Kejarlah Mimpi Setinggi Laskar Pelangi

Rela deh ngantri lama buat nonton film satu ini, bukan cuma ingin ikut2an trend tapi memang karena filmnya layak untuk jadi bahan apresiasi koq. Jarang jarang loh kita disuguhin film Indonesia dengan kualitas sebagus ini, bukannya pengen ngejelekin kualitas keseluruhan film Indonesia sih, tapi kalo emang kenyataannya gitu mau bilang apa? “Laskar Pelangi” adalah satu dari sedikit karya sineas Indonesia yang patut menjadi kebanggaan bagi bangsa ini, antrian panjang yang tercipta selama mulai dirilisnya film ini juga sebagai bukti kalo masyarakat Indonesia itu masih memberikan atensi yang sangat besar untuk film yang berkualitas, makanya para produser perbanyak dong film kaya’ gini, terbukti kaga’ rugi kan? Bangga juga kan ngeliat kalau ternyata film Indonesia itu masih punya kekuatan yang lebih besar dalam menarik penonton dalam negeri dibandingkan produk produk import.

Back to the film, apa sih yang bikin “Laskar Pelangi” begitu digila-gilai para penikmat ataupun malah bukan penikmat film? Yang pertama mungkin karena fenomena yang telah tercipta dari bukunya sendiri, kemudian tekhnik promosi Miles Films yang walaupun ga begitu jor-joran tapi sanggup menggugah minat banyak orang. Walaupun kalau mau saya akui, marketing Miles Films memang cukup baik dibanding film film rilisan lebaran yang lain. Dengan disediakannya situs resmi, blog resmi hingga halaman khusus untuk foto di flickr, kita diberikan kemudahan untuk mengakses segala hal tentang filmnya sebelum waktunya menonton. Dari segi ceritanya, film ini ternyata punya perbedaan yang lumayan lebar dengan versi novel. Why? Sebenarnya ga adil sih kalau ngebanding2in dua karya seni dalam platform yang berbeda ini. Secara, novel kan adalah sebuah karya tulis yang memang mengandalkan imajinasi kita sendiri untuk mencerna ceritanya, sedangkan film kan sebuah bahasa gambar yang pastinya langsung bisa kita telan bulat bulat lewat penglihatan kita (harus dibarengi sama mikir juga sebenernya he..he..). Namun, kepiawaian para sineas belakang layar yang mengadaptasi cerita ini memang patut diacungi dua jempol, justru dengan tidak menghadirkan bulat bulat apa yang tersaji dibukunya, “Laskar Pelangi” jadi sebuah karya seni baru yang punya alur yang jelas dan dramaturgi yang solid. Ga mungkin kan menyajikan lembar demi lembar halaman novelnya ke dalam sebuah film yang berdurasi notabene hanya 2 jam itu. Mira lesmana, Riri Riza dan penulis skenario Salman Aristo yang telah makan asam garam lewat produksi “AADC” memang adalah pilihan yang sangat tepat bagi Andrea Hirata dalam mewujudkan ide cemerlang novelnya ke bentuk gambar hidup. Mereka menggubah tuturan cerita novelnya yang bertumpu pada persahabatan dan mimpi besar para Laskar Pelangi menjadi cerita yang juga sarat pesan moral, kritik sosial, dan penuh keindahan visual alam Belitong. Ironi yang tercipta saat kita menyaksikan gambaran kemelaratan pendidikan yang masih ada di Indonesia ini, juga masyarakat yang tidak berdaya dan hanya pasrah melihat ladangnya dieksplorasi tangan tangan berkuasa yang tidak bertanggung jawab, cukup membuat perasaan kita tersayat sayat. Tapi kegembiraan dan keceriaan para anak anak Belitong yang digambarkan lewat akting super natural dari para bintang muda potensial dari Belitong ini, juga membuat tontonan ini menjadi satu karya yang sangat sangat menghibur. Walaupun tidak semua karakter 10 anak ini dipaparkan dengan lengkap selayaknya versi novel, sebaliknya film ini lebih memberi porsi besar kepada karakter Ikal, Lintang dan Mahar yang menjadi motor penggerak dalam kelompok murid murid cerdas ini. Para bintang profesional Indonesia yang terlibat juga memberikan usaha terbaik mereka, terutama Cut Mini sebagai ibu Muslimah dan Ikraneraga sebagai Pak Harfan, yang sedikit banyak mengingatkan kita kepada jasa seorang guru yang memang lekat dengan slogan “Pahlawan tanpa tanda jasa”. Cakrawala visual yang hadir dalam semburat jingga di ufuk timur pantai Belitung nan elok juga jadi pemuas pandangan dan musik latar yang begitu manis membungkus setiap adegan. Kesemuanya menambah kekayaan seni dalam film ini.Sekali lagi, dijamin ga rugi deh cape ngantri demi film ini. Bagi yang ga mau ngantri puas-puasin aja dulu mendengar ataupun membaca berbagai resensi bagus filmnya sebelum nonton sendiri di bioskop. (JC)

Nilai: ****1/2 dari ***** (Excellent!)

4 Response to "Kejarlah Mimpi Setinggi Laskar Pelangi"

  1. Anonim says:

    ditunggu sekual kedua sampai keempatnya. moga - moga bisa jadi Lord of The Ring & Harry Potter-nya Indonesia.

    Anonim says:

    iya, bagus. saya sudah nonton. untungnya di atrium nggak pake ngantri (minggu lalu).

    begitu dateng, ngliat jadwal tayangnya, trus masih ada tempat duduknya (kursi atas), langsung beli tiket.

    by the way, saya masih bingung, maksudnya apresiasi di film ini apa ya?? hmmm..... tulisan di atas kurang komplit. coba jelaskan apresiasi yang dimaksud!

    oh iya, Blogger's Choice Awards pengumumannya tanggal 16 Oktober lho... dirimu ikut 'kan?


    salam,
    Hidayatullah

    Anonim says:

    Salam kenal juga rekan Hidayatullah.

    Maksud saya dengan apresiasi itu adalah menghargai kalo di Indonesia ini masih bisa bikin film yang sebagus ini. Ditengah maraknya film bertema aneh2 seperti saat ini, bagus sekali ada Laskar Pelangi yang bisa jadi bahan dialog, pemikiran dan pembahasan yang cerdas dan berisi.

    chris says:

    iya klo awal-awal keluar di bioskop pasti penuh dan ngantri yg mw nonton..:D
    mknya saya agak menunda untuk menonton..:D

Posting Komentar

SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR ANDA... JANGAN RAGU RAGU DAN MALU MALU, KAMI SIAP MENAMPUNG UNEG UNEG ANDA TENTANG POSTINGAN MAUPUN TAMPILAN BLOG KAMI... SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI UCAPKAN THANK YOU SO MUCH..!

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme