The Warrior and the Wolf: Trailer Lebih Bagus dari Filmnya
Sabtu, 31 Oktober 2009
Sabtu, Oktober 31, 2009
,
1 Comment
Label: Asia , Drama , Etnik , Film 2009 , Review
Label: Asia , Drama , Etnik , Film 2009 , Review
Film “The Warrior and the Wolf” diadaptasi dari karya sastra penulis Jepang Yasushi Inoue oleh sutradara Tian Zhuangzhuang yang juga berperan sebagai penulis naskah. Ceritanya mengambil latar belakang Cina pada masa belum bersatunya negeri itu, dimana ada ribuan tentara yang diberangkatkan untuk menaklukkan daerah-daerah yang masih belum bertuan. Petualangan ke wilayah baru ini kadang juga tak selalu membawa hasil yang menyenangkan. Ada seorang prajurit pemberani bernama Lu Chenkang (Joe Odagiri) yang cukup berbeda dengan prajurit lain yang mulai kehilangan rasa kemanusiaannya di medan pertempuran. Meskipun ia sangat terampil di medan perang namun ia selalu berusaha menekan insting binatang dalam dirinya sebisa mungkin. Namun semua itu segera berubah ketika Jenderal Zhang Anliang (Tou Chung-hua), pemimpin Lu menderita luka parah. Jenderal Zhang Anliang terluka parah tepat sebelum musim dingin datang dan terpaksa Lu harus mengambil alih tampuk kepemimpinan sementara. Saat Lu membawa pasukannya ke sebuah desa yang dihuni suku Harran, Lu bertemu seorang wanita yang mampu mengajak Lu ke tempat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Menurut suku Harran, pada zaman dahulu kala, manusia sebenarnya berasal dari serigala dan hingga kini pun masih punya hubungan khusus dengan binatang ini.
Menurut gue, trailer yang ditujukan untuk promosi film satu ini lumayan menyesatkan calon penontonnya, begitu pula dengan judul yang dipilih. Jadinya mungkin banyak yang akan merasa kecewa setelah menyaksikan film ini secara keseluruhan. Yang tadinya diharapkan sebagai sebuah tontonan film epik dengan banyak adegan peperangan dan aksi seru ternyata tidak lebih hanya sebuah roman percintaan dan nafsu, berikut alur cerita yang lambat dan membosankan. Sutradara Tian Zhuangzhuang sendiri memang sudah dikenal dengan gaya bertuturnya yang suka menguji kesabaran penonton seperti yang ditunjukkan dalam karya2 sebelumnya. Dan film ini pun tidak ada bedanya. Pada beberapa bagian dia mencoba memberikan teks penjelasan dengan tujuan memberi penghubung antara satu adegan dengan yang berikutnya namun karena editing yang terkesan begitu terburu-buru maka bantuan berupa teks itu malah jadi ga memberikan efek lebih
Nilai plus dari film ini mungkin bisa dilihat dari tata sinematografi dan setting nya yang sangat indah. Penampilan dua bintang utama yaitu Joe Odagiri dan Maggie Q juga cukup meyakinkan dan pas, tetapi karakter mereka kurang begitu mengena bagi penonton, mungkin karena struktur cerita yang dibangun disini seolah menjadi pembatas antara penonton dengan sang karakter. Bagi yang punya ekspektasi bakal melihat banyak adegan aksi keren di film ini, anda tentunya bakalan gigit jari. Hanya ada satu adegan yang cukup impresif yaitu ketika segerombolan serigala melarikan diri dari terjangan topan. Sekali lagi, buat yang udah terbiasa nonton film produksi barat yang jor2an adegan aksinya, film ini mungkin akhirnya cuma bakalan jadi obat tidur yang paling manjur aja di dalam gedung sineplek. Dan akhir kata, trailer memang teknik marketing yang kadang suka menyebabkan terjadinya salah kaprah terhadap calon konsumen sebuah film (terutama “The Warrior and the Wolf” ini).
Menurut gue, trailer yang ditujukan untuk promosi film satu ini lumayan menyesatkan calon penontonnya, begitu pula dengan judul yang dipilih. Jadinya mungkin banyak yang akan merasa kecewa setelah menyaksikan film ini secara keseluruhan. Yang tadinya diharapkan sebagai sebuah tontonan film epik dengan banyak adegan peperangan dan aksi seru ternyata tidak lebih hanya sebuah roman percintaan dan nafsu, berikut alur cerita yang lambat dan membosankan. Sutradara Tian Zhuangzhuang sendiri memang sudah dikenal dengan gaya bertuturnya yang suka menguji kesabaran penonton seperti yang ditunjukkan dalam karya2 sebelumnya. Dan film ini pun tidak ada bedanya. Pada beberapa bagian dia mencoba memberikan teks penjelasan dengan tujuan memberi penghubung antara satu adegan dengan yang berikutnya namun karena editing yang terkesan begitu terburu-buru maka bantuan berupa teks itu malah jadi ga memberikan efek lebih
Nilai plus dari film ini mungkin bisa dilihat dari tata sinematografi dan setting nya yang sangat indah. Penampilan dua bintang utama yaitu Joe Odagiri dan Maggie Q juga cukup meyakinkan dan pas, tetapi karakter mereka kurang begitu mengena bagi penonton, mungkin karena struktur cerita yang dibangun disini seolah menjadi pembatas antara penonton dengan sang karakter. Bagi yang punya ekspektasi bakal melihat banyak adegan aksi keren di film ini, anda tentunya bakalan gigit jari. Hanya ada satu adegan yang cukup impresif yaitu ketika segerombolan serigala melarikan diri dari terjangan topan. Sekali lagi, buat yang udah terbiasa nonton film produksi barat yang jor2an adegan aksinya, film ini mungkin akhirnya cuma bakalan jadi obat tidur yang paling manjur aja di dalam gedung sineplek. Dan akhir kata, trailer memang teknik marketing yang kadang suka menyebabkan terjadinya salah kaprah terhadap calon konsumen sebuah film (terutama “The Warrior and the Wolf” ini).
Saya benar-benar gerah menonton film ini. Begitu keluar langsung sakit kepala, migrain, kemudian demam. Yes, it's that bad.
Dan btw, dataran yang mereka sorot kurang variatif dan terlalu banyak sha mo (padang pasir)nya. Believe me that the real XinJiang itu jauhhh lebih indah dari itu.