Di Bawah Langit: Laskar Pelangi versi Opick

poster di bawah langit

Film ini mengangkat tokoh 7 anak yatim yang diasuh oleh seorang tokoh desa yang dikenal dengan nama Kyai Akhmad (Dolly Martin). Kyai Akhmad sebelum mengasuh 7 anak yatim piatu telah mempunyai seorang putri yang bernama Maysaroh (Inneke Koesherawati) dan 2 orang santri yang diperlakukan seperti anak sendiri. Kedua santri tersebut mempunyai karakter yang berbeda. Santri pertama bernama Zaelani (Agus Kuncoro) berkarakter lurus, teguh dan tenang. Sementara santri yang kedua bernama Gelung (Opick Tombo Ati), berkarakter energik, intuitif, imajinatif, dan kontemplatif.

Munculnya tokoh-tokoh seperti Kyai Ahmad, Maysaroh, dan Gelung menjadi latar belakang penguat dinamisasi cerita dalam film ini, yang berpusat pada pergumulan hidup dari 7 anak yatim asuhan Kyai Akhmad. Adanya polemik dilematis kisah asmara antara Gelung, Maysaroh, dan Zaelani memberi sentuhan romantisme yang manusiawi namun cukup memilukan. Polemik dilematis tokoh-tokoh tersebut pada gilirannya menjadi awal bagi terbentuknya suatu pergulatan dan petualangan dalam cakrawala hidup yang baru bagi ke-7 anak yatim tersebut, begitu juga bagi tokoh-tokoh yang melatarbelakanginya.
Adapun gambaran kehidupan nelayan di pesisir dengan persoalannya, memberikan kontribusi nuansa secara keseluruhan yang menghidupkan inti tema dalam film ini. Tokoh rentenir (Didi Petet) menjadi salah satu penegas, gambaran atas beratnya beban hidup yang harus dipikul masyarakat pesisir.



Film ini mengingatkan saya dengan film "Laskar Pelangi". Tetapi tentu saja ceritanya beda. Masyarakat saat ini lebih membutuhkan banyak film yang mengangkat cerita – cerita dari daerah dan perjuangan anak – anak dalam menggapai cita seperti film “Denias”, “King”, dan” Laskar Pelangi”. Lewat film ini Opick, ingin mencoba mengangkat kisah kehidupan orang-orang di pesisir yang jarang diungkap ke publik.Di Bawah Langit, kata Opick, berisi cerita tentang orang-orang pesisir yang termarjinalkan. Ada kisah tentang orang-orang yang kalah, tetapi tetap taat beribadah.

Gambaran itu terekam dari sejumlah sosok dalam film tersebut. Ada tokoh Mas Gelung, yang diperankan sendiri oleh Opick. Ia sosok yang dianggap gila, padahal tidak gila. "Ia hanya patah hati karena cinta. Dia meninggalkan dunia kemudian mengucilkan diri untuk mengenal Tuhan," terang Opick. Dalam film ini, Opick memerankan tokoh Gelung yang berpernampilan kaya Mbah Surip, Gelung dianggap gila oleh masyarakat tapi sebenarnya tidak gila. Gelung adalah tokoh yang patah hati kepada cinta dunia kemudian mengucilkan diri dan berusaha mendekatkan diri pada Tuhan. “Tokoh Gelung ini mirip dengan saya waktu muda, gondrong dan semaunya,” ujarnya sambil tertawa.

Selain itu, ada tokoh Maesaroh (Inneke Koesherawaty). Tokoh yang satu ini nyaris sama. Cintanya kalah atas keinginan kuat ayahnya, yang merupakan seorang kyai terpandang di daerah tersebut. "Kalau ada yang bilang ini film dakwah ya silakan saja, bukan juga enggak apa-apa. (Dari) film ini, (saya) hanya mencoba memotret kehidupan orang-orang di pesisir," katanya.

Tak hanya dibintangi Opick dan Inneke, film ini juga melibatkan aktor kawakan Didi Petet dan Agus Kuncoro. "Tokoh yang saya mainkan sangat berbeda dengan apa yang pernah saya mainkan. Tokohnya sangat sangat tidak menyenangkan buat masyarakat. Saya jadi rentenir," kata Didi. Didi Petet salah satu aktor yang dapat memberikan citra yang kuat terhadap aoa yang ia perankan. Masih inget gak sama tokoh Si Emon di film Cacatan Si Boy” dan Kabayan.“Mas Didi Petet adalah sosok yang sangat saya hormati, dia adalah guru bagi saya, begitu juga dengan mas Agus Kuncoro, untuk mba Inneke karena saya melihat masa lalu saya bersama Inneke itu sama, jadi ada kesamaan energi saya dengan mba Inneke, selain itu saya juga pengagum beliau,” ujar Opick.


Film “Dibawah Langit” disutradarai oleh Opick Tombo Ati dan Gunung Nusa Pelita . Aunur Rofiq Lil Firdaus atau yang lebih dikenal sebagai Opick, pria yang seorang musisi rock yang hijrah ke musik religi ini menjadi orang pertama yang membuat sebuah film dengan merangkap lima jabatan sekaligus. Di film perdananya berjudul Di Bawah Langit Opick menjabat sebagai pemeran utama, produser, penulis skenario, sutradara, dan music director.

Semua dilakukannya ini bukan karena tidak percaya terhadap orang lain, namun lebih didasari karena keterbatasan sumber dana dalam produksi film Di Bawah Langit. “saya bukannya pelit atau tidak percaya terhadap orang lain, namun semua ini dikarenakan semua biaya produksi film ini adalah dari tabungan saya dan istri, jadi ini hanya untuk meminimalisir budget aja, selain itu saya ingin mencoba menggali potensi yang ada dalam diri saya, karena sejak SMA saya sudah belajar teater," ujar Opick
Diakui Opick, sudah cukup lama ia menaruh obsesi untuk membuat karya film. Bahkan demi memuluskan obsesinya tersebut, Opick rela merogoh uang tabungan hingga ratusan juta rupiah. Berapa besaran angkanya, Opick tidak mau mengungkapkannya. "Cukup besarlah," jawabnya.

Sebuah langkah berani. Hanya bermodal niat dan kepercayaan diri, Opick akhirnya bisa merampungkan film perdananya.

Setelah proses penggarapan film rampung dan siap dirilis akhir Maret ini, Opick hanya bisa bersyukur. "Alhamdulillah, saya dikasih kemudahan untuk mewujudkan mimpi saya dari dulu untuk membuat film. Idenya sendiri berawal dari sebuah lagu, kemudian jadi sinopsis, skenario, kemudian novel, dan akhirnya film. Ini karunia buat saya. Banyak kemudahan dan pertolongan Allah. Rasa-rasanya saya tak mungkin menyelesaikannya tanpa kemudahan dari Allah," ungkapnya.

Rupanya Opick tak mengenal istilah patah arang, setelah gagal membuat film bareng sutradara ternama Hanung Bramantyo kini dirinya terus maju untuk menghasilkan karya terbaru.

“Saya tidak merasa trauma dengan kegagalan kemarin membuat film bareng mas Hanung. bagi saya istilah trauma tidak ada dalam kamus, takut juga tidak tetapi disini saya ingin menghasilkan yang terbaik,” papar Opick .

Pria berbintang Pisces ini menuturkan kalau film Dibawah Kaki Langit dibuatnya terlebih dahulu sebelum dirinya dan Hanung Bramantyo menggarap film Asmanul Husna.

“Sebenarnya film Di Bawah Langit dulu saya buat, kebetulan di sini saya yang megang sendiri dan istri saya yang mendanainya, sutradaranya pun saya sendiri juga,” ujarnya lagi.

Opick pun membantah kalau dirinya merasa kapok bekerjasama dengan Hanung akibat kegagalan membuat film kemarin. Namun pria yang terkenal dengan cahaya hati ini lebih ingin bekerja sendiri saja.

“Ibaratnya masa mau makan sayur asem terus kan makan soto ayam atau rawon kan juga boleh dong. Saya bisa bekerja sama dengan siapa saja tetapi di sini, saya mau memberi kepercayaan kepada diri saya sendiri dengan mengambil porsi yang lebih banyak di film saya,” tukasnya.

Selain itu, Opick juga mengajak anaknya untuk bermain dalam film ini. Dia menginginkan agar anaknya bisa memahami bagaimana ayahnya bekerja.

“Saya ingin anak-anak tahu bagaimana ayahnya bekerja sebagai penulis, menciptakan lagu dan pembuat film. Saya tidak ingin memaksakan mereka menjadi seorang seniman. ketulusan anak-anak itu adalah keindahan,” pungkasnya.
Walaupun dari judulnya film ini terkesan film religi, namun opick menjelaskan bahwa film nya ini tidak mengkhususkan dalam masalah agama. “Kalau ada yang bilang film ini dikategorikan film religi, saya tidak bisa membantahnya, namun kalau ada yang bilang bukan film religi, benar juga, karena film ini merupakan gambaran kondisi masyarakat pesisir yang sebenarnya,” tutur Opick.

Lewat debut filmnya ini, Opick ingin menyampaikan pesan pendidikan. Ia juga akan menggambarkan sebuah realita yang terjadi dalam kehidupan di kampung nelayan. Menurutnya lewat film berbagai macam pesan bisa disampaikan, karena film adalah media yang komplit.



0 Response to "Di Bawah Langit: Laskar Pelangi versi Opick"

Posting Komentar

SILAHKAN BERIKAN KOMENTAR ANDA... JANGAN RAGU RAGU DAN MALU MALU, KAMI SIAP MENAMPUNG UNEG UNEG ANDA TENTANG POSTINGAN MAUPUN TAMPILAN BLOG KAMI... SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI UCAPKAN THANK YOU SO MUCH..!

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme