Jangan Cuma Dipandang Sebelah Mata

"Waktu kecil, saya nonton Thomas Americo, Ellyas Pical, sampai Nico Thomas. Bahkan saya sampai ikut-ikutan beli sarung tinju. Tetapi kini spirit pertandingan itu semakin menghilang," tutur Rudi Soedjarwo.
Mencoba mengemas pertarungan para petinju yang ternyata tak hanya terjadi di atas ring tapi juga di kehidupan nyata mereka, Rudi kembali hadir dengan film terbarunya “Sebelah Mata” yang membawanya tampil total bukan hanya sebagai sutradara lagi tapi juga sebagai produser dan penulis cerita. Sempat menyatakan kalau ide cerita film ini terinspirasi dari kisah nyata kehidupan seorang petinju asli, tapi film ini sama sekali tidak merujuk pada satu nama petinju secara persis.
Melanjutkan tema yang mulai dirintisnya dari film “LIAR” kemarin, lagi lagi Rudi mencoba melawan arus utama genre film nasional saat ini. Ketika tema horror, remaja, seks comedy dan religi sedang membludak, Rudi justru mengetengahkan genre sport drama. Idealisme yang patut diacungi jempol karena banyak sineas dan produser yang tak cukup bernyali untuk menekuni genre langka ini. Rudi sendiri mengaku tidak terlalu menaruh target berlebih untuk karya terbarunya ini, "Saya harus latihan, banyak kekurangan pastinya. Ini awal, saya ingin belajar membuat film tinju. Next time, kalau ada uang lebih banyak, waktu lebih banyak saya ingin membuat film tinju yang lebih solid lagi," kata Rudi jujur.Sebelah Mata mengisahkan sosok petinju muda bernama Anton Gabrielle alias The Wonderboy (Robertino). Nama Anton "The Wonderboy" berkibar sebagai juara tinju yang tidak terkalahkan. Masa keemasan rupanya tidak lama berlangsung. Setelah pertandingan sengit, dia terpaksa harus menggantungkan sarung tinju karena cedera saraf di bagian kepala. Bahkan Anton akhirnya mengalami stroke ringan.
Persoalan pun datang bertubi-tubi. Anton menjalani perawatan dan terapi fisik. Biaya pengobatan membengkak. Rumah dan perabotan harus dijual karena tabungan sudah habis. Pacar pun berpaling ke lain hati. Bahkan setelah Anton sembuh, sang ibu jatuh sakit dan membutuhkan banyak biaya.
Dilema muncul saat Anton terimpit masalah keuangan. Wulan (Aimee Juliette), sang promotor oportunis muncul dengan tawaran menggiurkan. Dalam kondisi "cacat", Anton ditantang naik ring untuk melawan juara baru, Franko Moriena alias 'The Punisher' (Didi Riyadi). Kali ini, Anton hanya berbekal restu ibunda, semangat dari sang manajer Reta (Thya Ariesthya), dan arahan teknik dari sang pelatih Chaerul (Dorman Borisman).Fakta fakta seputar Sebelah Mata:
- Didi Riyadi mengaku mendapatkan banyak pengalaman berharga di film layar lebar perdananya ini. Drummer grup band Element ini, langsung dapat pelatihan tinju dari beberapa mantan petinju nasional. “Senangnya, gue yang udah punya dasar bertinju, nggak cuma dilatih teknik bertinju semata, tapi juga mendapatkan cerita-cerita seru dan berharga seputar pengalaman mereka menjadi petinju nasional. Jujur, gue sempat kepikiran, seru juga ya, kalau jadi petinju profesional atau nasional seperti mereka. ” ujar Didi.
- Gara-gara tak bisa memotong habis rambut di kepalanya karena sedang menjalani promosi album solo perdananya, aktor dan penyanyi Irwansyah (23) terpaksa menolak tawaran sutradara Rudi Soedjarwo untuk bermain di film ini.
Namun, kata mantan mahasiswa London School of Public Relations Jakarta ini, usaha Rudi untuk melibatkan dirinya tidak berhenti di situ. "Mas Rudi sudah menyiapkan film lain buatku. Genrenya horor. Pokoknya, tunggu saja deh peranku dalam film horor," ucap Irwansyah, yang selama ini selalu main dalam film-film drama cinta.
- Thya Ariestya rela melepaskan dunia sinetron yang telah membesarkan namanya untuk sementara, demi sebuah peran dalam film ini yang merupakan pengalaman akting layar lebar keduanya. Dalam film ini, Thya berperan sebagai seorang therapist. Untuk mendalami perannya, Tia khusus melakukan riset bagaimana seorang terapis itu melakukan metode fisioterapi.

Resensi film: (Source: Suara Pembaruan Daily)
Sebelah Mata karya Rudi mungkin sulit disandingkan dengan film-film tinju produksi Hollywood layaknya Raging Bull, Ali atau Rocky. Di film ini, Rudi cenderung menonjol bahasa visual daripada dialog. Namun teknik itu menjadi usang, saat dipaksakan masuk ke banyak adegan. Padahal film sepanjang 116 menit ini meng- eksplorasi momentum-momentum dramatis. Gaya minimalis itu makin janggal saat adegan pesta kemenangan dan acara makan bersama.
Tetapi Rudi berargumen dialog memang sengaja ditinggalkan. Bahkan sebenarnya, dia mengaku ingin memangkas dialog dari awal hingga akhir. Kekuatan visual itu sengaja ditonjolkan terutama untuk adegan pertarungan. Sementara sisi drama hanya merupakan tambahan. Boleh jadi, kelemahan berawal dari skenario.
Sayang, Rudi tidak mengemas Sebelah Mata sedekat mungkin dengan realita. Pemilihan sosok Robertino masih kurang pas untuk postur petinju. Sementara dari segi teknik, gaya bertarung pemain di ring lebih mirip aksi petarung jalanan. Tanpa teknik double cover atau clinch, adegan pertarungan di ring tampak tak natural.
Gaya pukulan jab atau uppercut pun terlontar tanpa arah. Padahal tokoh Anton maupun Franko berangkat dari sasana dan tidak dikisahkan berasal dari jalanan. (JC)

Jenis Film :Drama/sport
Durasi : 116 Min

Pemain :
Thya Ariestya
Robertino
Didi Riyadi
Aimee Juliette

Sutradara :Rudy Soedjarwo
Penulis : Rudy Soedjarwo

Tayang mulai 7 Agustus 2008

(Bahan bahan: Suara Pembaruan News, Cineplex 21)

0 Response to "Jangan Cuma Dipandang Sebelah Mata"

Posting Komentar

SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR ANDA... JANGAN RAGU RAGU DAN MALU MALU, KAMI SIAP MENAMPUNG UNEG UNEG ANDA TENTANG POSTINGAN MAUPUN TAMPILAN BLOG KAMI... SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI UCAPKAN THANK YOU SO MUCH..!

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme