Shutter Island: Misteri di Tempat Terpencil

shutterisland
Mengangkat kisah misteri horror dari buku bestseller kedalam layar lebar memang diperlukan kepiawaian khusus agar menarik untuk ditonton. Apalagi buku bestseller punya fans tersendiri. Hal ini yang pengen dibuktikan oleh sutradara peraih penghargaan sebagai sutradara terbaik dalam ajang bergengsi Academy Award 2007 lewat film The Departed., Martin Scorsese lewat debut terbarunya Shutter Island.

Cerita diawali dengan perjalanan dua orang U.S bernama Teddy Daniels ( Leonardo Di Caprio ) bersama rekan kerja barunya, Chuck Aule ( Mark Rufallo ) ke sebuah pulau terpencil di area Massachusetts yang bernama Shutter Island yang berfungsi sebagai pusat rehabilitasi penyakit gangguan jiwa. Kedatangan Teddy ke pulau tersebut untuk menyelidiki kasus kaburnya seorang pasien penyakit jiwa bernama Rachel Solando ( Emily Mortimer’s ). Sebelum menghilang, Rachel sempat meninggalkan sebuah pesan yang bertuliskan 'Apa yang terjadi pada pasien 67'. Teddy yakin bahwa pesan ini ada sangkut pautnya dengan hilangnya Rachel dan bertekad menelusuri kasus ini.
Ketegangan mulai menyelimuti setiap adegan ketika Teddy tiba di pulau tersebut. Contohnya saat Teddy dan Chuck memasuki halaman pusat rehabilitasi disambut oleh para pasien penyakit jiwa dan adegan Teddy yang berusaha menyelamatkan Chuck ketika terjatuh ke laut. Pada adegan tersebut Robert Richardson, peraih penghargaan penata gambar terbaik dalam film The Aviator dan JFK mencoba menampilkan kesan keganjilan, kengerian dan keanehan yang mampu merayapi alam pikiran tiap penonton.


Sayangnya, tak semua pihak berminat menuntaskan kasus ini. Malahan pihak rumah sakit jiwa di sana menolak memberikan bantuan. Teddy akhirnya merasa curiga bahwa pihak rumah sakit terlibat sebuah kasus dan tak ingin Rachel ditemukan karena itu akan mengungkap sesuatu yang telah lama disembunyikan. Sayangnya Teddy bukan termasuk orang yang mudah menyerah. Ditambah lagi dengan badai yang menutup kemungkinan untuk meninggalkan pulau itu, tak ada pilihan buat Teddy selain melanjutkan penyelidikannya


Keunikan film ini makin diperlihatkan ketika alur cerita yang dikemas dengan teknik kilas balik dari kehidupan masa lalu Teddy sebagai seoarang veteran perang. Pengalaman masa lalu Teddy terus menghantui pikiran – pikirannya yang memilukan hati sehingga mempengaruhi upaya penyelidikan Teddy dalam mengungkap kasus yang sedang ditangani saat itu. Lebih dari itu, rasa penasaran penonton makin terusik dikala Teddy sang detektif berubah peran menjadi pasien penyakit jiwa yang divonis menderita psikopat akut.

Disinilah kemahiran sutradara Martin tak diragukan lagi dalam perfilman dunia. Hal itu terbukti pada film Shutter Island, Martin yang menggunakan teknik kilas balik pada beberapa adegan berusaha menyampaikan inti cerita sesungguhnya dengan mengajak penonton menelusuri jejak pikiran Teddy sebagai psikopat. Asal penontonnya jadi psikopat aja setelah nonton film ini.

Martin Scorsese memang bukan sutradara biasa. Bisa dibilang sutradara yang satu ini adalah legenda Hollywood yang masih ada hingga sekarang. Film-filmnya selalu mendapat pujian dari para kritikus dan SHUTTER ISLAND ini bukanlah pengecualian. Walaupun mungkin masih belum bisa disamakan film-film seperti GANGS OF NEW YORK atau RAGING BULL namun tetap saja SHUTTER ISLAND ini adalah sebuah film yang dikerjakan dengan serius.

Langkah awal Scorsese mengambil materi sudah tepat. Versi novelnya sendiri memang sempat mendapat pujian dari sebagian besar kritikus sekaligus sanggup merebut hati para pembaca. Keputusan menggaet Laeta Kalogridis untuk mengadaptasi novel ini menjadi sebuah skenario film juga tak salah karena penulis naskah ini mampu membawa roh novel karya Dennis Lehane ini ke bentuk nyata sebuah skenario.


Scorsese sepertinya juga tak mau mengambil risiko menggunakan aktor dan aktris baru dan memilih nama-nama besar seperti Leonardo DiCaprio yang sering main bersamanya, Ben Kingsley, Mark Ruffalo, dan Michelle Williams sebagai pemeran inti. Mungkin sekilas terdengar seperti marketing gimmick namun pada kenyataannya merek ini memang aktor dan aktris yang bisa diandalkan. Leonardo Di Caprio memang lebih pantas main difilm – film klasik kaya Titanic, Catch Me If You Can,dan Gangs of New York daripada film seperti The Beach. Di film ini penampilan fisik Leonardo sedikit berubah dengan badan yang agak gemuk

Setelah semua beres, kini tinggal tugas Scorsese menuangkan visinya ke dalam bentuk visual dan hasilnya memang memuaskan. Mulai dari angle pengambilan gambar, suara hingga special effect yang digunakan terasa sangat efektif membawa nuansa tegang pada penonton. Ada kesan seperti sedan menyaksikan karya Alfred Hitchcock seorang sutradara asal Inggris yang terkenal dengan film-film thriller-nya, namun itu tak jadi soal karena Scorsese tak sekedar mengekor saja

Selain itu, konflik – konflik seru antara Teddy dengan beberapa pasien pun diangkat agar menambah daya tarik film produksi Paramount Picture.


Pemeran
Leonardo DiCaprio sebagai Teddy Daniels, marsekal AS
Mark Ruffalo sebagai Chuck Aule, marsekal AS dan merupakan rekan Teddy.
Ben Kingsley sebagai Dr. John Cawley.
Michelle Williams sebagai Dolores Chanal, Istri Teddy.
Emily Mortimer sebagai Rachel Solando,pasien yang kabur .
Max von Sydow sebagai Dr. Jeremiah Naering.
Jackie Earle Haley sebagai George Noyce, pasien yang dimutilasi.
Ted Levine sebagai penjaga rumah sakit.
John Carroll Lynch sebagai McPherson, wakil penjaga rumah sakit.
Elisebagai Koteas sebagai Andrew Laeddis.
Patricia Clarkson sebagai Ethel Barton

Sutradara : Martin Scorsese

Produser:
Martin Scorsese
Bradley J. Fischer
Mike Medavoy
Arnie Messer

Sinematografi:Robert Richardson

Penyunting :Thelma Schoonmaker

Studio:
Phoenix Pictures
Appian Way Productions
Sikelia Productions

Distributor: Paramount Pictures

My Name is Khan: Sebuah Film dari Hati

mynameiskhan

My Name is Khan. Para pengemar film Bollywood tentu gak asing lagi dengan nama Khan, iya Shahrukh Khan, Mega bintang dari India. Di fim ini nama Khan bisa menjadi soal permasalahan yang melibatkan Agama, Ras, dan sosial. Bagaimana nama Khan dipertanyakan setelah peristiwa 9 September 2001 ? Bagaimana sineas Bollywood memandang pasca peristiwa 9 September? Inilah sedikit ceritanya :

Rizvan Khan (Shahrukh Khan) adalah laki-laki muslim yang terhormat dari India, yang hidup dengan penyakit Sindrom Asperger, hidup bersama ibunya (Zarina Wahab) di wilayah Borivali di Mumbai. Ibunya mendidik Khan tentang karakter dasar manusia dan bagaimana membina relasi antar sesama manusia.

Sang ibu mengatakan bahwa di dunia ini hanya ada 2 tipe manusia, yaitu manusia yang baik dan manusia yang jahat. Kebaikan dan kejahatan manusia itu tidak ada kaitannya dengan suku, agama dan ras. Sang ibu menekankan bahwa tidak ada orang Islam baik dan orang Islam jahat, tidak ada orang Kristen baik dan orang Kristen jahat, tidak ada orang Hindu baik dan orang Hindu jahat.
Kebaikan dan kejahatan ada pada manusia, tetapi itu tidak berkaitan dengan agama dan keyakinan yang dianut manusia tersebut.
Didikan sang ibu tertanam erat dalam benak Khan. Dan Khan merasa didikan ibunya benar. Tetapi realitas yang dihadapi sangat jauh berbeda


Saat ia dewasa , Rizwan pindah ke San Fransisco dan hidup bersama adik dan iparnya. Selama disana, ia jatuh cinta kepada Mandira (Kajol). Mereka menikah dan memulai usaha. Segalanya berjalan lancar dan kebahagiaan perkawinan dilalui tanpa kendala berarti.


Dan tragedy WTC pun terjadi.Setelah peristiwa 9/11, Rizwan dan Mandira mulai menghadapi beberapa kesulitan. Dimulai dari sebuah tragedi, mereka berpisah. Ingin kembali memenangkan hati istrinya, Rizwan melewati sejumlah petualangan diberbagai negara bagian di Amerika. Ketika melanjutkan perjalanannya, Khan mengilhami optimisme dan kegembiraan di dalam hati orang-orang yang dia temui dengan menyebarkan pesan-pesan dari niat baik di mana pun ia menjelajah.

Shah Rukh Khan, pemeran Khan, mengungkapkan bahwa “My Name is Khan” bukan film tentang terorisme atau tragedi WTC. Film ini bercerita tentang hubungan antara 2 orang, antara seorang individu dan negara. Ada 3 komponen penting dalam film ini, yaitu kisah cinta, Islam dan autis.

Khan juga mengatakan, film ini berfokus pada tema tentang hubungan antara dunia Barat dan Islam dan bagaimana hubungan itu banyak berubah dalam beberapa tahun terakhir.

“My Name is Khan berbicara tentang Islam dan cara pandang dunia terhadap Islam. Kami hanya berusaha untuk mengatakan bahwa hanya ada orang-orang baik dan orang-orang yang jahat. Tidak ada orang Hindu yang baik dan orang Hindu yang jahat. Tidak ada orang Kristen yang jahat dan orang Kristen yang baik. Agama bukanlah kriteria untuk menentukan orang itu baik atau jahat,” kata Khan dalam sebuah wawancara.

Shah Rukh Khan tentu tidak menduga, paranoia Amerika terhadap nama yang berbau Islam benar-benar menimpa dirinya. Peristiwa itu terjadi pada 14 Agustu 2009, saat dirinya berkunjung ke Amerika untuk sebuah pertemuan dengan warga India di sana. Tiba di bandara Newark, New Jersey, tiba-tiba Khan ditahan pihak bandara dan diharuskan menjalani pemeriksaan. Petugas memberitahu dirinya bahwa namanya muncul dalam komputer sebagai nama yang patut dicurigai.

Khan dibawa ke sebuah ruangan khusus yang berisi orang-orang berwajah Asia yang juga sedang diperiksa. Khan mengaku banyak orang yang mengenal wajahnya di bandara. Bahkan ada diantara mereka yang meminta tanda tangannya. Tetapi petugas tetap saja melakukan prosedur pemeriksaan. Khan diperiksa sekitar 2 jam sebelum dibebaskan. Khan dilepas setelah konsulat India bersama pejabat Amerika turun tangan langsung.

Khan mengungkapkan bahwa dirinya sedih dan merasa sangat bersalah saat berada di ruang pemeriksaan. Tetapi itu bukan kesedihan untuk diri pribadinya, melainkan saat melihat orang-orang yang sedang diperiksa di ruangan itu.
“Orang mungkin akan mengenali saya dan melepaskan saya. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang di ruangan itu? Mereka pasti mendapat masalah,” kata pria yang masuk 50 tokoh berpengaruh dunia versi Majalah Newsweek tahun 2008 ini.

Insiden yang sempat menjadi headline di berbagai media internasional ini memicu aksi demonstrasi di India. Mereka marah dan tersinggung tokoh pujaannya menerima pelecehan sejahat itu. Insiden tersebut juga memicu perdebatan diantara para politisi India dan para sineas film.
Sementara itu, ada juga fihak yang curiga insiden di bandara Newark sebagai bagian dari promosi film My Name is Khan. Tetapi hal ini dibantah Khan dan Karan Johar, sang produser.

Peristiwa baru mereda setelah Gubernur California, Arnold Schwarzenegger mengundang Khan makan malam bersama di kediamannya. Sebuah upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan.
Jadi memang benar apa yang dikatakan Shah Rukh Khan.
“Jika Anda memiliki nama berbau Islam, Anda mungkin dianggap sebagai teroris.”
“My Name is Khan..and I am not a terrorist.”
Apalah arti sebuah nama?… demikian Shakeaspere dalam Hamlet.


Film My Name Is Khan merupakan reuni Shah Rukh Khan dan Kajol dangan sang sutradara yang pernah juga mendalangi film Kuch Kuch Hota Hai. Film My Name Is Khan memecahkan rekor box office Inggris. Film yang dibintangi Shah Rukh Khan itu melejit ke nomor enam box office sejak dirilis pada 12 Februari.

Film yang juga diperankan oleh Kajol itu mencetak sejarah sebagai film India pertama yang meraih pendapatan terbesar dalam jajaran box office Inggris. Tercatat, My Name Is Khanmeraup USD1,4 juta sepanjang masa penayangan perdana, 12-14 Februari.

Di Amerika pun, film tersebut menuai sukses. Sepanjang pekan awal penayangan telah meraup USD18 juta.

Tampaknya film ini bakal menuai sukses besar, meski sebelumnya pernah diboikot warga Mumbai, India. Di negerinya sendiri, film tersebut diboikot oleh kaum ekstrimis Hindu.

Bukan karena jalan cerita film yang berbau SARA. Melainkan, kekecewaan mereka terhadap aktor film Kuch Kuch Hota Hai itu yang mendukung pemain kriket Pakistan berlaga di liga India. Pada pemutaran perdana di India, pendemo menurunkan poster dan melempari bioskop yang memutar film My Name Is Khan.

Studio: Fox Searchlight Pictures
Director: Karan Johar
Screenwriter: Shibani Bathija
Starring: Shah Rukh Khan, Kajol
Genre: Drama, Romance



powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme