Get Married 3: Ganti - Ganti "Suami" Melulu

Get Married 3
Salah-satu alasan sebuah film dibuatkan sekuel kemudian menjadi franchise, apalagi jika bukan karena film tersebut “masih untung dan masih banyak yang nonton”, begitu juga film Indonesia. Film “Get Married” yang pertama kali rilis pada tahun 2007, menjadi yang terlaris sepanjang tahun dengan satu juta lebih penonton. Disusul oleh film kedua di tahun 2009, masih juga ditonton oleh sejuta lebih penonton, berada di posisi 5 daftar film terlaris pada tahun itu, setelah “Garuda di Dadaku” (menurut data filmindonesia.or.id). Dua film sebelumnya yang ditangani oleh Hanung Bramantyo bisa dibilang sukses, tentu wajarlah jika pada akhirnya para produser ngiler untuk melanjutkan franchise film “Get Married”, mungkin jika masih terus mendulang kesuksesan (uang), bukan tidak mungkin akan ada selusin lagi seri film ini di masa datang. Di “Get Married 3”, Hanung tidak lagi duduk di bangku sutradara, melainkan digantikan posisinya oleh Monty Tiwa (Keramat). Sedangkan Cassandra Massardi, yang juga menuliskan cerita di film kedua, melanjutkan posisinya di film ketiga ini. Jadi apa yang akan ditawarkan oleh “Get Married 3”?
Jika film pertama menceritakan awal pertemuan Mae (Nirina Zubir) dengan Rendy yang disetiap film berganti-ganti pemerannya, lalu kemudian berlanjut dengan kisah kehidupan perkawinan Mae dan Rendy yang bermasalah di film kedua. “Get Married 3” masih tetap dengan “pasukan” yang sama, kecuali Rendy yang kali ini diperankan oleh Fedi Nuril, akan mengajak kita masuk kembali ke kehidupan Mae.
Setelah menikah, Mae (Nirina Zubir) dan Rendy (Fedi Nuril) memiliki tiga anak kembar, dua laki-laki, satu perempuan. Sebagai cucu pertama dari masing-masing keluarga, untuk menentukan nama anak-anak merekapun akhirnya menjadi rumit. Ditambah dengan kedekatan sahabatnya yang membuat mereka juga merasa berhak ikut campur dalam mengasuh anak Mae dan Rendy.
Setelah berhasil memberikan nama anak-anak atas otonomi orang tua, Rendy dan Mae memutuskan tidak melibatkan orang tua maupun sahabatnya dalam mengasuh anak-anaknya. Namun ternyata, tidak lama setelah melahirkan, Mae mengalami baby blues (syndrome stress setelah melahirkan) yang membuat Mae menjadi moody dan emosional. Rendy sadar bahwa dalam kondisi seperti sekarang ini, Mae justru membutuhkan support yang besar dari orang-orang terdekatnya, namun Mae terlalu gengsi untuk meminta tolong. Akhirnya Rendy membujuk Guntoro (Desta), Beni (Ringgo Agus Rahman) dan Eman (Aming) untuk diam-diam membantu Mae tanpa sepengetahuan Mae.
Mae yang sudah mengenal baik tabiat para sahabatnya tentu saja langsung bisa membongkar rencana Guntoro, Beni dan Eman. Mae tapi tidak tahu kalau mereka diminta bantuan oleh Rendy, dan oleh karena itu berusaha menyembunyikan fakta kalau para sahabatnya sudah ikut terlibat dalam merawat anak-anak mereka dari Rendy. Sialnya, Babe (Jaja Miharja) dan Bu Mardi (Meriam Belina) memergoki kalau para sahabat boleh bermain bersama anak-anak. Mereka pun menuntut bagian. Begitu pula dengan Mama Rendy (Ira Wibowo) dan Sophie (Kimberly Ryder). Alhasil, keluarga besar Mae dan Rendy pun kembali ikut campur dalam merawat anak-anak Mae dan Rendy.
Rendy semula senang melihat Mae sudah sembuh dari baby blues. Namun, ia lama-lama menyadari dari semua orang, justru dirinyalah yang paling tidak cocok merawat bayi. Anak-anak lebih memilih bersama Guntoro, Beni, Eman dan bahkan Babe daripada dirinya. Rendy pun merasa perannya sebagai ayah dan suami tersisihkan. Karena itu ia mendatangkan Nyai (Ratna Riantiarno), nenek Mae dari Arab untuk tinggal bersama mereka. Dengan harapan, Nyai yang selalu bentrok dengan Babe bisa membuat orang-orang tidak terlalu sering datang ke rumah.
Namun bebas dari mulut buaya masuk ke sarang macan. Kedatangan Nyai bukannya membuat Rendy berada di dalam posisi yang menguntungkan, tapi Rendy malah semakin sial. Babe tidak tahan dirongrong oleh Nyai, minggat dari rumah, membuat Bu Mardi panik karena takut menjanda. Rendy sendiri musti menerima nasib Babe menetap di kantornya, lengkap dengan peralatan sarung dan ember mandinya. Mae tidak mau menjadi anak korban broken home. Karena itu ia meminta Rendy untuk merukunkan Nyai dengan Babe, sehingga Babe bisa pulang ke rumah. Betapa kagetnya Mae, saat tahu kalau Rendy lah yang berada di belakang kepulangan Nyai. Mae pun marah ke Rendy, yang ternyata sampai sekarang masih mengganggap keluarganya sebagai pihak luar. Rendy pun terpaksa keluar dari rumah, menginap di kantor berdua dengan Babe.
Film ini memberikan kelucuan di setiap bagian baik dengan dialog maupun gerakan. Gambar terlihat bagus dan menawan membuat mata nyaman. Lagu-lagu Slank yang pas dengan cerita memberi sentuhan lain. Penampilan bintang-bintang seperti Titi DJ, Hanung Bramantyo, Raffi Ahmad, Dwi Sasono, Gading Marten, Candil Seurieus, Migi Parahita, Sadha Triyuda, Bona Paputungan, Mpok Nori, Wembri Garasi, Higin Garasi, menambah segarnya film ini. Satu hal yang membuat kurang, sisi penggambungan ceritanya kurang kuat sehingga setiap lelucon terkesan muncul sebagai sketsa terpisah.
Datangnya Nyai tentu saja membuat semuanya berantakan, tidak saja keharmonisan dari keluarga, tapi juga jalan cerita film ini. Awalnya “Get Married 3” terlihat begitu percaya diri dalam melontarkan komedi-komedinya, masih dengan penceritaan yang dilengkapi dengan narasi seperti dua film pendahulunya, kelucuan yang dihadirkan masih bisa buat saya tertawa (tidak terbahak-bahak). Apalagi ketika komedinya ditempatkan pada kasus-kasus atau pemberitaan yang belakangan ini mondar-mandir di televisi, seperti contohnya kasus Gayus Tambunan, sebagai sebuah pembuka, kehadiran komedi-komedi yang manis tersebut mampu membuat saya tertahan di bangku penonton dan tidak keluar. Setelah penggalan-penggalan kisah lucu yang sebagian besar dinarasikan, barulah penonton akan diajak masuk ke dalam cerita yang berfokus pada masalah keluarga baru Mae dan Rendy. Formula yang dipakai film ini sebenarnya tidaklah baru, mengadopsi dua film terdahulu dan mengandalkan masing-masing individu untuk bisa bermain selucu mungkin. Porsinya bisa dibilang dibagikan dengan benar, tidak saling berebut untuk bisa tampil lucu sendiri, namun sekali lagi itu hanya terjadi di paruh awal cerita, ketika Nyai belum datang.
“Get Married 3” itu terlalu serakah, padahal sebenarnya, karakter yang ada sudah cukup membuat film ini lucu, tapi justru menambahkan satu karakter lagi dalam wujud si Nyai, yang akhirnya meruntuhkan pembagian porsi yang sudah setara tersebut. Datangnya Nyai membuat komedi pun menjadi pincang, beberapa orang menghilang dan satu orang jadi pasang badan untuk melucu sendirian. Penyakit kambuhan di film Indonesia pun terjadi, ketika terlalu banyak karakter yang saling berebut untuk tampil, fokus cerita pun menjadi kemana-mana, ada yang diceritakan dan tidak lagi diceritakan. Komedi pun lama-lama jadi basi dan “maksa”, begitu juga bagaimana film ini dengan begitu gampangnya ingin mengakhiri semua konflik dengan sekali jentikan jari, seperti sulap semua beres tanpa kesan apapun. Dari segi akting, saya akui semua mampu menampilkan yang terbaik, sisi komedi bisa terangkat oleh masing-masing pemain seperti trio Amink-Desta-Ringo dan juga Jaja Mihardja. Nirina Zubir juga bermain baik, lebih pas memerankan Mae karena di dunia nyata pun dia sekarang seorang Ibu muda, ketimbang “Purple Love”, aktingnya di film ini lebih juara, itupun karena karakter Nirina memang nyablak seperti Mae. Well, film pertama masih bisa dibilang terbaik, “Get Married 3” pun hanya ingin mengikuti tapi terlalu ambisius untuk menghadirkan tawa yang fresh, akhirnya malah keteteran, dengan banyaknya karakter justru meruntuhkan komposisi komedi yang diawal sudah dibangun dengan lucu… di akhir cerita dan komedi, semua menjadi serba terpaksa.

sumber:www.dunia-ibu.org,www.boleh.com,www.kapanlagi.com



powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme