, Haura.Ridho, yang sedang menuntut ilmu di negeri seberang, dipanggil pulang oleh ayahnya, Rhoma Irama, untuk melanjutkan perjuangannya: memberi “nuansa baru” pada musik asli Indonesia, yaitu Musik Dangdut. Tidak dipungkiri, Musik Dangdut selama ini memang terkenal ‘luwes’ menyerap berbagai unsur musik. Apakah usaha Ridho memberi nafas baru bagi Musik Dangdut akan berhasil?
dawai2asmara
Di sisi lain kehidupannya, Ridho dihadapkan pada sebuah pilihan asmara, memupuk kembali cintanya pada Thufa, teman semasa SMPnya atau menyemai benih-benih cinta baru dengan Haura, seorang siswi dari Australia, yang sedang meneliti Musik Dangdut di Indonesia.

Sementara itu, Thufa, sebelum bersua kembali dengan Ridho, menjalani kehidupan menantang seorang wanita muda berkarya dengan didampingi oleh seorang penyanyi muda berbakat, Delon sebagai teman dekatnya.

Dengan hadirnya kembali Ridho dalam hidupnya, Thufa pun merasa bimbang. Siapa yang akan ia pilih: Ridho, yang selalu menimbulkan getar-getar halus di hati atau Delon, yang selalu memberikan rasa aman ketika mendampinginya?

Di sudut lain kota Jakarta, seorang pengendara taksi, Bruto (Pepeng ‘Naif’), yang merupakan penggemar berat Rhoma Irama semenjak kecil, menaruh harapan agar dapat mewujudkan amanat sang ayah untuk mengundang Rhoma bernyanyi di kampung halamannya. Merasa bahwa impiannya tidak akan terwujud, rasa kagum dan hormat terhadap idolanya tersebut perlahan-lahan membuat Bruto menjadi obsesif. Ia bahkan berencana untuk melakukan hal buruk kepada Rhoma Irama jika impiannya tersebut gagal terwujud.
dawai2asmara
Bagaimana akhir drama kehidupan mereka?

Film layar lebar “Dawai 2 Asmara” disutradarai oleh Endri Pelita dan Asep Kusdinar serta dipimpin oleh produser Erna Pelita.

Sejumlah nama, seperti Gunung Nusa Pelita sebagai Director of Photography; Rahmat YP sebagai Editor; Herlin Lanang sebagai Art Director; Thoersi Argeswara sebagai Music Director dan Adityawan sebagai Sound Engineer turut mendukung dengan penuh dedikasi selama proses produksi film layar lebar ini.

Tiada film yang dibintangi oleh Rhoma Irama tanpa lagu dangdut di dalamnya.
Meskipun pemeran utama pria “Dawai 2 Asmara” adalah Ridho Rhoma, tetap saja, Rhoma Irama memainkan peran penting, termasuk menyiapkan beberapa lagu dangdut lama dengan aransemen baru maupun lagu dangdut yang diciptakan khusus untuk film ini. Lagu-lagu berirama dangdut akan dibawakan oleh Ridho Rhoma dan Sonet 2 Band.

Dawai 2 Asmara sepertinya berusaha untuk membawa para penontonnya ke masa-masa keemasan Rhoma Irama, yakni ketika dirinya membintangi banyak film berlatar belakang musik dangdut dan sukses dengan memasukkan unsur dakwah di dalam jalan ceritanya. Sayangnya, usaha untuk kembali ke masa-masa keemasan tersebut tidak diiringi dengan perkembangan yang sesuai dengan dunia perfilman Indonesia saat ini. Baik dari sisi naskah cerita hingga akting yang ditampilkan Dawai 2 Asmara sama sekali jauh dari kata memuaskan.

Tiga sudut pandang cerita yang ditampilkan di film ini sama sekali tidak terasa diperlukan karena film ini sebenarnya hanya berfokus pada kisah cinta segitiga antara Ridho-Thufa-Delon, sedangkan dua sudut pandang lain terkesan hanya sebagai tempelan belaka, khususnya cerita yang berasal dari sisi karakter Haura Sydney. Kisah cinta segitiga yang ditampilkan sendiri juga tidak memberikan hasil yang maksimal. Menampilkan terlalu banyak kisah klise, yang pada awalnya lumayan menghibur, namun lama-kelamaan terasa membosankan. Ini belum lagi ditambah dengan banyaknya dialog bernuansa cheesy serta plot hole yang terdapat di banyak bagian cerita dan membuat kisah cerita Dawai 2 Asmara semakin kurang dapat dinikmati.

Dalam sebuah wawancara, Rhoma Irama pernah mengungkapkan bahwa sebagai seorang aktor di setiap filmnya, ia hanya berakting sebagai dirinya sendiri. Dan hal itu sangat terlihat di Dawai 2 Asmara. Untungnya karakter Rhoma di film ini bukan merupakan karakter utama sehingga hal tersebut tidak terlalu mengganggu. Yang jelas mengganggu adalah kemampuan akting dari Ridho Rhoma, Cathy Sharon dan Delon Thamrin yang sering terlihat kikuk sekaligus kekurangan chemistry antara ketiganya padahal karakter mereka bertiga seringkali terlihat berada dalam satu adegan. Yang berpenampilan cukup memuaskan di film ini adalah Pepeng ‘Naif’ yang berperan sebagai Bruto. Tidak mengherankan memang, diantara karakter yang ada, karakter Bruto yang ia perankan merupakan karakter yang paling kompleks. Dan adalah sebuah keberhasilan ketika Pepeng berhasil mengeksekusi karakter tersebut dengan baik.

Sebagai sebuah film berlatar belakang dangdut, tentu saja beberapa adegan musikal ditampilkan di sepanjang film. Dan jangan salah, layaknya sebuah film Hindie, tampilan musikal Dawai 2 Asmara dikemas dengan sangat baik. Begitu baik, hingga terkadang penonton akan berharap bahwa keseluruhan film ini diisi dengan lagu-lagu dangdut yang catchy tersebut daripada suguhan kisah asmara yang terlalu membosankan tersebut. Sedikit mengingatkan akan film pemenang Academy Awards, Slumdog Millionaire (2008), di akhir film, Dawai 2 Asmara, juga menampilkan adegan musikal penutup yang cukup menghibur. Jika Slumdog Millionaire berlatar belakang di stasiun kereta api, maka adegan musikal penutup Dawai 2 Asmara berlatar belakang di sebuah bandar udara.
dawaiasmara
Dengan kondisi perfilman seperti sekarang ini, Rhoma tetap optimis film yang dibintangutamai anaknya itu, akan diterima masyarakat Indonesia. Baginya siapapun punya potensi sebagai bintang akting.

“Kenapa tidak? (sukses, red) Kemampuan akting itu dimiliki oleh semua orang. Cuma ketika kita butuh untuk ditampilkan, harus digali,” tegasnya.

“Film Ridho ini yang pertama. Kalau film ini sukses dan diterima masyarakat akan ada film Ridho yang kedua dan seterusnya. Makanya butuh konsentrasi yang besar. Dibutuhkan keseriusan untuk mencapai hasil semaksimal mungkin,” pungkasnya.

Sementara itu, Delon pun tidak mau ketinggalan, dengan menyumbangkan satu buah lagu pop baru.

Selain adegan klip lagu, film ini juga diisi dengan adegan tari di lapisan es maupun di jalan yang akan dibawakan oleh Ridho Rhoma beserta Cathy Sharon. Sepertinya film ini tidak hanya menggunakan populeritar Ridho dan Rhoma Irama, tetapi gosip yang dahulu pernah menerpa Ridho dan Cathy.
dawai2asamara
Adegan andalan dalam film ini adalah adegan penyekapan yang dilakukan oleh Bruto (Pepeng Naif) terhadap Haura; adegan persaingan antara Ridho dan Delon untuk memperebutkan cinta Thufa menjadikan film “Dawai 2 Asmara” sebagai tontonan menarik dan menegangkan.

Sangat disayangkan ketika mengetahui penampilan kembali Rhoma Irama, seorang aktor dan penyanyi dangdut legendaris Indonesia, harus melalui sebuah film yang lemah seperti Dawai 2 Asmara. Film ini sangat terasa lemah dari berbagai sisi filmisnya: naskah cerita yang dangkal namun berusaha dipanjangkan, dialog-dialog yang terdengar cukup konyol, inkonsistensi antar adegan yang sering terjadi hingga kemampuan akting para pemeran utamanya yang jauh dari kata memuaskan. Ironisnya, satu-satunya hal yang paling dapat dinikmati dari film berlatar belakang musik dangdut ini adalah sajian musikalnya yang beberapa kali ditampilkan di sepanjang film. Bukan sebuah karya yang patut untuk dibanggakan.Cukup menarik, untuk dilihat perkembangannya, sudah cukup lama kita tidak lihat film musikal dangdut.

Pemain :
Rhoma Irama
Ridho Rhoma
Cathy Sharon
Delon
Pepeng Naif

Sutradara : Endri Pelita & Asep Kusdinar

Penulis : Asep Kusdina

Jenis Film :Drama/musical

Produser :Erna Pelita

Produksi :Rumah Kreatif 23

Homepage : http://www.dawai2asmara.com/

sumber : http://www.dawai2asmara.com/blog/,http://www.flickmagazine.net/index.php?mact=News,cntnt01,detail,0&cntnt01articleid=1202&cntnt01origid=51&cntnt01returnid=59



Merah Putih II : Darah Garuda, Darah Pemuda Indonesia

merah putih
Akhirnya setelah sekian lama, tidak post artikel, akhirnya sekarang bisa juga post artikel. Film yang yang saya pilih kali adalah Darah Garuda. Darah Garuda adalah film kedua dari Trilogi Merah Putih. Cerita film ini melanjutkan cerita dari film pertamanya yaitu Merah Putih.

Berceritakan keempat lelaki muda bersatu untuk melancarkan sebuah serangan nekat terhadap kamp tawanan milik Belanda demi menyelamatkan para perempan yang mereka cintai. Para kadet ini terhubung dengan kantor pusat Jendral Sudirman dimana mereka diberi sebuah tugas sangat rahasia di belakang garis musuh di Jawa Barat: sebuah serangan gaya komando pada lapangan udara vital yang dapat membalikkan perlawanan para pemberontak melawan kezaliman yang telah dilakukan Jendral Van Mook pada Agustus 1947.

Kelompok gerilya ini menembus dalam ke Jawa Barat, dimana mereka bertemu dengan kelompok lain dari separatis Islam, juga sekutu baru maupun yang potensial berkhianat: mata-mata kolonial dengan pangkatnya sendiri dan sekutu orang-orang sipil dari jalanan; dan musuh lama yang bertanggung jawab atas intelejen Belanda. Dikepung oleh musuh yang mengelilingi, baik musuh dari luar maupun dari dalam, para pahlawan ini harus bersatu dan saling percaya karena mereka berjuang melawan intrik, perkelahian jarak dekat, pengkhianatan dan kekuasaan luar biasa sebuah maha kekaisaran Eropa, demi mengejar satu tujuan: Kemerdekaan.

Disutradarai oleh Yadi Sugandi dan Conor Allyn, Darah Garuda memasangkan keahlian sinematik dari Penata Sinematografi terhandal di Indonesia, Yadi Sugandi (Lasakar Pelangi, Under The Tree, The Photograph) dengan kekuatan penyutradaraan dinamis dari bintang baru Conor Allyn, yang keahlian berceritanya sebagi penulis dan produser trilogi Merah Putih memadukan drama dan laga dalam cara bertutur gaya gerak memancang. Bersama, Yadi Sugandi dan Conor Allyn berhasil menyutradarai sebuah saga peperangan yang hidup dengan alur cepat di darat, laut, dan udara, yang merupakan film epik terbesar dan paling profesional dalam sejarah bangsa, penuh dengan laga, ketegangan, kejutan dan kelokan, intrik, romansa, humor dan penampilan dramatis oleh para pemain yang mempesona dari bakat terbaik perfilman Asia Tenggara.

Dibesut dalam format 35-milimeter berdurasi 100 menit, Darah Garuda melibatkan ahli perfilman internasional terbaik dalam bidang efek khusus dan tata teknis lain yang berpengalaman di perfilman Hollywood. Sebagian, seperti Koordinator Efek Khusus Adam Howarth (Sving Prite Ryan, Blackhawk Down) dan Ahli Persenjataan John Bowring (The Matrix, The Thin Red Line, Australia, Wolverine), adalah para veteran di film Merah Putih. Dengan tim penyutradaraan baru Yadi Sugandi dan Conor Allyn, Darah Garuda dan film ketiga yang nanti akan muncul dari trilogi ini, Hati Merdeka, membawa ahli-ahli lain seperti Nominator Piala Oscar untuk Tata Rias dan Prostetik Conor O’Sullivan (The Dark Knight, Saving Private Ryan, Braveheart), Koordinator Laga Scott McLean (The Matrix, The Pacific-sekuel terbaru dari Steven Spielberg/Tom Hanks Band Of Brothers), Asisten Sutradara Andy Howard (From Hell, Wanted, Hellboy) dan Teknisi Ahli Efek Khusus Graham Riddell (Robin Hood, Batman Begins, Star Wars I, Band Of Brothers, Kingdom Of Heaven).

Disunting oleh penyunting gambar terbaik Indonesia Sastha Sunu dengan musik oleh komposer peraih penghargaan Thoersi Argeswara yang musiknya dimainkan oleh Beijing Philharmonic Orchestra, Darah Garuda menampilkan sebuah ensemble cast jajaran para bintang: Donny Alamsyah (Fiksi, 9 Naga, Gie), Rahayu Saraswati (Red and White), T. Rifnu Wikana (Kado Hari Jadi, Laskar Pelangi), Lukman Sardi (Quickie Express, Gie), Astri Nurdin (Red and White), Darius Sinathrya (Ungu Violet, D’Bijis, Naga Bonar Jadi 2), Atiqah Hasiholan (Jamila dan Sang Presuden, Ruma Maida), Ario Bayu (Laskar Pelangi, Pintu Terlarang), Rudy Wowor (Red and White, Quickie Express), Alex Komang (Lasakar Pelangi, Pacar Ketinggalan Kereta) dan memperkenalkan aktor cilik Aldy Zulfikar.

Pemenang Film Terbaik, Sutradara Terbaik dan Pilihan Penonton pada Bali International Film Festival 2009 dan pilihan resmi (official selection) pada berbagai festival film di Los Angeles, Amsterdam and Bangkok, Merah Putih disambut oleh VARIETY sebagai “penggambaran yang dibuat dengan baik tentang kelahiran Indonesia sebagai sebuah bangsa dimana penampilan pemain dan visualnya yang kuat mengesankan”. “Epik perang yang menghadirkan ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya... mendebarkan hati... mencengangkan,” kata koran Jakarta Globe, “Donny Alamsyah konsisten dan brilian.” Kompas memberikan “Dua jempol... film yang sempurna untuk hari kemerdekaan... dengan begitu hidup disutradarai Yadi Sugandi, ditulis oleh Conor Allyn dan Rob Allyn, skenarionya terjalin dengan anggun dan dengan gamblang menampilkan drama dan intrik... elean”.

Koran Jakarta Post menyebutkan bahwa gambar-gambarnya “otentik secara sejarah dengan laga, drama, humor, romansa, tragedi manusia dan cerita personal yang kuat... menginspirasi generasi muda”. SCREEN DAILY menyebutnya sebagai “epic... film terbesar dalam sejarah Indonesia”. Di Cannes, The Hollywood Reporter menyatakan “Merah Putih mengharu biru dalam memotret pemberontak Indonesia yang berjuang melawan penindasan Belanda... film ini telah memenangkan perhatian masyarakat di Indonesia dan Pasifik... Tipe film saga yang membangkitkan semangat raga yang membara, Merah Putih mengalir seperti halnya film-film lama peperangan Amerika... Merah Putih dengan bangga membentangkan scoring musik yang membangkitkan dan menginspirasi, garapan komposer Thoersi Argeswara”. Jawa Pos menyebut Merah Putih sebagai “Drama perang gaya Hollywood yang mengingatkan Indonesia tentang persatuan, pengorbanan dan nasionalisme para Bapak Bangsa”. Sementara Seputar Indonesia dengan sederhana mengatakan, “Perasaan kebanggaan dan cinta terhadap bangsa dibangunkan kembali setelah menonton film ini.”

Film ini menurut produsernya, Hashim Djojohadikusumo, memang ditujukan untuk membangkitkan semangat nasionalisme Indonesia yang dirasa mulai merosot. Hashim berharap film Darah Garuda (Merah Putih II) ini bisa membangkitkan nasionalisme bangsa. Hal tersebut diungkapkannya seusai menampilkan trailer (cuplikan) film tersebut.
“Melalui film ini saya ingin membangkitkan nasionalisme bangsa,” demikian ujar Hashim kepada matanews.com.
Meskipun berasal dari keluarga yang terjun di bidang politik, Hashim membantah adanya tujuan politis dalam pembuatan film trilogi yang keseluruhan ongkos produksinya mencapai angka 60 miliar itu. Ia menilai bahwa film patriotisme semacam ini memiliki makna penting baik dalam dunia perfilman Indonesia maupun dalam menumbuhkan semangat Pancasila.


Meskipun film ini kental dengan nilai-nilai patriotisme bangsa Indonesia, Hashim justru menggandeng sejumlah film maker luar negeri yang telah lama berkecimpung di industri perfilman Hollywood, diantaranya Conor Allyn yang berdampingan dengan Yadi Sugandi sebagai sutradara, Ahli Tata Rias Nominator Piala Oscar Conor O’ Sullivan, Koordinator Laga Scott McLean, Asisten Sutradara Andy Howard, dan Teknisi Ahli Efek Khusus Graham Ridell.
“Harus diakui bahwa dari segi teknis perfilman, orang Indonesia belum memiliki skills seperti mereka (kru film asing di Darah Garuda). Namun ini bisa jadi kesempatan bagi para kru dan pemain untuk belajar dari orang-orang terbaik,” terang Hashim.
Satu hal yang menarik dalam film ini adalah kemunculan Rahayu Saraswati yang juga putri Hashim. Dalam film ini Rahayu berperan sebagai gadis sebatang kara bernama Senja. Meskipun Hashim mengaku ‘ada unsur KKN’ dalam pemilihan karakter Senja yang diperankan oleh putrinya itu, Rahayu berhasil menyabet penghargaan Best Actress dalam ajang bergengsi Bali International Film Festival (BIFF) 2009.

Sebenarnya masih banyak sejarah perang di Indonesia, seperti Serangan Agresi Militer Belanda, Perang Diponegoro, Perang 10 November dan masih banyak lagi. Semoga para sineas mau ngangkatnya kelayar lebar.

Pemain :
Donny Alamsyah
Rahayu Saraswati
Lukman Sardi
T. Rifnu Wikana
Atiqah Hasiholan
Darius Sinathrya
Aryo Bayu
Rudy Wowor

Sutradara :
Yadi Sugandi
Conor Alyyn

Penulis :
Conor Allyn
Rob Allyn

Produser :Conor Allyn, Jeremy Steward

Produksi :Margate House Film

Homepage :http://www.merahputihthefilm.com/darahgaruda.com/index.html



powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme