Painted Skin: Cerita Siluman Lumayan Standar
Selasa, 30 September 2008
Selasa, September 30, 2008
,
1 Comment
Label: Action , Asia , Etnik , Film , Horror , Review
Label: Action , Asia , Etnik , Film , Horror , Review
Diangkat dari salah satu karya tulis klasik China, “Painted Skin” adalah sebuah cerita adaptasi tentang roh halus oriental yang sering kita lihat saat masih jaya jayanya tema ini menguasai jam tayang sabtu siang di salah satu televisi swasta dulu. Jika anda adalah salah satu penikmatnya atau emang menyukai segala hal yang berhubungan dengan hal hal supernatural menyeramkan yang dibalut oleh nuansa Kung fu, anda bakalan sedikit banyak dikecewakan oleh film satu ini yang ternyata eh ternyata.. lebih mengedepankan kisah romansanya dari awal ke ujung. Cerita tentang hubungan serba kesulitan layaknya drama telenovela yang menebar jaring kekomplekan cinta dan nafsu antara karakter karakter yang terlibat didalamnya.
Alkisah, ceritanya dimulai oleh tokoh seorang jendral bernama Wang Sheng (Chen Kun) yang dengan pasukannya baru saja menyerbu sebuah perkampungan barbar. Dalam pertempuran mereka, dia tak lupa menyelamatkan seorang gadis manis dan membawanya kembali ke tempat tinggalnya setelah sempat diculik oleh suku barbar tadi. Gadis itu bernama Xiao Wei (Zhou Xun) yang tidak disangka dan diduga dibalik penampakan mulus dan lugunya adalah seekor siluman rubah yang punya selera besar terhadap hati dan kulit manusia sebagai sarapan paginya dan juga sebagai suplemen untuk kecantikan dan awet muda.
Perkenalan sang jendral dengan gadis manis memulai akar akar perselingkuhan dalam hati kecilnya terhadap sang istri setia Pei Rong (diperankan oleh Vicky Zhao – si putri Huan Zhu yang semakin laris di layar lebar sekarang). Pei Rong pun mulai menunjukkan kecurigaan dan menyadari ada yang tidak beres terhadap sosok Xiao Wei, apalagi setelah memergoki salah satu aksi sadis sang siluman. Tapi tanpa ada satupun bukti, justru wanita siluman yang memiliki kesempatan untuk menimbulkan konflik dan kerenggangan antara pasangan suami istri ini, guna merebut posisi nyonya Wang dari dekapan Pei Rong.Ikut meramaikan situasi, adalah mantan jendral bernama Pang Yong (Donnie Yen) yang mempunyai perasaan terpendam terhadap Pei Rong, dan juga kakak sekaligus rival Wang Sheng dalam memperebutkan cinta sang wanita dulu. Ada juga seorang pemburu makhluk halus bernama Xia Bin (Sun Li) yang juga ternyata memiliki percikan cinta terhadap Pang Yong, serta Qi Yuwu, seekor siluman kadal yang dengan kekasmarannya terhadap Xiao Wei menjamin ketersediaan makanan terus menerus kepada siluman haus darah itu tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Dari sini anda mulai mengerti kan kenapa tadi saya bilang film ini sebagai legenda China yang punya kompleksitas percintaan bak dunia telenovela.
Para penggemar bintang laga terkenal Donnie Yen juga tampaknya bakalan siap dikecewakan oleh keterbatasan porsi penampilannya disini walaupun demi promosi, nama dan fotonya lebih diberikan porsi besar di poster. Sebagian besar adengan juga lebih menempatkannya pada posisi yang harus melemparkan beberapa dialog lelucon khas China yang malah bakalan jadi “Lost in Translation”, karena subtitle Indonesia yang tidak begitu memungkinkan untuk menangkap setiap intisari kalimat yang diucapkannya. Hadirnya beberapa adegan aksi yang ditampilkannya disini juga bukan hal yang baru dan belum pernah ditunjukkannya di dalam layar sebelumnya.Penyutradaraan Gordon Chan yang sering menampilkan adegan aksi mendebarkan dalam film film sebelumnnya juga tidak akan ngefek begitu banyak disini. Cuma ada beberapa aksi saling kejar di atas atap ala film oriental dan adegan berantem yang disajikan lewat pengambilan gambar cepat dan rada nge-blur, yang jadinya malah bikin gregetan karena bikin kurang begitu maksimal untuk menikmatinya. Penceritaannya juga akan berasa sedikit kikuk di pertengahan, karena buat gue keliatan banget begitu banyak detil yang diringkaskan guna menjaga alurnya tetap berjalan sesuai durasinya yang dibawah dua jam saja. Beberapa subplot juga direlakan lepas, yang diantarannya mungkin adalah perkembangan hubungan asmara dan kekaguman antara Pang Yong dan Xia Bin, dimana untuk membingungkan penonton dari cerita utama yaitu cinta segitiga antara Pang Yong, Xiao Wei dan Pei Rong.
Selepas itu semua, film ini masih layak untuk direkomendasikan karena adanya intrik dua wanita penggoda anggun yang saling berseteru, yang dimana dipresentasikan dengan cukup baik oleh Zhou Xun dan Vicky Zhao. Mungkin juga bakal sedikit mengingatkan kita kepada pada cakar-cakarannya Zhang Ziyi dan Gong Li di “Memoirs of a Geisha” beberapa tahun yang lalu. Lainnya, “Painted Skin”sebenarnya punya sesuatu yang menjanjikan tadinya, tapi tidak mampu untuk mempersembahkannya dengan maksimal sehingga hanya jadi sebuah tontonan biasa saja bukannya luar biasa. (Stef)
Nilai: ** dari ***** (Average to lame)
Alkisah, ceritanya dimulai oleh tokoh seorang jendral bernama Wang Sheng (Chen Kun) yang dengan pasukannya baru saja menyerbu sebuah perkampungan barbar. Dalam pertempuran mereka, dia tak lupa menyelamatkan seorang gadis manis dan membawanya kembali ke tempat tinggalnya setelah sempat diculik oleh suku barbar tadi. Gadis itu bernama Xiao Wei (Zhou Xun) yang tidak disangka dan diduga dibalik penampakan mulus dan lugunya adalah seekor siluman rubah yang punya selera besar terhadap hati dan kulit manusia sebagai sarapan paginya dan juga sebagai suplemen untuk kecantikan dan awet muda.
Perkenalan sang jendral dengan gadis manis memulai akar akar perselingkuhan dalam hati kecilnya terhadap sang istri setia Pei Rong (diperankan oleh Vicky Zhao – si putri Huan Zhu yang semakin laris di layar lebar sekarang). Pei Rong pun mulai menunjukkan kecurigaan dan menyadari ada yang tidak beres terhadap sosok Xiao Wei, apalagi setelah memergoki salah satu aksi sadis sang siluman. Tapi tanpa ada satupun bukti, justru wanita siluman yang memiliki kesempatan untuk menimbulkan konflik dan kerenggangan antara pasangan suami istri ini, guna merebut posisi nyonya Wang dari dekapan Pei Rong.Ikut meramaikan situasi, adalah mantan jendral bernama Pang Yong (Donnie Yen) yang mempunyai perasaan terpendam terhadap Pei Rong, dan juga kakak sekaligus rival Wang Sheng dalam memperebutkan cinta sang wanita dulu. Ada juga seorang pemburu makhluk halus bernama Xia Bin (Sun Li) yang juga ternyata memiliki percikan cinta terhadap Pang Yong, serta Qi Yuwu, seekor siluman kadal yang dengan kekasmarannya terhadap Xiao Wei menjamin ketersediaan makanan terus menerus kepada siluman haus darah itu tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Dari sini anda mulai mengerti kan kenapa tadi saya bilang film ini sebagai legenda China yang punya kompleksitas percintaan bak dunia telenovela.
Para penggemar bintang laga terkenal Donnie Yen juga tampaknya bakalan siap dikecewakan oleh keterbatasan porsi penampilannya disini walaupun demi promosi, nama dan fotonya lebih diberikan porsi besar di poster. Sebagian besar adengan juga lebih menempatkannya pada posisi yang harus melemparkan beberapa dialog lelucon khas China yang malah bakalan jadi “Lost in Translation”, karena subtitle Indonesia yang tidak begitu memungkinkan untuk menangkap setiap intisari kalimat yang diucapkannya. Hadirnya beberapa adegan aksi yang ditampilkannya disini juga bukan hal yang baru dan belum pernah ditunjukkannya di dalam layar sebelumnya.Penyutradaraan Gordon Chan yang sering menampilkan adegan aksi mendebarkan dalam film film sebelumnnya juga tidak akan ngefek begitu banyak disini. Cuma ada beberapa aksi saling kejar di atas atap ala film oriental dan adegan berantem yang disajikan lewat pengambilan gambar cepat dan rada nge-blur, yang jadinya malah bikin gregetan karena bikin kurang begitu maksimal untuk menikmatinya. Penceritaannya juga akan berasa sedikit kikuk di pertengahan, karena buat gue keliatan banget begitu banyak detil yang diringkaskan guna menjaga alurnya tetap berjalan sesuai durasinya yang dibawah dua jam saja. Beberapa subplot juga direlakan lepas, yang diantarannya mungkin adalah perkembangan hubungan asmara dan kekaguman antara Pang Yong dan Xia Bin, dimana untuk membingungkan penonton dari cerita utama yaitu cinta segitiga antara Pang Yong, Xiao Wei dan Pei Rong.
Selepas itu semua, film ini masih layak untuk direkomendasikan karena adanya intrik dua wanita penggoda anggun yang saling berseteru, yang dimana dipresentasikan dengan cukup baik oleh Zhou Xun dan Vicky Zhao. Mungkin juga bakal sedikit mengingatkan kita kepada pada cakar-cakarannya Zhang Ziyi dan Gong Li di “Memoirs of a Geisha” beberapa tahun yang lalu. Lainnya, “Painted Skin”sebenarnya punya sesuatu yang menjanjikan tadinya, tapi tidak mampu untuk mempersembahkannya dengan maksimal sehingga hanya jadi sebuah tontonan biasa saja bukannya luar biasa. (Stef)
Nilai: ** dari ***** (Average to lame)