Quarantine: Horor Super Tegang dan Super Goyang

quarantine_posterSemakin mengeringnya ide ide segar Hollywood dalam menciptakan sebuah karya film, terutama di divisi horror mengakibatkan para produser pusat perfilman terbesar di dunia ini sibuk melanglang buana mencari sumber2 baru dari berbagai belahan dunia. Setelah horror Asia dirasa sudah tidak begitu diminati pasar mereka lagi, sekarang saatnya buat mereka untuk melirik inovasi2 milik para sineas Eropa. Salah satu hasil contekan Hollywood yang baru saja beredar dan sebentar lagi juga bakal masuk ke jaringan Cineplex 21 adalah “Quarantine,” film horror berbasis handycam yang merupakan jiplakan mentah2 dari film asal Spanyol berjudul “[REC]” yang bisa terbilang juga masih produk yang baru saja beredar, waktu rilis versi original dan remake nya hanya berselang satu tahunan saja. Walaupun para sineas asli film ini kurang begitu menyetujui hasil karya mereka dirilis ulang dalam bentuk remake di negara paman Sam itu tapi mereka juga tidak bisa berbuat banyak karena pihak produser yang telah tergoda oleh iming iming dollar Amerika rela melepaskan hak cipta hasil karya anak bangsa mereka sendiri. Kapan yah para cukong film Hollywood ini melirik karya Indonesia untuk ikutan di-remake disana??
Kalo mau dibilang segar juga sebenarnya ide dari film “[REC]” ini sendiri bisa dibilang tidak terlalu segar juga, karena pemakaian handycam alias kamera genggam sebagai sarana penceritaan sebuah film telah dimulai dari film produksi Hollywood sendiri yaitu “Blair Witch Project” yang kemudian diikuti oleh film monster “Cloverfield.” Lantas kenapa mereka masih menganggap film satu ini penting dan masih bisa menarik penonton bila dibuat versi remakenya? Mungkin karena gebrakan film aslinya itu sendiri yang oleh kepiawaian para sineasnya berhasil menciptakan film yang penuh dengan ketegangan dan menjadi pembicaraan khalayak ramai.

Ceritanya dimulai ketika seorang reporter televisi bernama Angelia Vidal (Jennifer Carpenter) bersama dengan kameramennya meliput kegiatan para petugas pemadam kebakaran dimalam hari untuk sebuah acara reality show. Pada mulanya segalanya berjalan lancer dan Angelia pun tidak sabar menantikan kapan alarm panggilan kebakaran berbunyi, sehingga dia bisa meliput kegiatan para petugas ini diluar markas mereka. Akhirnya harapan Angelia terwujud, panggilan gawat darurat datang dari sebuah apartemen dan langsung saja bersama beberapa petugas, Angelia dan kameramennya meluncur ke tempat kejadian. Sesampainya disana, keadaan tampak sudah cukup lumayan ramai, karena beberapa petugas dari kepolisian juga telah sampai ke lokasi. Sebenarnya apa yang terjadi di apartemen ini? Menurut para penghuni apartemen yang melaporkan kejadian, ada seorang wanita setengah baya yang mengamuk dan menyerang tetangganya dengan cara yang cukup sadis. Mereka pun segera naik ke lantai dimana si ibu ini tinggal, tapi setibanya di kamar sang penghuni, giliran salah satu petugas pemadam kebakaran yang jadi korban amukan si wanita. Panik tak terkendali melihat kejadian yang sangat menyeramkan ini, Angelia dan temannya berusaha tetap meliput peristiwa itu lewat kamera mereka. Ketika keadaan semakin berbahaya, dan ditemukan fakta kalau bukan cuma wanita itu saja yang menunjukkan gelagat aneh seperti binatang liar tapi juga beberapa penghuni apartemen lainnya. Mereka berusaha keluar dari tempat itu, tapi ternyata petugas kepolisian telah mengambil keputusan untuk mengkarantina apartemen ini yang berarti semua orang yang telah berada didalamnya tidak diperbolehkan untuk keluar. Gedung apartemen itu disegel dari luar dan dinyatakan tidak boleh satu orang pun berhak masuk dan keluar dari gedung hingga datang tim penyelidik khusus yang akan memeriksa keadaan dalam apartemen yang diperkirakan telah tersebar satu jenis virus yang mengjangkiti setiap penghuninya begitu cepat hingga membuat mereka berubah bak zombie haus darah. Dari sini dimulailah malam penuh mimpi buruk dan tragedi bagi Angelia, detik demi detik penuh dengan ancaman yang tidak terduga, mereka harus bersiap menghadapi setiap serangan dari salah satu penghuni yang telah terinfeksi dari setiap sudut ruangan.

Lewat kamera sang kameramen inilah setiap adegan dalam film ini akan diceritakan, jadi kita bak menonton sebuah film dokumenter live yang minus musik menegangkan dan tentunya dengan tampilan yang sama sekali tidak stabil alias goyang goyang sepanjang pertunjukan. Jadi bagi yang cepat mabok atau pusing2, dianjurkan sekali untuk tidak coba2 menonton film ini atau kamu bakalan sakit kepala bahkan mual2 ketika keluar dari studio. Sisi bagusnya adalah efek ketegangan yang benar2 terasa dan nyata, jadi siap2 juga terkejut dan terkaget2 karena kemunculan adegan horrornyapun benar2 tidak terduga dan siap menggedor jantung anda setiap saat. Akting para pemainnya juga sangat terlihat natural seakan mereka memang mengalami kejadian sesungguhnya, satu kritikan saja buat Jennifer Carpenter yang memerankan sosok Angelia, dia terlihat terlalu over histeris, tidak seperti pemeran Angelia dalam versi Spanyol yang justru mampu tampil lebih natural.

So, buat yang suka film penuh ketegangan dan pingin menyaksikan sensasi baru dari sebuah film horror yang bikin kepala keleyengan dikit, film “Quarantine” ini pantas disaksikan di bioskop2 terdekat anda. (JC)

GALERI FOTO


5 Response to "Quarantine: Horor Super Tegang dan Super Goyang"

  1. Anonim says:

    Belum liat Quarantine, tapi udah liat REC yang menurutku salah satu film horor terbaik tahun ini selain The Orphanage yang juga produk Spanyol. Dibandingkan dengan Cloverfield, REC jauh lebih mencekam dan realistis.
    Film REC juga sukses di ajang Goya Award (Oscarnya Spanyol) selain dapat review positif dari berbagai kalangan.
    Terdapat adegan di luar skenario lho yang membuat akting para pemainnya lebih natural

    ix says:

    Thanks atas komentarnya rekan Gilasinema.
    Menurut saya juga film aslinya [REC] memang jauh lebih baik dari film remakenya Amerika ini. Walaupun sebagai mana mirip mereka mencoba mengolah ulang sebuah film yang telah dianggap berhasil oleh para penontonnya pasti ada saja satu hal yang kurang pada sebuah film remake itu.

    Anonim says:

    saya sudah nonton Quarantine tapi belum nonton REC. bagus! kapan ya anak negeri bisa bikin film tegang yang gak melulu 'hantu' gak jelas..karna menegangkan gak harus karena 'hantu' kan... =)

    Samiadji says:

    oh saya udah nonton Cloverfield
    belum sempet nonton Quarantine
    walopun sbenernya saya mo nonton Rec
    ada ga Rec di Indonesia?

    ix says:

    @ Samiadji

    Rec ga beredar di bioskop2 Indonesia, mungkin karena Quarantine udah maen duluan disini kali yah... Tapi kayanya DVD nya udah ada tuh.

Posting Komentar

SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR ANDA... JANGAN RAGU RAGU DAN MALU MALU, KAMI SIAP MENAMPUNG UNEG UNEG ANDA TENTANG POSTINGAN MAUPUN TAMPILAN BLOG KAMI... SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI UCAPKAN THANK YOU SO MUCH..!

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme