X-Men Origins Wolverine: Bedah Asal Usul Yang Lumayan Mengecewakan

Setiap film X-Men itu menarik. Yah, yang gue maksud disini adalah semuanya termasuk film terakhir “X-Men: The Last Stand” yang biarpun menurut hasil sensus adalah yang terburuk dari trilogi tersebut. Kenapa gue bilang begitu? Karena mereka mempunyai peng-karakteran yang solid, dimana Magneto dan Xavier adalah yang terbaik menurut gue, dan pengembangan cerita yang baik.
Dan gue juga lumayan tertarik tadinya saat mendengar mereka akan melanjutkan trilogi itu dengan memproduksi “X-Men Origins: Wolverine,” harapan gue pada film ini yang ceritanya lebih berfokus pada masa lalu si mutan pemberontak bertulang adamantium Wolverine tadinya juga sangat bagus, sampai gue menyaksikan sendiri filmnya yang jujur, tampil lumayan mengecewakan.


Membawakan tokoh yang telah mempopulerkan namanya disini adalah Hugh Jackman yang masih tetap tampil dengan baik, dan bisa gue bilang, bukan aktingnya yang sebenarnya mengacaukan film ini, Hugh tetap mampu tampil solid dalam membawakan peran ini untuk keempat kalinya. Tapi keseluruhan jalan cerita memang dipenuhi oleh banyak karakter2 ga penting lainnya yang justru tidak menyumbangkan apapun bagi perkembangan plot cerita sendiri. Mereka sekedar dipaksakan untuk muncul dalam alur film hanya untuk meyakinkan penonton kalo para pembuat film ini benar2 membaca versi komiknya.

Gue sendiri bukan penggemar berat komik X-Men, tapi setidaknya gue pernah membaca beberapa buah komiknya yang menampilkan karakter2 dalam film ini. Dan menurut gue, film ini sama sekali ga menghargai satupun karakter yang mereka tampilkan, tidak juga kepada kontinuitas alur ceritanya. Bukan hanya itu, film ini juga tidak menghargai narasi pada proyek Weapon X, hubungan antara Wolverine dan Sabretooth, ataupun Gambit, Deadpool dan Emma Frost. Motivasi yang diberikan pada sosok Wolverine disini pun terkesan bodoh dan sudah jutaan kali digunakan pada berbagai jenis film yaitu pembalasan dendam atas terbunuhnya orang tercinta.


Disamping itu, gue sedikit melihat kilasan déjà vu dalam film ini karena apa yang dibahas pada asal usul Wolverine disini sebenarnya sudah pernah dijelaskan dalam “X2,” kita sudah tau bagaimana dia bisa memiliki tengkorak berlapis adamantium, jadi ini terkesan kurang masuk akal aja kalo membuat sebuah film dengan sesuatu hal yang sudah pernah dijabarkan sebelumnya. Gue secara personal juga yakin kalo Wolverine bukanlah salah satu karakter yang diharuskan untuk memiliki sebuah penjabaran sejarah yang begitu mendetil karena misteri justru adalah bagian alami dari karakternya. Coba pikir, apakah kita juga mesti tau bagaimana seorang Joker mendapatkan cacat bekas lukanya?


Adegan2 actionnya sendiri terkesan kurang memuaskan, gue sebenarnya tidak mengharapkan hal2 yang logis muncul dari film ini, tapi sebagian besar dari adegan2 itu memang jauh di luar akal sehat tapi justru malah gampang dilupakan, tidak menyisakan sesuatu yang memorable seperti film2 X-Men sebelumnya. Akting beberapa bintang pendukung lainnya juga ada yang tidak meyakinkan dan terkesan kaku, ditambah lagi oleh naskah yang dialog yang miskin ide, adegan2 klise khas film action, dan kurangnya pengembangan karakter. Meskipun kita tau kalo Wolverine adalah tokoh sentral yang tentunya lebih menjadi pusat cerita, namun kemunculan tokoh2 mutan lainnya yang lumayan banyak terlihat hanya sebagai tempelan belaka dan kurang dimanfaatkan dengan baik. Apalagi bagi penggemar tokoh Gambit dan Deadpool, siap2 aja menelan rasa kecewa dengan penggambaran mereka dalam film ini. Adegan akhir tampil cukup baik kalo dipandang dari segi efek visual, tapi alur plot meninggalkan lubang besar yang menjadi tanda tanya besar tentang masalah hilang ingatannya Logan alias Wolverine dan kelanjutan nasib Sabretooth. Meski begitu masih tetap ada adegan kejutan dengan munculnya sosok penyelamat yang familiar diakhir cerita.

Skor: 6/10

Tales From Earthsea,Perseteruan Para Penyihir

Dikisahkan sesuatu yang aneh terjadi di negeri fantasi abad pertengahan. Sebuah kerajaan dalam keadaan kacau. Orang – orang mulai berkelakuan aneh. Lebih buruk lagi, ditengah sebuah pelayaran yang diterpa badai, awak – awak kapal melihat adanya naga, yang seharusnya tidak boleh memasuki dunia manusia. Dua ekor naga sedang bertempur dan salah satunya terbunuh.

Sementara seorang raja mendengar kabar ini dan mencemaskan keaadan anaknya (Pangerang Arren) yang berada dalam kapal itu. Penyihir kerajaan mengatakan bahwa menurut legenda, naga dan manusia pernah hidup damai. Hingga suatu saat kedua makhluk itu berpisah.

Seorang penyihir bernama Ged (Sparrowhawk the Archmage), berusaha mencari penyebab semua kejadian tersebut. Diperjalannya, Ged bertemu Pangeran Arren yang terdampar di sebuah gurun dan terjebak di kerumunan serigala ganas dan tanpa niat mempertahankan diri.Pangeran Arren terdampar karena sedang kabur setelah ia telah membunuh dan mencuri pedang sakti milik ayahnya yang seorang raja.

Kemudian, Arren mengikuti Ged (Sparrowhawk)ke kota Hont. Dalam perjalanan mereka, Ged (Sparrowhawk) dan Pangeran Arren menyelamatkan Therru yang sedang dikejar pemburu budak, yang akhirnya malah kabur tanpa terima kasih. Perjalanan Pangeran Arren & Ged (Sparrowhawk) berlanjut ke kediaman Tennar. dan di sini Pangeran Arren kembali bertemu Therru, gadis yang diselamatkannya.
tales_from_earthsea,buaya filmVIEW GALLERY

Mendengar hal ini, penguasa budak, Kumo (Lord Cob), berang dan memerintahkan anak buahnya menangkap Sparrowhawk. Pangeran Arren pergi menyelamatkan Sparrowhawk. Namun Lord Cob yang ternyata sedang mencari rahasia hidup abadi, dan mengesampingkan fakta bahwa keseimbangan antara hidup dan mati harus tetap terjaga
memanipulasi pikiran pangeran itu dengan mengatakan bahwa Sparrowhawk berencana mencuri rahasia kehidupan abadi. Walaupun Arren terlihat seperti anak muda yang pemalu, dia mempunyai sisi gelap, yang memberikan kekuatan, kebencian, kebrutalan dan tidak mempunyai belas kasihan. Untuk seorang penyihir hitam bernama Kumo ( Lord Cob) , ini adalah sebuah kesempatan yang sempurna. Ia bisa menggunakan rasa takut Arren untuk melawan musuhnya,yaitu Ged (Sparrowhawk) .

Ged (Sparrowhawk) yang sebelumnya berhasil kabur, berbalik menyusul Arren ke istana. Sial, Arren yang telah terhasut Cob menyerangnya. Sementara Therru juga menyusul ke istana dan menyelamatkan Arren. Pedang sakti Arren membebaskannya dari pengaruh magis Lord Cob. Saat pertarungan sengit terjadi, Cob membunuh Therru. Namun Therru tak tewas, malah berubah wujud menjadi naga.

Film Tales from Earthsea (Gedo Senki) adalah film animasi dari Jepang. Bisa disebut sebagai salah satu film animasi terbaik dan cukup populer di Negeri Matahari Terbit itu.

Film Tales from Earhsea adalah film yang diangkat dari novel yang ditulis oleh Ursula.K. Le guin. Dalam film ini Goro Miyasaki mengkombinasikan plot dan karakter dari buku pertama, ketiga, dan keempat dari serial Eartsea, yakni A Wizard of Eartsea, The Farthest Shore, dan Tehanu. Film ini pertama kali dikeluarkan oleh Jepang pada tahun 2006 dan kemudian diputar di Cina dan Inggris pada 2007. dan di Amerika, film tersebut diputar pada tahun 2009.

Film garapan putra animator terkenal Hayao Miyazaki ini adalah keluaran studio Ghibli yang cukup terkenal di Jepang. Bisa dibilang studio Ghibli adalah studio Walt Disney-nya Asia. Film ini merupakan serial pertama yang dibuat Ghibli yang diambil dari adaptasi serial Earthsea.

Kira – kira 20 tahun yang lalu, Hayao Miyazaki yang berkeinginan membuat film tersebut, tapi sempat ditolak oleh penulis novelnya (Ursula.K. Le guin ). karena Ursula hanya kenal animasi gaya disney, dan dia sama sekali tidak menyukai gaya tersebut. Beberapa belas tahun kemudian, seorang teman dari Ursula merekomendasikan sebuah film Miyazaki, "My Neighbor Totoro" dan ternyata Ursula sangat menyukainya , apalagi pada 2003, Hayao Miyazaki menerima Oscar dalam film "Spirited Away." Kemudian Ursula menghubungi Hayao dan menanyakan apakah Hayao masih berminat membuat animasi berdasarkan buku karangannya. Lahirlah film Tale from Earthsea. Tetapi Hayao Miyazaki tidak bisa menyutradarai film ini karena dia sudah menyutradarai "Spirited Away" dan sibuk membesut "Howl’s Moving Castle." Maka putranyalah Goro Miyazaki yang melanjutkan proyek yang sempat tertunda ini. Walau pada awalnya Hayao gak ngizinin Goro untuk menyutradarai film ini karena menganggap Goro masih kurang berpengalaman, namun setelah Hayao menyaksikan preview-nya, ia menilai bahwa Goro, sang anak memiliki kemampuan yang cukup. Lebih dari itu ternyata karyanya ini juga diakui oleh dunia. Pada tanggal 31 Agustus 2006, "Tales from Earthsea" dijadikan sebagai film pembuka di Festival Film Venice.

Tales from Earthsea merupakan debut bagi Goro Miyazaki, sebagai sutradara. Gak cuman itu, film ini juga kali pertama bagi anggota V6, Okada Junichi sebagi pengisi suara.Film ini punya gambar yang bagus banget, membuat sesuatu yang beda dimata kita yang biasa lihat anime – anime buatan Amerika seperti "Bolt" atau "Monsters vs Aliens" yang memcoba menampilkan kartun menjadi lebih nyata. Tapi difilm ini, kartun adalah kartun yang bentuknya 2 dimensi. Tapi sayang, endingnya kurang menggigit, agak kurang stabil plot ceritanya, mungkin karena mengkombinasikan plot dan karakter dari buku pertama, ketiga, dan keempat dari serial Eartsea. Menurut Ursula sang penulis bukun lewat blognya, adaptasinya ternyata lumayan menyimpang dari yang dia harapkan sebelumnya. Walaupun ada kekurang, tapi film ini tetap direkomendasikan untuk ditonton bagi penggemar animasi khas negeri matahari terbit itu. (Ixe)

Tales From Earthsea Cast & Crew

Sutradara : Goro Miyazaki

Pengisi Suara (versi Jepang):
• Bunta Sugawara
• Junichi Okada
• Aoi Teshima
• Yûko Tanaka
• Jun Fubuki
• Jun Kagawa

Pengisi Suara (Versi Amerika)
• Timothy Dalton
• Matt Levin
• Blaire Restaneo
• Willem Dafoe
• Mariska Hargitay
• Cheech Marin

Producer :Toshio Suzuki

Composer : Tamiya Terashima

Screen Writer : Goro Miyazaki & Keiko Niwa

Writer (Book): Ursula K LeGuin

Website: http://www.ghibli.jp/ged/



Bukan Cinta Biasa: Komedi Romantis yang Nge-Pop

Musisi terjun ke dunia film mungkin sudah bukan hal yang luar biasa lagi, pada masa jaya2nya perfilman Indonesia dulu juga sudah banyak musisi yang melakukan switch career ini, secara saat ini juga banyak bintang film dan sinetron yang juga aji mumpung terjun sebagai penyanyi padahal modal vokal bisa dibilang cuma pas2an. So, sah2 aja sih kalo mereka mau mencoba peruntungan di dua dunia yang sebenarnya masih bergerak dalam lingkup yang sama yaitu seni ini, tapi mestinya harus mengukur kemampuan sendiri juga dong biar ga malu2in nantinya. Contoh terbaru dari penyanyi jadi aktor ini bisa ditemukan pada film bertajuk “Bukan Cinta Biasa” dimana Ferdy Taher dari grup pop “Element” akan mencoba peruntungannya sebagai bintang utama sementara penyanyi muda pujaan kaum hawa Afgan juga bakalan muncul sebagai cameo. Kemunculan Afgan yang juga terlibat dalam album soundtrack film ini mungkin hanya sebatas numpang lewat dan memerankan dirinya sendiri. Seperti yang diakuinya sendiri, “gue di film itu lagi perform di cafe dan jadi diri sendiri juga. Disitu kan, di gue jadi penyanyi selama satu menit tanpa dialog. Jadi nggak ada perbedaan yang signifikan. Pokoknya gue excited banget bisa nyanyi di film itu," jawab Afgan.
Dibumbui oleh latar dan ambience musik pop Indonesia, film “Bukan Cinta Biasa” ini produksi oleh studio baru WannaB Production yang resmi menancapkan kukunya di bisnis industri film lewat film debut mereka ini. Tetap mengangkat tema remaja yang diakui oleh produsernya disini masih mempunyai pangsa yang besar di Indonesia. Untuk itu mendampingi Ferdy Element disini, dipilihkan bintang remaja baru yang bernama Olivia Lubis, gadis yang mengawali karirnya sebagai foto model di berbagai Majalah remaja dan Tabloid terkemuka. Olivia juga menjadi bintang video klip Soundtrack film "Bukan Cinta Biasa" yang dibawakan Afgan.

Diceritakan Tommy (Ferdy Element) adalah vokalis group band rock papan atas yang lumayan ganteng dan ngetop pada jamannya, tahun 80-an. Walaupun tidak sengetop God Bless, mereka masih punya fans ‘fanatik’ yang lumayan jumlahnya. Seiring berjalannya waktu, kelakuan Tommy dan para sahabat satu groupnya saat ini tidak bergeming dari life style orsinilnya; hidup bebas, urakan, kekanak-kanakan dan menyikapi hidup dengan visi sederhana; biar gak pernah serius, yang penting asik dan engga ganggu orang. Nah..masalahnya yang terakhir itu terasa mulai jadi tidak konsisten bagi Tommy ketika suatu hari di pintu apartementnya muncul gadis berusia 15 tahun yang mengaku anaknya. Keraguan bahwa itu hanya pengakuan yang mengada-ada dari gadis muda bernama Nikita (Olivia Lubis) itu mendadak sirna ketika Tommy mendengar langsung pangakuan Lintang (Wulan Guritno), mantan pacarnya saat ia menjalani predikat sebagai “Play Boy Top 90-an” saat itu. Mereka berpisah begitu saja karena kelakuan Tommy yang jauh dari bagus itu. Menghadapi Lintang, jago karate yang masih menyimpan kemarahan padanya itu, Tommy gentar, ia mendadak ingat kelakuan urakannya dulu. Kalau bisa memilih, ia pilih menghilang ke dasar bumi daripada menghadapi Lintang lagi.
Lintang punya masalah, ia akan mengikuti calon suaminya pindah ke USA sementara Nikita masih harus menjalani sisa sekolahnya beberapa bulan sebelum menyusulnya. Dengan perasaan terpaksa, Lintang yang tidak punya pilihan lagi itu harus merelakan Nikita untuk sementara waktu, di”jaga” oleh Tommy, orang yang ia coba delete dari file benak dan hatinya itu. Masalah jadi lebih rumit ketika Nikita mulai menapaki cinta pertamanya dengan Brad (Rocky), Rocker muda yang lagi naik daun saat ini. Hubungan Tommy dan Nikita yang awalnya berlangsung kaku mulai mencair, hati mereka mulai saling menyayangi satu sama lain. Tommy diam diam tetap bertekad menghalangi perasaan Nikita kepada Brad, ia berusaha mengalihkan perhatian Nikita atas Brad.

Walaupun Film ini dibalut dengan adegan-adegan komedi dan canda tawa tapi tetap berusaha menonjolkan sisi-sisi moral, yang katanya mengangkat realitas kehidupan anak remaja yang jujur dan suka memberontak, tetapi tetap memerlukan kasih sayang orang tua. Begitu juga dengan orang tua, seburuk-buruknya kelakuan mereka, serasa sulit untuk tidak menyayangi anaknya dengan sepenuh hati. Hal itu diwakilkan oleh dua sosok utama film ini, ayah dan anak yang terpisah selama 16 tahun, tapi bagaimanapun cinta anak dan seorang bapak tidak dapat dipisahkan oleh waktu. Okelah, boleh juga ditunggu filmnya yang pasti “Bukan Cinta Biasa” bakal beredar di bioskop-bioskop kesayangan anda pada tgl 7-Mei-2009. Dan kita saksikan sendiri apakah kemunculan Afgan sebagai cameo dalam film ini akhirnya mampu menggelitiknya untuk mencoba akting sebagai peran utama sebenarnya di film2 mendatang nanti.


powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme