Terminator Salvation: Aksi Maksimum Dengan Plot Minimum

Film “Terminator” pada zamannya adalah salah satu tonggak sejarah baru dalam dunia perfilman Sci-fi Hollywood pada khususnya dan dunia pada umumnya. Film petualangan aksi seru tentang robot yang datang dari masa depan untuk tugas melenyapkan si calon penyelamat umat manusia dari kiamat akibat dominasi mesin itu, langsung menjadi franchise baru yang sukses ditangan sang pencetus ide James Cameron. Kesuksesannya juga semakin melejitkan nama sang bintang gempal Arnold Schwarzenegger yang sekarang juga sukses menjadi gubernur California. Dan ketika Hollywood semakin kekurangan ide untuk menghadirkan kreasi2 baru yang lebih cemerlang, apa salahnya untuk kembali menggali kemungkinan cerita apa lagi dari kreasi2 lama yang sudah terbukti kemanjurannya seperti “Terminator” ini. Maka hadirlah “Terminator Salvation” yang bisa dibilang sebagai sekuel ke-4 dari franchise ini, sekaligus menjadi sekuel nomor 4 yang beredar di Hollywood sepanjang bulan Mei ini, menyusul “X-Men Origins: Wolverine,” “Star Trek” dan “Angels&Demons.” Meskipun bisa dihitung sebagai sekuel, cerita dalam “Terminator Salvation” ini sama seperti tiga film yang disebut diatas bisa juga dibilang sebagai prekuel dari film2 sebelumnya, karena mengambil masa sebelum cerita dalam film pertamanya berawal.


“Terminator Salvation” akan membeberkan narasi dan pemandangan masa depan dimana sang penyalamat manusia John Connor sedang dalam perjuangannya melawan dominasi mesin yang semakin menyingkirkan umat manusia sebagai penguasa bumi. Dimana dimasa inilah nantinya John akan menugaskan Kyle Reese sang ayah untuk kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan ibunya dari ancaman cyborg ganas T-800 (Schwarzenegger) yang ditugaskan oleh pihak Skynet dalam film “The Terminator” (1984). Pemandangan dunia masa depan “Terminator” ini memang adalah salah satu yang telah ditunggu2 penikmat film sejak film pertamanya dulu yang diikuti oleh “T2” yang lebih sukses menarik perhatian publik. Dan di film keempat inilah, visual dunia itu baru bisa terwujud, menampilkan wujud dunia yang telah porak poranda dan populasi umat manusia yang semakin sedikit sementara robot2 canggih dan Skynet telah menjadi momok yang kian menakutkan. Namun sama seperti film ketiganya beberapa tahun lalu, film ini pun tidak lagi melibatkan James Cameron sebagai sutradara. Kursi pemimpin produksi disini diduduki oleh McG, mantan sutradara video musik yang sebelumnya dikenal sebagai sutradara dari dua film layar lebar serial “Charlie’s Angels”. Terus terang, saat nama McG diumumkan sebagai sutradara film ini, banyak yang meragukan kemampuannya membangkitkan kembali franchise ini akibat kurang berkualitasnya dua karya terdahulunya itu. Tapi apakah “Terminator Salvation” justru bisa menunjukkan kemampuan penyutradaraannya yang sebenarnya?

Yang jelas disini, McG memang menciptakan suatu visual yang benar2 lain dari “Charlie’s Angels’ yang warna warni, ga serius, dan glamour itu. “Salvation” adalah film yang kelam, berteknologi tinggi, super serius dan penuh pertunjukan mesin2 canggih dan ledakan maha dashyat. Dari segi visual dan spesial efeknya, boleh saja film satu ini diberi ancungan jempol, karena McG berhasil menunjukkan dirinya sebagai sutradara yang serius. Tapi, saking serius menggarap adegan aksi dan efek yang canggih itu, McG lupa untuk memberikan plot dan jalinan cerita yang baik bagi film ini. Plot yang dihadirkannya disini seakan akan di’comot’ dari berbagai film dan video game aksi yang sudah jadi kemudian ditata kembali sedemikian rupa hingga menjadi sebuah cerita “pengejaran & pembantaian” biasa. Memang masih tetap mengasikkan untuk dinikmati tapi tidak mampu mencapai standar tinggi yang telah ditetapkan oleh James Cameron bagi franchise ini. Selain itu, McG juga lupa pada salah satu aturan penting bagi film aksi yaitu menyajikan pengembangan karakter yang baik hingga bisa menciptakan koneksi yang kuat bagi penontonnya. Keseluruhan cerita berlangsung seperti layaknya video game saja bila dibandingkan dengan “Terminator” versi James Cameron.


Sekuel ini juga terlihat diciptakan bagi karakter John Connor yang dihidupkan oleh Christian Bale, salah satu faktor suksesnya ulang buat franchise “Batman”, tapi kekuatan karakternya disini sama sekali tidak mampu muncul dengan sempurna. Sosok John Connor seharusnya bisa menjadi seorang pemimpin yang tenang, kekuatan bagi massa ditengah badai Skynet, bukannya si badai itu sendiri. Disini, Bale tidak melakukan apapun selain berteriak2 memberi perintah dan mengeluarkan ancaman seakan2 hanya untuk mengingatkan kita kalau dialah sang pemimpin terpilih. Yang justru mencuri perhatian adalah aktor pendamping Sam Worthington yang disini menjadi karakter baru Marcus Wright yang menyisakan misteri tersendiri dalam jalan cerita. Marcus tanpa disangka keluar sebagai sang penyelamat yang dibutuhkan dan si ‘salvation’ yang dicari film ini. Karakter Marcus membawa pertanyaan2 baru dalam dirinya, dan mungkin pula jawabannya didalam lubuk hati serial ini yaitu: Apakah perbedaan hakiki antara para manusia dengan mesin? Aktor muda Anton Yelchin juga tampil cukup baik dalam karakter Kyle Reese muda yang dibawakannya, begitu pula dengan Bryce Dallas Howard yang kebagian peran sebagai Kate Connor, istri John yang sedang hamil, meskipun karakter mereka disini terhitung sebagai peran kecil saja.

Selain aksinya yang hidup, fan film “Terminator” garapan James Cameron pasti bakal kecewa menyaksikan jalinan plot cerdas dan karakter2 menarik yang telah diciptakannya dulu tergantikan oleh penaskahan yang biasa2 aja dan mekanik dalam film ini. Untuk sebagian babak pertamanya, film ini seakan2 tidak memiliki tujuan yang jelas, telalu serius menciptakan adegan2 aksi dan ledakan yang berisik. Saking seriusnya, McG tidak memberikan kesempatan sedikitpun untuk humor ikutan nimbrung sebagai bumbu penyedap “Salvation”. Final yang dinantikan dalam film ini pun kurang berhasil menyajikan klimak yang mengesankan, menarik tapi jelas tidak meninggalkan impact yang kuat bagi kelanjutan franchise maupun bagi yang telah menaruh harapan besar pada film ini.

Nilai: 7/10






powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme