Alangkah Lucunya (Negeri Ini): Generasi Baru Copet

Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Berapakah anggaran buat notebook anggota DPR? Dalam film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" ada adegan seorang Caleg yang memikat gadis pujaannya dengan notebooknya.

Difilm Bebek Belur, Deddy Mizwar menjadi pemain, difilm ini Deddy Mizwar kembali lagi ke bangku sutradara, seperti biasa dia membawa tema sosial, Potret nyata keadaan Indonesia saat ini. Difilmkan dengan sentilan halus kepada semua keadaan sosial saat ini, Deddy Mizwar mengikat kesemuanya menjadi satu film yang menghibur.

Pendekatan cerita ini lewat komedi bisa dibilang merupakan jalan terbaik penyajian film seperti ini, Penonton yang sudah muak dan jenuh dengan keadaan sehari-hari, diajak menertawakan keadaan mereka sendiri, bahkan bukan tidak mungkin, juga ikut tersentil oleh pesan di layar. Jika plot diceritakan dengan serius atau gaya dokumenter, film seperti ini akan langsung tersimpan rapi di arsip film nasional dalam hitungan hari.

Tidak ada yang lolos dari sentilan di film ini, dari politik, sosial, ekonomi, bahkan organisasi agama. Tidak juga para pencopet dari pencopet dalam arti sebenarnya hingga pencopet negara. Salah satu kenikmatan menonton film ini memang menunggu siapa yang bakal kena sentilan di percakapan berikutnya. Yang mengagumkan, plot cerita film ini tetap fokus pada satu cerita utama disamping banyaknya sentilan maut itu.



Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) berpusat pada satu fragmen kehidupan Muluk (Reza Rahadian), seorang sarjana manajemen yang sejak lulus dari kampusnya dua tahun silam masih belum mendapatkan pekerjaan. Dia tak pernah putus asa mencari kerja meski selalu gagal mendapatkannya. Muluk tak pernah bosan masuk kantor/perusahaan untuk melamar, meski keluar dengan membawa kekecewaan. Tapi kekecewaan itu menjadi kekesalan ketika memergoki seorang anak remaja tanggung yang seenaknya mencopet seorang lelaki tua.. Muluk mengikuti copet itu, dan membekuknya di sebuah tempat. Pertemuan dengan pencopet – bernama Komet itu, ternyata membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, dan berkenalan dengan bosnya bernama Jarot. Di sana ternyata berkumpul anak-anak seusia Komet, yang kerjanya hanya mencopet. Mereka terbagi tiga kelompok: copet mall, coper pasar, dan copet angkot. Kemudian lahirnya sebuah ide unik: penerapan manajemen copet.

Deddy Mizwar memang piawai dalam membuat film pencopet. Setelah Naga Bonar jadi pencopet, kali ini Si Muluk yang dijadikan copet Deddy Mizwar memang piawai dalam membuat film pencopet. Setelah Naga Bonar jadi pencopet, kali ini Si Muluk yang dijadikan copet.

Dalam kerjasama ini, Muluk menjadi ”konsultan” yang mendapatkan 10 % ’management fee’ dari penghasilan para copet cilik itu. Sisa pendapatan bersih dikelola Muluk dalam bentuk tabungan dan usaha lain yang lebih halal. Namun alih-alih hanya sebuah kerjasama ekonomi, interaksi Muluk dengan para begundal cilik itu juga berubah menjadi sebuah upaya meretas kondisi illiteracy (buta huruf) yang dialami para copet. Muluk mengajak serta kawan-kawannya seperti Syamsul (Asrul Dahlan), seorang sarjana pendidikan yang juga masih menganggur dan lebih suka menghabiskan waktunya di gardu hansip untuk bermain gaple, serta Pipit (Tika Bravani) yang kerjaannya mengikuti kuis-kuis TV untuk dapat hadiah, sebagai guru agama bagi anak-anak itu.

Pak Makbul (Deddy Mizwar), ayah Muluk, senang melihat anaknya sudah bekerja. Apalagi, seperti pengakuan MULUK, bekerja di bagian SDM (Sumber Daya Manusia). Pak Makbul pun memberitahu dan Haji Sarbini (Jaja Miharja), ayah Rahma, calon besannya. Demikian juga Haji Rahmat (Slamet Raharjo), ayah Pipit, senang pula melihat anaknya sudah dapat pekerjaan dan tidak lagi hanya mengharapkan imbalan dari kuis di TV.

Awalnya, proses pendidikan ”indie” ala Muluk dkk berjalan lancar. Para copet cilik itu pun terlihat menikmati interaksi mereka dengan trio pendidik mereka. Tapi ayah Muluk, Pak Makbul, merasa ada sesuatu yang ”kurang beres” dengan profesi ”pengembangan sumber daya manusia” yang dijalani Muluk. Pak Makbul, Haji Rahmat, dan Haji Sarbini memaksa Pipit untuk mengantarkan mereka ke tempat komunitas copet cilik itu.

Alangkah terkejutnya . Pak Makbul, Haji Rahmat, dan Haji Sarbini, ketika mengetahui bahwa anak-anaknya mendapat gaji dari hasil mencopet. Mereka sangat kecewa, dan mereka menangis di Mushola mohon ampun.


Beredarnya film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) menandai 12 tahun kerjasama duo Deddy Mizwar-Musfar Yasin sebagai sutradara-penulis skenario, yang sekaligus menjadi film ke-4 dari kolaborasi mereka setelah Kiamat Sudah Dekat, Ketika, dan Nagabonar Jadi 2.

Gagasan awal film ini mulai berkelebat dikepala Musfar Yasin sejak 9 tahun silam. ”Tapi baru 4 tahun terakhir ini diperbincangkan lebih sering, dan sekitar 16 bulan terakhir dibahas intensif,” ujar Deddy Mizwar. Selain menyeimbangkan proporsi kisah sebagai sebuah cerita, yang sesungguhnya serius, karena merupakan mimesis dari kondisi bangsa, takaran unsur pendidikan dan hiburan yang renyah, membuat film ini memiliki pesan moral yang sangat menyentuh bagi setiap warga Indonesia yang masih memiliki kepedulian terhadap kondisi masyarakat akar rumput, khususnya anak-anak dan pemuda, yang terpinggirkan dalam sistem pembangunan Indonesia yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi.

Film ini juga menandai fase baru cara kerja Deddy Mizwar yang lebih mengoptimalkan sutradara pendamping (co-director) yang kali ini dipercayakan kepada Aria Kusumadewa (Sutradara terbaik FFI 2009 – IDENTITAS). ”Aria punya kekuatan yang sangat tinggi untuk mendalami dunia remang-remang seperti komunitas copet anak-anak itu,” puji Deddy.

Kolaborasi dua sutradara dari generasi yang berbeda ini diperkuat dengan tampilan gambar-gambar mumpuni yang dihasilkan Yudi Datau sebagai director of photography.

Yang menghidupkan film ini adalah barisan cast para pencopet yang masih anak-anak. Setiap aktor terlihat dipilih dengan hati-hati sehingga sesuai dengan karakter masing-masing. Bahkan cerita ini mampu mengangkat beberapa tokoh khusus sehingga melekat di hati penonton. Sebutlah si Ribut, yang selalu menambahkan kata Adalah di setiap awal percakapannya, atau si Glen, salah satu ketua pencopet yang selalu memberontak sepanjang film.

Dari sisi dramaturgi dan pemeranan, ensembel akting yang tercipta antara pemain kawakan seperti Deddy Mizwar, Slamet Raharjo, Rina Hassim, Jaja Miharja dan Tio Pakusadewo, dengan para yunior seperti Reza Rahadian, Tika Bravani, dan Asrul Dahlan mendapatkan momentum unik dengan kehadiran para pemeran copet cilik yang mampu menghidupkan ruh film ini. ”Selain dari para anggota teater cilik, banyak dari mereka yang sungguh-sungguh anak jalanan dan tak pernah berakting sebelumnya,” ungkap Deddy.

”Sembilan orang peraih Citra berkolaborasi dalam film ini: Slamet Raharjo, Deddy Mizwar, Reza Rahadian, Tio Pakusadewo, Rina Hassim, Aria Kusumadewa, Yudi Datau, Musfar Yasin, Zairin Zain (produser Nagabonar jadi 2).”


Sutradara Deddy Mizwar yang memang berhasil membangun ikatan yang sangat kuat antara Muluk dengan kawanan pencopet ini, bahkan karakter para pencopet ini berhasil dibangun di layar lebar. Namun plot menjadi agak terasa seret di tengah. Tidak maju-maju dan ketika mencapai endingnya, menjadi kurang klimaks. Meski dengan bijaksana, beliau meninggalkan film ini tanpa solusi, tanpa berusaha menjadi penentu atau penyelesai masalah-masalah yang ada.

Iklan yang menjadi pengganggu utama di film ini, yang sekaligus menurunkan kenikmatan menontonnya. Penempatan produk yang sangat terang-terangan di layar ini tidak tahu apakah disengaja untuk ditertawakan, yang pasti hal ini mengurangi nilai film ini. Penempatan produk yang kasar memang masih terjadi di sinema Indonesia, tapi kalo tidak begitu mau dapat dari mana biaya pembuatan film ini. Yang pasti bila anda siap menertawakan sendiri betapa "lucu"nya negeri kita Indonesia ini.

Kata – kata yang patut jadi perhatian difilm ini adalah : PENDIDIKAN itu penting. Karena berpendidikan, maka kita tahu bahwa pendidikan itu tidak penting.

Pemain :
Reza Rahadian
Deddy Mizwar
Slamet Rahardjo
Jaja Mihardja
Tio Pakusadewo
Asrul Dahlan
Ratu Tika Bravani
Rina Hasyim
Sakurta Ginting
Sonia
Sutradara :
Deddy Mizwar
Penulis :
Musfar Yasin

Jenis Film :
Comedy Satire
Produser :
Zairin Zain
Produksi :
Citra Sinema
Homepage :
http://www.alangkahlucunyafilm.com



Taring : Horror yang Rock Banget

filmtaring
Siapa sih yang gak kenal sama Rizal Mantovani ? Sutradara yang dikenal dengan penampilan baju hitam, topi hitam , dan kacamata hitam ini pertama kali dikenal sebagai sutradara video klip yang TOP dengan gaya hitam – hitamnya.

Menggerbak lewat film horror Jalangkung dengan cukup berhasil karena memberikan warna baru dalam film horror Indonesia. Kemudian bereksperimen lewat film Kuntilanak, Mati Suri, dan yang terakhir Air Terjun Pengantin. Rizal Mantovani kembali bereksprerimen dengan membuat film horror yang ber judul “ Taring”.

Film ini berceritakan tentang sebuah perusahan terkenal. Heaven’s Secret yang akan mengadakan pemotretan dengan tema Wild Fantasy. Farah (Fahrani), seorang model, menerima job itu,. Farah bersama dua model lainnya – WIWID (Shinta Bachir) dan Gabriella (Rebecca Reidjman)- akan ke sebuah daerah terpencil dengan alamnya yang masih liar dan indah untuk pengambilan foto. Bersama mereka, ada Damian (Dallas), fotografer, Alex – perwakilan perusahaan Heaven’s Secret yang arrogant, serta Inggrid – asisten Damian


Ketika melakukan perjalanan dengan mobil kedaerah pedalaman, mereka melalui perkampungan dan sedang terjadi upacara pemberian sesajen buat dedemit penjaga hutan. Supir yang juga penunjuk jalan, menolak untuk mengantarkan mereka memasuki hutan. Akhirnya Alex memutuskan untuk menyetir mobil sendiri, namun ternyata dia melindas sesajen-sesajen penduduk hingga kacau berantakan

Keesokan paginya, pemotretan lingerie pun dimulai. Semua berjalan lancar hingga akhirnya Inggrid merasa aneh dengan hasil pemotretan. Ketika senja datang, Dedemit dengan taring runcing dan kukunya setajam pisau datang menyiksa dan menghabisi satu persatu anggota rombongan

Farah yang terpisah dari Wiwid dan Gabriella, berlari sekuatnya, tiba-tiba Farah terhenti dari larinya, terdiam kaku dan menegang, matanya melotot melihat sosok dedemit tepat dihadapannya…

Film Taring sendiri diangkat dari cerita siluman macan yang banyak beredar di masyarakat. Rizal akan menghadirkan suasana berbeda dengan mengangkat cerita siluman macan tersebut. Ide cerita yang diambil dari kisah yang kerap dituturkan di masyarakat ini, sengaja dibuat beda, dan ini mendapat dukungan dari Rapi Films. "Di sini sosok setan itu akan seperti nyata, dia bisa nyerang secara fisik, yang pasti untuk kali ini ide cerita dari cerita masyarakat yang sering menemukan mayat di hutan, yang menurut mereka disebabkan oleh semacam siluman harimau atau semacamnya. Apalagi di sini adalah kerja sama pertama kali saya dengan Rapi Films, mereka meminta saya untuk bikin sesuatu yang beda dari biasanya. Dari bentuk setannya dan jalan ceritanya. Ini jadi PR tersendiri buat saya," kata Rizal.

Film ini, film horror yang nge-rock banget. Saya jadi inget sama film “Ghost Ship” ( Walaupun ceritanya gak mirip – mirip banget). Ciri khas Rizal dalam membuat film adalah pemain – pemainnya yang cantik – cantik dan ganteng – ganteng, sudut kamera, daerah pedalaman, dan yang pasti gelap. Di film Air Terjun Pengantin dia memberi bumbu dengan pamer aurat di film ini pun dia melakukannya lagi. Padahal di dua film pertamanya dia tidak melakukannya. Apakah film horror Indonesia wajib seperti itu ?. Buat film horror menurut saya, yang susah itu menampilkan ekpresi muka ketakutan pemainnya. Jangan sampe ekpresi takutnya kaya orang ngeden. Mungkin hal itu yang dicoba diakalin sama Rizal Mantovani.

Kayanya akhir film ini sama seperti film Mati Suri. Pesen yang saya tangkap dari film ini, walau teknologi sudah maju kita mesti menghormati kepercayaan suatu daerah dan inget kita gak sendiri hidup didunia ini. Kita harus saling menghormati.
Betul gak ?!


Pemain :
Fahrani Empel
Rebecca
Shinta Bachir
Dallas Pratama
Meidian Maladi

Sutradara : Rizal Mantovani

Penulis : Alim Sudio

Produser :
Gope T. Samtani
Subagio S.

Produksi : Rapi Films



Bebek Belur : Balada Desa Cibebek

bebek belur
Pasti anda sudah akrab dengan iklan-iklan lucu motor Yamaha yang mengangkat kehidupan para penduduk desa Cibebek. Berawal dari iklan inilah maka THE Agency & Square Box Films mengangkat kehidupan para penduduk desa Cibebek yang lucu dan konyol ini kelayar lebar dengan judul Bebek Belur.

Film ini mengisahkan keseharian warga Cibebek yang penuh kekocakkan dan sederhanaan walaupun di tengah-tengah mereka terjadi hal yang sangat penting dan berarti. Dengan sifat optimis, jujur, berani membela yang benar, juga berani menentang yang kaya dan dengan cara cerdas mereka dapat mengatasi keinginan dan niat orang yang telah termakan nafsu, karena mereka percaya bahwa putus asa bukanlah pilihan. Warga Cibebek selalu ingin memelihara kebahagiaan bersama, maka untuk melindungi keharmonisan desanya, sebagai ciri khasnya mereka selalu bisa tetap tertawa dan melakukan hal-hal lucu sambil mengatasi berbagai persoalan besar . Film ini tidak terbatas pada Desa Cibebek namun juga warga yang tinggal di Malaysia dimana lebih banyak lagi kejadian yang lucu dan seru terjadi. Walaupun film ini diangkat dari iklan Yamaha, kata sutradaranya (Adrianto Sinaga ) dalam film Bebek Betul tidak akan akan menyisipkan potongan humor seperti halnya di iklan motor Yamaha. Tapi settingnya yang mirip, seperti di pinggiran Jakarta yang ada persawahan. Yang pasti adegan motor kenceng sehingga yang dilewati berantakan pasti ada tuh soalnyakan didukung Yamaha.


Film dengan genre komedi ini diisi oleh sejumlah pemain yang juga bintang iklan tersebut seperti Didi Petet, Rima Melati, Ida Kusuma, Torro Margen, dan Tessa Kaunang.
Tak ketinggalan dukungan dari pemain lain semisal grup lawak Bajaj, Uli Arta, Slamet Rahardjo,Valentino, Jajang C Noer, Nana S Patah, dan masih banyak lagi. Namu saying sekali Komeng tidak ikut di film ini. Padahal laki-laki yang dikenal dengan kata uhuy-nya ini pula sebagai bintang iklan Yamaha. Menurut sang produser Damiana, schedulenya komeng padat sekali, jadi dia gak bisa ikutan di film ini.

Menurut Didi, sebuah tantangan tersendiri untuk mengembangkan karakter yang ada di iklan, yang hanya tayang beberapa detik, kemudian dipindahkan ke format layar lebar yang tayang hampir dua jam.

Sebagai aktor, kata Didi, sudah menjadi tugasnya memerankan sesuatu yang sulit menjadi logis. ”Pemain yang harus menjadikan ini semua logis. Harus dibikin logis. Saya sendiri tetap berperan sebagai Didi,” kata aktor senior itu.

Bagi Toro Margens, dirinya tetap menjadi orang kaya raya di kampung yang sangat sombong, bengis, dan genit. ”Setidaknya, buat saya, film ini adalah pemasukan secara materi yang membuat saya langgeng di dunia saya,” ujarnya.

”Memperpanjang keaktoran saya. Dan, harapan saya, para kru dan semua komponen yang ada di film ini tidak hanya berhenti di film ini dan selanjutnya tetap memakai ikon yang ada di iklan agar kita tetap eksis,” ungkapnya setengah bercanda.

Sementara itu, bagi grup lawak Bajaj, Bebek Belur menjadi kesempatan pertama bermain film layar lebar.

Keutungan film ini didukung sama pemain – pemain yang udah kuat sama karakternya masing – masing. Jadi mereka kaya menjalani kehidupan keseharian mereka. Dengan ada Dedy Mizwar, kualitas film ini lumayan. Seperti kita tahu film – film Dedy Mizwar bukan kelas kacangan. Dia membuat yang sederhana jadi berarti seperti film Naga Bonar jadi Dua.

Cerita film ini biasa aja, tapi ada yang unik walaupun bergendre komedi film Bebek Belur mencoba memasukkan semua gendre. Kalo untuk karakter Toro Margen, Bebek Belur adalah film tentang tokoh perjuangan yang tidak dicatat dalam buku sejarah. Valen dan grup Bajaj, cerita mereka adalah balada anak muda. Selamet Raharjo dibuat film drama. Kalo “pasangan” Mario dan Rini, ada cerita romantisnya ada juga horornya. Sedangkan Dedy Mizwar dan Didi Petet, biasa saling berdebat. Dan uniknya lagi poster filmnya dibuat beberapa versi sesuai dengan karakternya. Kenapa bisa begini, karena penulis adalah David Rasidi,Siskania,Heri Sucahyono, dan ditambah lagi Rudi Sipit. . Menurut Damiana (produser), inti dari cerita film ini adalah perbedaan sifat manusia dari yang merasa dirinya di atas sampai yang paling polos dan keanekaragaman sifat di antaranya keduanya.

"Jadi diceritakan bagaimana seseorang yang sudah berkedudukan tinggi kehilangan rasa kemanusiaannya serta bagaimana mereka yang berada di posisi lemah dapat melindungi prinsip dan nilai-nilai yang benar dalam hidup," ujarnya.


Film Bebek Belur adalah simbiosis mutualisme bagi THE Agency & Square Box Films dan Yamaha. Disisi THE Agency & Square Box Films tentu sangat beruntung bisa didukung Yamaha dan ada undian hadiahnya lagi untuk menarik minat masyarakat. Disisi Yamaha dengan adanya film ini bisa mengkuatkan image mereka di masyarakat.

Film Bebek Belur diiringi dengan musik yang cukup istimewa dengan kerjasama antara Band GIGI, Rumah Musik Harry Roesli, Sam Bimbo, dan DJ Nasa, di bawah pengarahan Aksan Sjuman. Kalo urusan kualitas gambar, jangan berberharap kaya Clash of The Titans. hehehe



Pemain :
Didi Petet
Deddy Mizwar
Slamet Rahardjo
Torro Margens
Gigi Band
Joshua Pandelaki
Ully Artha
Rima Melati
Ida Kusumah
Jajang C. Noer
Nungki Kusumastuti
Bajaj Grup
Valentino
Thessa Kaunang
Sam Bimbo
Sigit Hardadi
Nana S. Patah

Sutradara :
Adrianto Sinaga

Penulis :
David Rasidi
Siskania
Heri Sucahyono
Rudi Sipit

Produser : Damiana Widowati

Website : bebekbelur.com

Clash of the Titans: Gagal Memenuhi Ekspektasi Penontonnya

Apa yang diharapkan penonton dari sebuah film epik fantasi? Tentunya aksi2 dan adegan laga yang mengundang decak kagum, visual yang memukau juga tampilan berbagai makhluk aneh diluar nalar manusia. Itulah yang coba ditawarkan sebuah film ulang buat Hollywood berjudul “Clash of the Titans.” Diadaptasi dari sebuah film produksi tahun 1981, film ini coba memberikan efek yang lebih canggih bagi cerita yang sangat2 berbau fantasi itu. Menceritakan mitos para dewa Yunani yang sudah jarang dimunculkan di layar lebar, “Clash” menceritakan perjuangan Perseus (Sam Worthington) yang tidak tau bila dirinya adalah keturunan pimpinan para dewa yaitu Zeus (Liam Neeson), karena sejak kecil dipelihara oleh manusia. Pada masa itu dikisahkan kalau manusia sudah engan menyembah para dewa penguasa gunung Olympus, dibawah kekuasaan Raja Argos, mereka menumbangkan patung dewa Zeus yang berdiri kokoh diatas bukit. Para dewa pun merasa tertampar atas tindakan para manusia sehingga Hades (Ralph Fiennes), si dewa neraka, menghasut Zeus untuk memberikan pelajaran bagi umat manusia yang sudah berani membangkang. Di istana raja Argos yang sedang merayakan lahirnya era manusia, Hades mengamuk dan mengeluarkan ancaman “Dewa telah marah dan manusia harus menanggung akibatnya. Argos akan hancur pada saat gerhana, kecuali Andromeda (putri raja Argos) mau berkorban untuk menjadi mangsa Kraken (makhluk laut raksasa piaraan Hades)!” Mendengar ini, rakyat Argos pun gempar, mereka memintah raja untuk menuruti kehendak Hades, sementara raja merasa sangat berat untuk menjadikan putrinya sebagai tumbal akibat kesombongannya. Tapi tenang saja, disinilah saatnya Perses, makhluk setengah manusia setengah dewa yang mengingkari takdir dirinya dan begitu membenci para dewa terutama Hades, unjuk gigi. Dari seorang wanita cantik bernama Io (Gemma Artenton) yang mengaku sebagai ‘penjaganya’, Perseus mendapat wangsit bila Argos masih bisa diselamatkan dengan cara menghabisi Kraken. Membunuh hewan yang besar dan luasnya udah tidak bisa diukur lagi itu aja udah ga kebayang susahya, Io malah mengajukan syarat untuk memudahkan tugas itu adalah dengan membawa kepala Medusa, ular raksasa berwajah wanita cantik yang mahir merubah apapun yang dipandangnya menjadi arca. Jangankan memenggal si kepala ular itu, menuju tempat tinggalnya saja udah menjadi tantangan tersendiri. Namun Perseus tidak perduli, bersama para ksatria Argos dan Io, dia menjelajah setiap tempat berbahaya dan penuh jebakan menuju Medusa dan Kraken sebelum Hades mewujudkan rencananya.

Meskipun jelas kemajuan yang sangat signifikan dari film orisinalnya yang sudah sangat ketinggalan zaman itu, namun sebenarnya ga ada hal yang baru yang bisa ditawarkan film ini. Spesial efek yang dihadirkan terasa sama saja dengan film sejenis lainnya produksi zaman millennium ini. Mungkin karena kecanggihan itu tidak diseimbangi dengan jalan cerita dan dialog2 yang penuh inovasi. Jadi bagi yang udah pernah nonton film fantasi nomor wahid seperti “The Lord of the Rings” sebagai contoh, akan merasa “Clash of the Titans” biasa2 saja. Perjalanan film dari awal sampai akhir pun terasa layaknya video game, penonton sepertinya hanya mengikuti jagoan mereka dari sebuah game menghadapi setiap rintangan, jebakan dan tantangan hingga level terakhir. Tidak adanya pengembangan karakter yang berarti dan penceritaan yang benar2 menghipnotis penonton semakin memperparah perasaan tadi.
Satu hal yang cukup berbeda dari film sejenis yang biasanya punya durasi hampir tiga jam, “Clash” punya waktu tayang yang lumayan singkat sehingga setiap adegan terkesan terburu2. Tak ada satu makhluk mitologi dalam film ini yang diekspoitasi berlebihan untuk memenuhi tuntutan munculnya adegan aksi berikutnya.

Review ini memang cukup menjatuhkan film ini dari tadi, karena memang ekspektasi gue yang terlalu tinggi dan sutradara Louis Letterier, orang Prancis yang sebelumnya menurut gue lumayan berhasil saat menghadirkan “The Incredible Hulk”, gagal mewujudkannya. Yang gue harapkan “Clash” sebagai salah satu film pembuka pintu peluang menjamurnya kembali film2 bertema mitos Yunani akan menjadi sesuatu yang setidaknya cukup memorable bagi penontonnya, tapi ternyata tidak sama sekali. Belum lagi endingnya yang lagi2 terlalu terburu2 itu, jangan pula diomongin teknik 3D nya yang akan semakin memperparah keadaan film ini. Pokoknya bener2 jauh bila dibandingkan dengan “Avatar”, walaupun sama2 dibintangi oleh Sam Worthington, aktor Australia yang lagi naik daun di Hollywood itu. Oh ya… menurut gue Sam juga terkesan agak saltum disini, tatanan rambutnya itu yang memberi kesan kalau dia menjalani produksi film ini dan “Avatar” pada waktu yang bersamaan.


powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme