How to Train Your Dragon : Persahabatan Viking dan Naga

how_to_train_your_dragon
How to Train Your Dragon adalah film animasi komputer yang dibuat DreamWorks Animation. Film ini diangkat dari novel anak – anak dengan judul yang sama, How to train your dragon yang ditulis oleh pengarang Inggris bernama Cressida Cowell. Selain How to Train Your Dragon, Cressida Cowell menulis How to Be a Pirate (2004),How to Speak Dragonese (2005),How to Cheat a Dragon's Curse (2006),How to Twist a Dragon's Tale (2007),A Hero's Guide to Deadly Dragons (2008),How to Ride a Dragon's Storm (2008),How to Break a Dragon's Heart (2009). Uniknyanya lagi Cressida Cowell juga “menerjemahkan” satu buku yang ditulis oleh salah satu karakter naga dalam How to Train Your Dragon yang bernama Toothless. Naga ini “menulis” buku yang berjudul How to Train Your Viking.
Bintang dalam buku Cowell adalah seorang Viking muda yang bernama Hiccup yang pertama kali diperkenalkan dalam buku bergambar yang berjudul Hiccup the Seasick Viking.

Difilm How to Train Your Dragon berceritakan tentang Hiccup Horrendous Haddock III yang tinggal di pulau Berk. Ia adalah seorang anak kepala suku Viking yang humoris dan jauh jauh dari kata tangguh. Karena sifat humorisnya dia tidak disukai ayahnya dan penduduk suku Viking. Di tempat ini, , suku Viking bertahan hidup dengan cara melawan naga. Dan seorang Viking akan dianggap sebagai pria jika ia bisa menangkap dan melatih naga. Stoick the Vast (Gerard Butler) ayah Hiccup berharap Hiccup menjadi jagoan yg mampu melindungi desanya dari serangan naga. Tapi masalahnya, Hiccup ini sama sekali nggak bakat jadi pemburu naga.

Meskipun demikian, saatnya Hiccup diikutsertakan dalam pelatihan melawan naga bersama pemuda lainnya, agar ia dapat membuktikan bahwa ia siap menjadi seorang petarung. Tempat pelatihan itu dipimpin oleh Gobber the Belch. Di tempat pelatihan, Hiccup diberikan banyak beban tanggung jawab dan sering diganggu oleh Snotlout dan Dogsbreath. Untungnya Hiccup mempunyai temen – temen seperti Fishlegs, Tuffnut Jr., Speedifist, Wartihog, dan Astrid.


Suatu hari mereka diberikan tugas untuk menangkap naga. Yang tidak bisa menangkap naga akan diasingkan. Kemudian mereka masing – masing masuk ke gua. Kemudian Hiccup bertemu dengan Toothless, seekor naga dari spesies Night Fury, spesies paling sangar dan ditakuti orang - orang Viking. Belum ada seorang pun yg mampu membunuh Night Fury, bahkan sekedar melihatnya. Toothless punya cacat fisik: sayap di ekornya tidak sempurna, sehingga dia tidak bisa terbang seperti naga - naga yang lain. Seperti namanya ia tidak mempunya gigi, hanya mempunyai satu gigi.

Gobber menyarankan para pemuda untuk melatih naga mereka dengan menggunakan buku How to Train Your Dragon yang berada di perpustakaan. Sayangnya, buku ini hanya memiliki satu halaman yang menginstruksikan untuk "berteriak pada naga; semakin keras lebih baik." Hal ini tentu saja tidak membantu sama sekali Hiccup (dia dapat hampir berteriak), dan untuk mengetahui bagaimana cara melatih naga sendiri. Hiccup justru malah mengadakan pendekatan baru dan meninggalkan cara-cara tradisional Viking. Dia membuat daftar karakteristik naga, namun daftarnya gagal. Ia malah memanjakan naganya. Yang tersisa dari daftarnya adalah lelucuan dan tebak – tebakan. Toothless setuju dengan hal itu. Mereka pun membuat kesepakatan, ini akan digunakan dalam keadaan terdesak. Ini termasuk satu lelucon untuk setiap ikan yang ditangkap Toothless. Dari Toothless, Hiccup belajar banyak tentang dunia naga, dan tidak ingin lagi jadi pembunuh naga seperti orang - orang Viking pada umumnya. Bahwa suku mereka tidak butuh seorang pemburu naga. Yang dapat dilakukan adalah berteman dengan para naga melalui pendekatan yang tepat.


Akhirnya hari upacara ritual pun tiba. Toothless melukai Fireworm dan terjadi pertarungan antara naga. Ini berarti mereka semua gagal dan akan diasingkan, namun karena ada badai besar Stoick the Vast menundanya. Ditengah badai besar ada monster naga yang bernama Green Death.

Buku Gobber tidak ada gunanya untuk menakhlukan Green Death. Semua Viking melihat kearah Hiccup untuk memberikan saran. Hiccup bersedia memberikan saran asal tidak ada lagi yang akan diasingkan. Hiccup kemudian berbicara kepada Green Death. Green Death menginkan semua orang mati.

Hiccup menyampaikannya kepada para tetua. Para tetua pun bertengkar apa yang harus dilakukan. Hiccup mengumpulkan semua anak – anak dan para naga dengan sebuah rencana. Para naga akan membawa bom bulu bulu buatan tangan dan menjatuhkan ke Green Death untuk memberikan serangan asma. Toothless tidak setuju dan tidak mau pergi, karena ia berpikir ini adalah rencana bunuh diri. Naga lain setuju, mereka memutuskan akan menjalankannya walaupun akan mati.

Sejauh ini, rencana tampak berjalan lancer. Tetapi Green Death menang, walaupun sekarat. Green Death kemudian balas dendam dengan menelan Hiccup. Tetapi Hiccup mendarat di sebuah tombak raksasa yang tersangkut ditenggorokannya. Ketika Toothless melihat semua naga meninggal, ia menyadari bahwa Hiccup adalah satu – satunya keluarganya yang tersisa dan pergi menyelamatkannya dengan membuat bersin Green Death. Sebelum Hiccup keluar, ia menaruh helmnya di lubang api Green Death. Ketika Green Death mencoba bernapas, ia pun meledak. Bagaimana nasin Hiccup dan Tothless selanjutnya ?

Walaupun film ini berbau mistis Viking dan naga. Jangan harap naganya seperti naga di film Harry Potter. Malah lucu- lucu. Ada terbang kaya burung kolibri. Awalnya, Awalnya, film ini akan dibuat persis seperti cerita dalam bukunya, tetapi di tengah proses pembuatan naskah, akhirnya dibuat menjadi sedikit berbeda. Salah satunya ukuran naga yang diperbesar agar cukup untuk menampung Hiccup . Di bukunya Fishlegs jadi teman baik Hiccup, di film digantikan oleh gadis berrambut pirang bernama Astrid, mungkin untuk menambah efek dramatis.


Yang menjadi ciri khas film animasi DreamWorks Animation adalah karakter – karakter yang kuat yang bisa berdiri sendiri tetapi berkaitan membentuk satu kehidupan cerita.
Yang pasti, kalau bukunya kocak dan konyol abis, filmnya malah menyuguhkan petualangan yang seru.



Di Bawah Langit: Laskar Pelangi versi Opick

poster di bawah langit
Film ini mengangkat tokoh 7 anak yatim yang diasuh oleh seorang tokoh desa yang dikenal dengan nama Kyai Akhmad (Dolly Martin). Kyai Akhmad sebelum mengasuh 7 anak yatim piatu telah mempunyai seorang putri yang bernama Maysaroh (Inneke Koesherawati) dan 2 orang santri yang diperlakukan seperti anak sendiri. Kedua santri tersebut mempunyai karakter yang berbeda. Santri pertama bernama Zaelani (Agus Kuncoro) berkarakter lurus, teguh dan tenang. Sementara santri yang kedua bernama Gelung (Opick Tombo Ati), berkarakter energik, intuitif, imajinatif, dan kontemplatif.

Munculnya tokoh-tokoh seperti Kyai Ahmad, Maysaroh, dan Gelung menjadi latar belakang penguat dinamisasi cerita dalam film ini, yang berpusat pada pergumulan hidup dari 7 anak yatim asuhan Kyai Akhmad. Adanya polemik dilematis kisah asmara antara Gelung, Maysaroh, dan Zaelani memberi sentuhan romantisme yang manusiawi namun cukup memilukan. Polemik dilematis tokoh-tokoh tersebut pada gilirannya menjadi awal bagi terbentuknya suatu pergulatan dan petualangan dalam cakrawala hidup yang baru bagi ke-7 anak yatim tersebut, begitu juga bagi tokoh-tokoh yang melatarbelakanginya.
Adapun gambaran kehidupan nelayan di pesisir dengan persoalannya, memberikan kontribusi nuansa secara keseluruhan yang menghidupkan inti tema dalam film ini. Tokoh rentenir (Didi Petet) menjadi salah satu penegas, gambaran atas beratnya beban hidup yang harus dipikul masyarakat pesisir.



Film ini mengingatkan saya dengan film "Laskar Pelangi". Tetapi tentu saja ceritanya beda. Masyarakat saat ini lebih membutuhkan banyak film yang mengangkat cerita – cerita dari daerah dan perjuangan anak – anak dalam menggapai cita seperti film “Denias”, “King”, dan” Laskar Pelangi”. Lewat film ini Opick, ingin mencoba mengangkat kisah kehidupan orang-orang di pesisir yang jarang diungkap ke publik.Di Bawah Langit, kata Opick, berisi cerita tentang orang-orang pesisir yang termarjinalkan. Ada kisah tentang orang-orang yang kalah, tetapi tetap taat beribadah.

Gambaran itu terekam dari sejumlah sosok dalam film tersebut. Ada tokoh Mas Gelung, yang diperankan sendiri oleh Opick. Ia sosok yang dianggap gila, padahal tidak gila. "Ia hanya patah hati karena cinta. Dia meninggalkan dunia kemudian mengucilkan diri untuk mengenal Tuhan," terang Opick. Dalam film ini, Opick memerankan tokoh Gelung yang berpernampilan kaya Mbah Surip, Gelung dianggap gila oleh masyarakat tapi sebenarnya tidak gila. Gelung adalah tokoh yang patah hati kepada cinta dunia kemudian mengucilkan diri dan berusaha mendekatkan diri pada Tuhan. “Tokoh Gelung ini mirip dengan saya waktu muda, gondrong dan semaunya,” ujarnya sambil tertawa.

Selain itu, ada tokoh Maesaroh (Inneke Koesherawaty). Tokoh yang satu ini nyaris sama. Cintanya kalah atas keinginan kuat ayahnya, yang merupakan seorang kyai terpandang di daerah tersebut. "Kalau ada yang bilang ini film dakwah ya silakan saja, bukan juga enggak apa-apa. (Dari) film ini, (saya) hanya mencoba memotret kehidupan orang-orang di pesisir," katanya.

Tak hanya dibintangi Opick dan Inneke, film ini juga melibatkan aktor kawakan Didi Petet dan Agus Kuncoro. "Tokoh yang saya mainkan sangat berbeda dengan apa yang pernah saya mainkan. Tokohnya sangat sangat tidak menyenangkan buat masyarakat. Saya jadi rentenir," kata Didi. Didi Petet salah satu aktor yang dapat memberikan citra yang kuat terhadap aoa yang ia perankan. Masih inget gak sama tokoh Si Emon di film Cacatan Si Boy” dan Kabayan.“Mas Didi Petet adalah sosok yang sangat saya hormati, dia adalah guru bagi saya, begitu juga dengan mas Agus Kuncoro, untuk mba Inneke karena saya melihat masa lalu saya bersama Inneke itu sama, jadi ada kesamaan energi saya dengan mba Inneke, selain itu saya juga pengagum beliau,” ujar Opick.


Film “Dibawah Langit” disutradarai oleh Opick Tombo Ati dan Gunung Nusa Pelita . Aunur Rofiq Lil Firdaus atau yang lebih dikenal sebagai Opick, pria yang seorang musisi rock yang hijrah ke musik religi ini menjadi orang pertama yang membuat sebuah film dengan merangkap lima jabatan sekaligus. Di film perdananya berjudul Di Bawah Langit Opick menjabat sebagai pemeran utama, produser, penulis skenario, sutradara, dan music director.

Semua dilakukannya ini bukan karena tidak percaya terhadap orang lain, namun lebih didasari karena keterbatasan sumber dana dalam produksi film Di Bawah Langit. “saya bukannya pelit atau tidak percaya terhadap orang lain, namun semua ini dikarenakan semua biaya produksi film ini adalah dari tabungan saya dan istri, jadi ini hanya untuk meminimalisir budget aja, selain itu saya ingin mencoba menggali potensi yang ada dalam diri saya, karena sejak SMA saya sudah belajar teater," ujar Opick
Diakui Opick, sudah cukup lama ia menaruh obsesi untuk membuat karya film. Bahkan demi memuluskan obsesinya tersebut, Opick rela merogoh uang tabungan hingga ratusan juta rupiah. Berapa besaran angkanya, Opick tidak mau mengungkapkannya. "Cukup besarlah," jawabnya.

Sebuah langkah berani. Hanya bermodal niat dan kepercayaan diri, Opick akhirnya bisa merampungkan film perdananya.

Setelah proses penggarapan film rampung dan siap dirilis akhir Maret ini, Opick hanya bisa bersyukur. "Alhamdulillah, saya dikasih kemudahan untuk mewujudkan mimpi saya dari dulu untuk membuat film. Idenya sendiri berawal dari sebuah lagu, kemudian jadi sinopsis, skenario, kemudian novel, dan akhirnya film. Ini karunia buat saya. Banyak kemudahan dan pertolongan Allah. Rasa-rasanya saya tak mungkin menyelesaikannya tanpa kemudahan dari Allah," ungkapnya.

Rupanya Opick tak mengenal istilah patah arang, setelah gagal membuat film bareng sutradara ternama Hanung Bramantyo kini dirinya terus maju untuk menghasilkan karya terbaru.

“Saya tidak merasa trauma dengan kegagalan kemarin membuat film bareng mas Hanung. bagi saya istilah trauma tidak ada dalam kamus, takut juga tidak tetapi disini saya ingin menghasilkan yang terbaik,” papar Opick .

Pria berbintang Pisces ini menuturkan kalau film Dibawah Kaki Langit dibuatnya terlebih dahulu sebelum dirinya dan Hanung Bramantyo menggarap film Asmanul Husna.

“Sebenarnya film Di Bawah Langit dulu saya buat, kebetulan di sini saya yang megang sendiri dan istri saya yang mendanainya, sutradaranya pun saya sendiri juga,” ujarnya lagi.

Opick pun membantah kalau dirinya merasa kapok bekerjasama dengan Hanung akibat kegagalan membuat film kemarin. Namun pria yang terkenal dengan cahaya hati ini lebih ingin bekerja sendiri saja.

“Ibaratnya masa mau makan sayur asem terus kan makan soto ayam atau rawon kan juga boleh dong. Saya bisa bekerja sama dengan siapa saja tetapi di sini, saya mau memberi kepercayaan kepada diri saya sendiri dengan mengambil porsi yang lebih banyak di film saya,” tukasnya.

Selain itu, Opick juga mengajak anaknya untuk bermain dalam film ini. Dia menginginkan agar anaknya bisa memahami bagaimana ayahnya bekerja.

“Saya ingin anak-anak tahu bagaimana ayahnya bekerja sebagai penulis, menciptakan lagu dan pembuat film. Saya tidak ingin memaksakan mereka menjadi seorang seniman. ketulusan anak-anak itu adalah keindahan,” pungkasnya.
Walaupun dari judulnya film ini terkesan film religi, namun opick menjelaskan bahwa film nya ini tidak mengkhususkan dalam masalah agama. “Kalau ada yang bilang film ini dikategorikan film religi, saya tidak bisa membantahnya, namun kalau ada yang bilang bukan film religi, benar juga, karena film ini merupakan gambaran kondisi masyarakat pesisir yang sebenarnya,” tutur Opick.

Lewat debut filmnya ini, Opick ingin menyampaikan pesan pendidikan. Ia juga akan menggambarkan sebuah realita yang terjadi dalam kehidupan di kampung nelayan. Menurutnya lewat film berbagai macam pesan bisa disampaikan, karena film adalah media yang komplit.



powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme