Siaga Film: Merantau
Jumat, 31 Oktober 2008
Jumat, Oktober 31, 2008
,
3 Comments
Label: Action , Etnik , Film , Film sport , Indonesia , Siaga Film , Trailer , Upcoming
Label: Action , Etnik , Film , Film sport , Indonesia , Siaga Film , Trailer , Upcoming
Tema film laga sempat menjadi primadona juga di kancah perfilman Indonesia dulu, tapi seiring bangkitnya lagi dunia film kita saat ini, belum ada satu film pun yang bisa membangkitkan momentum kembalinya film aksi yang menampilkan budaya bela diri khas Indonesia ini yaitu Pencak Silat. Menilik kesuksesan Thailand dalam mempopulerkan seni bela diri khas negara mereka dalam film “Ong Bak”, harusnya Indonesia juga bisa berusaha menampilkan hal yang serupa. Tapi sesaat lagi sepertinya hal ini akan segera terwujud lewat kepedulian beberapa anak bangsa yang bakal memproduksi film berjudul “Merantau”, sebuah film yang coba membangkitkan dan mengharumkan kembali budaya Pencak Silat di perfilman Indonesia, yang juga moga moga bisa berbicara banyak di kancah mancanegara nantinya. Yang lebih unik lagi film ini justru ditulis ceritanya dan disutradarai oleh seorang yang bukan asli Indonesia tapi sutradara bule asal Inggris bernama Gareth Evans. Gareth yang adalah fans berat film aksi laga ini sendiri telah bermukim di Indonesia sejak satu tahun yang lalu, tepatnya setelah menyelesaikan juga sebuah film dokumenter tentang Pencak Silat berjudul “Land of Moving Shadows”. Sesuai dengan judulnya yaitu “Merantau” tadi, sedikit banyak film baru ini juga akan mengangkat cerita dari tradisi yang sangat terkenal dari masyarakat Sumatra Barat itu, sebuah budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad silam.
Ceritanya berkisah seputar sang tokoh utama Yuda (Iko Uwais), seorang ahli bela diri Silat Harimau dari Minangkabau, Sumatra Barat. Yuda yang sama seperti pemuda pemuda daerahnya yang lain akan menjalani budaya warisan nenek moyang mereka yaitu “Merantau,” meninggalkan segala kenyamanan di kampung halaman mereka dan menuju ke hiruk pikuknya kota besar Jakarta sebagai sarana penempa mental dan pendewasaan, juga harap harap bisa mendapatkan kesuksesan yang menciptakan nama besar saat mereka kembali ke kampung halaman nantinya. Dalam perantauannya, tentunya tidak semuanya berjalan mulus tapi begitu banyak rintangan yang harus dihadapinya, Yuda yang sempat tidak memiliki tempat tinggal selama di Jakarta bahkan kadang tidak yakin akan masa depan apa yang bakal didapatnya disana. Nasib kemudian mempertemukannya dengan Astri, seorang anak yatim piatu yang hampir menjadi korban perdagangan manusia ke Eropa yang dijalankan oleh psikopat bernama Ratger dan tangan kanannya, Luc.
Demi menyelamatkan sang gadis bersama adiknya yang bernama Adit, Yuda pun akhirnya terlibat dalam kisruhnya permasalahan bisnis hitam yang melibatkan anggota gangster dan penjahat2 berbahaya ini. Menyadari kalau upaya pelarian diri mereka akhirnya juga akan sia sia saja, Yuda tidak punya pilihan lain lagi selain menghadapi para penjahat itu dalam sebuah pertarungan maut dengan mengandalkan keahliannya dalam menggunakan ilmu bela diri warisan sang leluhur.
Dari segi cerita mungkin masih terdengar sangat klise, dimana sudah untuk beberapa kian kali kita menghadapi alur cerita seperti ini yang diterapkan dalam sebuah film bertema laga. Tapi yang mungkin coba ditampilkan lebih disini adalah trik2 dan aksi stunt dari ilmu bela diri seperti yang bisa kita lihat dalam karya fenomenal Thailand, “Ong Bak” yang walaupun hanya berbekal kisah klise tapi mampu memikat penonton karena memukaunya aksi laga dan stunt yang dipertunjukkan oleh sang bintang utama Tony Jaa.
Iko Uwais yang akan menghidupkan tokoh utama Yuda dalam film ini adalah seorang juara pencak silat yang berasal dari sekolah silat Tiga Berantai. Iko untuk pertama kali menarik perhatian sutradara Gareth Evans saat syuting film documenter, “Land of Moving Shadows”. Tokoh Yuda sendiri adalah seorang pemuda pemberani berusia 20 tahunan yang mempunyai moral dan etika yang baik, juga sadar akan keadaan sekitarnya. Kesempatan Iko untuk menjadi pemeran utama dalam film ini juga akan memperkenalkannya sebagai bintang baru film action Indonesia yang sudah sangat jarang ditemui sekarang, moga moga popularitasnya akan seperti bintang aksi Thailand, Tony Jaa yang terkenal hingga ke mancanegara.
Sisca Jessica adalah artis muda yang mulai angkat nama setelah membintangi beberapa FTV dan sinetron. Dalam film ini perannya adalah sebagai tokoh utama wanita, Astri. Tokohnya disini mempunyai nasib yang cukup malang karena sejak umur 14 tahun sudah ditelantarkan oleh kedua orangtuanya, dan dia harus bisa menghidupi bukan hanya dirinya sendiri tapi juga sang adik bernama Adit. Segala macam cara digunakannya untuk mencari nafkah termasuk menjadi penari go-go disebuah klab malam. Pengalaman hidup yang keras ini menempanya menjadi seorang wanita tegar yang tidak gampang menyerah dan bertekad baja untuk keluar dari kemiskinannya.
Donny Alamsyah yang mungkin sudah cukup anda kenal lewat filmnya “9 Naga”, “Sang Dewi” dan “Gie”, kali akan berperan sebagai saudara Yuda, Yayan. Yayan telah mencoba terlebih dahulu adat merantau tapi ternyata akhirnya pulang kembali kekampung halamannya dengan tangan kosong. Dia akhirnya jatuh dalam bius perjudian akibat perasaan menjadi seorang yang gagal bagi keluarganya.
Salah satu aktris legendaris dan kebanggaan Indonesia, Christine Hakim juga ikut ambil bagian dalam film ini sebagai Ibunda Yuda, Wulan. Akibat kecelakaan tragis yang merenggut nyawa sang suami, Wulan berubah menjadi wanita yang over posesif bagi kedua putranya, Yuda dan Yayan. Dimasa lalunya dia adalah wanita yang keras dan berpegang teguh pada adat, tapi ketika sang anak bungsu berniat meninggalkan kampung halamannya dan merantau, Wulan untuk pertama kali dalam hidupnya menjadi sangat cemas dan bergumul dalam kekhawatiran.
Para bintang lainnya yang ikut mendukung film ini termasuk pendatang baru Yusuf Aulia sebagai Adit, Yayan Ruhian, dan bintang sinetron Ratna Galih yang berperan sebagai Ayi, teman dekat Astri. Turut meramaikan juga bintang2 aksi asal mancanegara antara lain, aktor asal Denmark, Mads Koudal dan aktor laga Prancis, Laurent Lohan Buson.
Gareth Evans, sang sutradara sendiri adalah seorang penggemar film bela diri sejak lama. Profesinya sebagai seorang penulis dan sutradara asal Inggris telah menerima pengakuan lewat karya yang telah meraih beberapa penghargaan di tahun 2006, “Footsteps”. Pada tahun 2007, Gareth mendapat kesempatan untuk membidik sebuah karya dokumenter tentang budaya Pencak Silat untuk Christine Hakim Film dan Panasonic Gobel Indonesia Production berjudul “Land of Moving Shadows: Pencak Silat, The Martial Arts of Indonesia”.
Keberhasilannya menggarap karya itu, menggelarkannya MA in Screenwriting for Film and Television dan baru baru ini juga dia telah memegang jabatan sebagai General Manager of Drama Development di Global MediaCom’s MNC Productions.
“Merantau” bakal jadi karya penyutradaraan ketiganya untuk sebuah film berbahasa asing setelah film pendek berjudul “Samurai Monogatari” (2003) yang disyut secara keseluruhan dengan menggunakan bahasa Jepang dan juga film dokumenter mengenai Pencak Silat tadi yang mengambil lokasi syuting di Sumatra dan Jawa Barat.
Bagi yang pengen ngeliat film ini sepertinya mesti sedikit bersabar dulu karena sekarang masih dalam tahap produksi dan direncanakan untuk beredar bulan April 2009 mendatang.
Berikut ada beberapa video cuplikan behind the scene dari film ini:
Ceritanya berkisah seputar sang tokoh utama Yuda (Iko Uwais), seorang ahli bela diri Silat Harimau dari Minangkabau, Sumatra Barat. Yuda yang sama seperti pemuda pemuda daerahnya yang lain akan menjalani budaya warisan nenek moyang mereka yaitu “Merantau,” meninggalkan segala kenyamanan di kampung halaman mereka dan menuju ke hiruk pikuknya kota besar Jakarta sebagai sarana penempa mental dan pendewasaan, juga harap harap bisa mendapatkan kesuksesan yang menciptakan nama besar saat mereka kembali ke kampung halaman nantinya. Dalam perantauannya, tentunya tidak semuanya berjalan mulus tapi begitu banyak rintangan yang harus dihadapinya, Yuda yang sempat tidak memiliki tempat tinggal selama di Jakarta bahkan kadang tidak yakin akan masa depan apa yang bakal didapatnya disana. Nasib kemudian mempertemukannya dengan Astri, seorang anak yatim piatu yang hampir menjadi korban perdagangan manusia ke Eropa yang dijalankan oleh psikopat bernama Ratger dan tangan kanannya, Luc.
Demi menyelamatkan sang gadis bersama adiknya yang bernama Adit, Yuda pun akhirnya terlibat dalam kisruhnya permasalahan bisnis hitam yang melibatkan anggota gangster dan penjahat2 berbahaya ini. Menyadari kalau upaya pelarian diri mereka akhirnya juga akan sia sia saja, Yuda tidak punya pilihan lain lagi selain menghadapi para penjahat itu dalam sebuah pertarungan maut dengan mengandalkan keahliannya dalam menggunakan ilmu bela diri warisan sang leluhur.
Dari segi cerita mungkin masih terdengar sangat klise, dimana sudah untuk beberapa kian kali kita menghadapi alur cerita seperti ini yang diterapkan dalam sebuah film bertema laga. Tapi yang mungkin coba ditampilkan lebih disini adalah trik2 dan aksi stunt dari ilmu bela diri seperti yang bisa kita lihat dalam karya fenomenal Thailand, “Ong Bak” yang walaupun hanya berbekal kisah klise tapi mampu memikat penonton karena memukaunya aksi laga dan stunt yang dipertunjukkan oleh sang bintang utama Tony Jaa.
Iko Uwais yang akan menghidupkan tokoh utama Yuda dalam film ini adalah seorang juara pencak silat yang berasal dari sekolah silat Tiga Berantai. Iko untuk pertama kali menarik perhatian sutradara Gareth Evans saat syuting film documenter, “Land of Moving Shadows”. Tokoh Yuda sendiri adalah seorang pemuda pemberani berusia 20 tahunan yang mempunyai moral dan etika yang baik, juga sadar akan keadaan sekitarnya. Kesempatan Iko untuk menjadi pemeran utama dalam film ini juga akan memperkenalkannya sebagai bintang baru film action Indonesia yang sudah sangat jarang ditemui sekarang, moga moga popularitasnya akan seperti bintang aksi Thailand, Tony Jaa yang terkenal hingga ke mancanegara.
Sisca Jessica adalah artis muda yang mulai angkat nama setelah membintangi beberapa FTV dan sinetron. Dalam film ini perannya adalah sebagai tokoh utama wanita, Astri. Tokohnya disini mempunyai nasib yang cukup malang karena sejak umur 14 tahun sudah ditelantarkan oleh kedua orangtuanya, dan dia harus bisa menghidupi bukan hanya dirinya sendiri tapi juga sang adik bernama Adit. Segala macam cara digunakannya untuk mencari nafkah termasuk menjadi penari go-go disebuah klab malam. Pengalaman hidup yang keras ini menempanya menjadi seorang wanita tegar yang tidak gampang menyerah dan bertekad baja untuk keluar dari kemiskinannya.
Donny Alamsyah yang mungkin sudah cukup anda kenal lewat filmnya “9 Naga”, “Sang Dewi” dan “Gie”, kali akan berperan sebagai saudara Yuda, Yayan. Yayan telah mencoba terlebih dahulu adat merantau tapi ternyata akhirnya pulang kembali kekampung halamannya dengan tangan kosong. Dia akhirnya jatuh dalam bius perjudian akibat perasaan menjadi seorang yang gagal bagi keluarganya.
Salah satu aktris legendaris dan kebanggaan Indonesia, Christine Hakim juga ikut ambil bagian dalam film ini sebagai Ibunda Yuda, Wulan. Akibat kecelakaan tragis yang merenggut nyawa sang suami, Wulan berubah menjadi wanita yang over posesif bagi kedua putranya, Yuda dan Yayan. Dimasa lalunya dia adalah wanita yang keras dan berpegang teguh pada adat, tapi ketika sang anak bungsu berniat meninggalkan kampung halamannya dan merantau, Wulan untuk pertama kali dalam hidupnya menjadi sangat cemas dan bergumul dalam kekhawatiran.
Para bintang lainnya yang ikut mendukung film ini termasuk pendatang baru Yusuf Aulia sebagai Adit, Yayan Ruhian, dan bintang sinetron Ratna Galih yang berperan sebagai Ayi, teman dekat Astri. Turut meramaikan juga bintang2 aksi asal mancanegara antara lain, aktor asal Denmark, Mads Koudal dan aktor laga Prancis, Laurent Lohan Buson.
Gareth Evans, sang sutradara sendiri adalah seorang penggemar film bela diri sejak lama. Profesinya sebagai seorang penulis dan sutradara asal Inggris telah menerima pengakuan lewat karya yang telah meraih beberapa penghargaan di tahun 2006, “Footsteps”. Pada tahun 2007, Gareth mendapat kesempatan untuk membidik sebuah karya dokumenter tentang budaya Pencak Silat untuk Christine Hakim Film dan Panasonic Gobel Indonesia Production berjudul “Land of Moving Shadows: Pencak Silat, The Martial Arts of Indonesia”.
Keberhasilannya menggarap karya itu, menggelarkannya MA in Screenwriting for Film and Television dan baru baru ini juga dia telah memegang jabatan sebagai General Manager of Drama Development di Global MediaCom’s MNC Productions.
“Merantau” bakal jadi karya penyutradaraan ketiganya untuk sebuah film berbahasa asing setelah film pendek berjudul “Samurai Monogatari” (2003) yang disyut secara keseluruhan dengan menggunakan bahasa Jepang dan juga film dokumenter mengenai Pencak Silat tadi yang mengambil lokasi syuting di Sumatra dan Jawa Barat.
Bagi yang pengen ngeliat film ini sepertinya mesti sedikit bersabar dulu karena sekarang masih dalam tahap produksi dan direncanakan untuk beredar bulan April 2009 mendatang.
Berikut ada beberapa video cuplikan behind the scene dari film ini:
semoga kualitas filmnya bermutu setidaknya untuk kelas indonesia.. biar beladiri ini bangkit lagi sbg identitas budaya asia tenggara terutama indonesia..amiin..
Setuju banget rekan Mahasiswa. Indonesia memang butuh bangkitnya lagi tema film beladiri yang juga sempat menjadi primadona perfilman negeri ini. Semoga "Merantau" bisa mewujudkannya...
Sebagai salah seorang yg merantau, saya sgt antusias sekali menyambut kehadiran film ini. Adegan2 laga yg ada di film ini sgt mantapppp!!!! Tp sbg putra minang saya sgt kecewa dg alur film ini yg sgt jauh skali dari harapan dan hakikat dari apa yg dinamakan "merantau". Merantau merupakan pembuktian sbg seorang putra minang sejati dlm mengarungi hidupnya, tp sayangnya dlm film ini tdk ditemukan hakikat dari merantau itu sendiri. Merantau adalah perjuangan hidup di negeri orang, sementara saya tdk melihat usaha dari Yuda utk berjuang mencari hidup... Sgt konyol skali, pergi jauh2 merantau hanya mau jd guru silat... Jauh2 merantau hanya terlibat konflik utk menyelamatkan seorang wanita... Bkn ini makna dan hakikat "merantau". Dan imbasnya, seorang ibu tdk akan mau mengizinkan anaknya utk merantau ke negeri orang hanya utk pulang nyawa.