The Warrior and the Wolf: Trailer Lebih Bagus dari Filmnya

Film “The Warrior and the Wolf” diadaptasi dari karya sastra penulis Jepang Yasushi Inoue oleh sutradara Tian Zhuangzhuang yang juga berperan sebagai penulis naskah. Ceritanya mengambil latar belakang Cina pada masa belum bersatunya negeri itu, dimana ada ribuan tentara yang diberangkatkan untuk menaklukkan daerah-daerah yang masih belum bertuan. Petualangan ke wilayah baru ini kadang juga tak selalu membawa hasil yang menyenangkan. Ada seorang prajurit pemberani bernama Lu Chenkang (Joe Odagiri) yang cukup berbeda dengan prajurit lain yang mulai kehilangan rasa kemanusiaannya di medan pertempuran. Meskipun ia sangat terampil di medan perang namun ia selalu berusaha menekan insting binatang dalam dirinya sebisa mungkin. Namun semua itu segera berubah ketika Jenderal Zhang Anliang (Tou Chung-hua), pemimpin Lu menderita luka parah. Jenderal Zhang Anliang terluka parah tepat sebelum musim dingin datang dan terpaksa Lu harus mengambil alih tampuk kepemimpinan sementara. Saat Lu membawa pasukannya ke sebuah desa yang dihuni suku Harran, Lu bertemu seorang wanita yang mampu mengajak Lu ke tempat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Menurut suku Harran, pada zaman dahulu kala, manusia sebenarnya berasal dari serigala dan hingga kini pun masih punya hubungan khusus dengan binatang ini.

Menurut gue, trailer yang ditujukan untuk promosi film satu ini lumayan menyesatkan calon penontonnya, begitu pula dengan judul yang dipilih. Jadinya mungkin banyak yang akan merasa kecewa setelah menyaksikan film ini secara keseluruhan. Yang tadinya diharapkan sebagai sebuah tontonan film epik dengan banyak adegan peperangan dan aksi seru ternyata tidak lebih hanya sebuah roman percintaan dan nafsu, berikut alur cerita yang lambat dan membosankan. Sutradara Tian Zhuangzhuang sendiri memang sudah dikenal dengan gaya bertuturnya yang suka menguji kesabaran penonton seperti yang ditunjukkan dalam karya2 sebelumnya. Dan film ini pun tidak ada bedanya. Pada beberapa bagian dia mencoba memberikan teks penjelasan dengan tujuan memberi penghubung antara satu adegan dengan yang berikutnya namun karena editing yang terkesan begitu terburu-buru maka bantuan berupa teks itu malah jadi ga memberikan efek lebih

Nilai plus dari film ini mungkin bisa dilihat dari tata sinematografi dan setting nya yang sangat indah. Penampilan dua bintang utama yaitu Joe Odagiri dan Maggie Q juga cukup meyakinkan dan pas, tetapi karakter mereka kurang begitu mengena bagi penonton, mungkin karena struktur cerita yang dibangun disini seolah menjadi pembatas antara penonton dengan sang karakter. Bagi yang punya ekspektasi bakal melihat banyak adegan aksi keren di film ini, anda tentunya bakalan gigit jari. Hanya ada satu adegan yang cukup impresif yaitu ketika segerombolan serigala melarikan diri dari terjangan topan. Sekali lagi, buat yang udah terbiasa nonton film produksi barat yang jor2an adegan aksinya, film ini mungkin akhirnya cuma bakalan jadi obat tidur yang paling manjur aja di dalam gedung sineplek. Dan akhir kata, trailer memang teknik marketing yang kadang suka menyebabkan terjadinya salah kaprah terhadap calon konsumen sebuah film (terutama “The Warrior and the Wolf” ini).

This Is It : Kebangkitan MJ dihari - hari terakhirnya

poster_this+_is_it
Inilah King of Pop Micheal Jackson.Micheal Jackson adalah penyanyi yang memiliki talenta yang sangat luar biasa , julukan mega bintang rasanya sangat layak disematkan kepadanya. Selain lagu - lagunya yang bagus, aksi panggungnya yang sangat kreatif,mengejutkan dan luar biasa sangat ditunggu. Selain dikenal sebagai penyanyi R&B, penulis lagu dan juga aktor, Jacko juga menjadi 'icon' break dance dunia yang memiliki gaya dan dandanan khas.

Selain memiliki talenta yang luar biasa,perjalanan hidup Jacko yang penuh kontroversial. Jacko adalah pria penuh masalah dan berulang kali menghadapi tuntutan pengadilan. Di antaranya tuntutan telah melakukan aktivitas seks menyimpang dengan anak-anak, meski kemudian hal itu tidak terbukti.

Berita kematian Michael Jackson memang mengguncang dunia. Rencana come back-nya dengan menggelar residency show di O2 Arena, London seketika pupus. Para fans tidak rela ditinggal begitu saja. Para fans mendiang Michael Jackson ingin melihat hari-hari terakhir idola mereka saat mempersiapkan konser yang sedianya akan menjadi pembuktian bahwa Michael tetaplah seorang raja di dunia hiburan. Kerinduan para penggemar akan terobat oleh film dokumenter yang berjudul "This Is It".
This Is It,micheal jackson





















Film mengenai Jacko,mengambil rekaman gladi bersih konser Jacko This Is It satu hari sebelum Jacko meninggal dunia sebagai sumber gambarnya. Rekaman yang diinformasikan berdurasi 100 jam lebih tersebut dilakukan pengambilan gambarnya oleh pihak AEG. Sutradara Kenny Ortega mencoba meramu 100 jam rekaman video itu menjadi sebuah dokumentasi tentang hari-hari terakhir Michael saat ia mencurahkan seluruh tenaganya untuk membuat konser ini jadi sebuah konser yang tak akan terlupakan sepanjang zaman.
this_is_it,Micheal Jackson

















Film ini juga akan dilengkapi dengan wawancara dari orang yang terlibat konser Michael dan juga para teman-teman dekat superstar tersebut."Orang-orang akan melihat penampilan Michael yang sangat menakjubkan. Film ini akan membuktikan bahwa Michael adalah entertainer sejati saat berada di atas panggung," kata Michael Lynton, CEO Sony Picture Entertainment.

Sebelum membuat film ini Colombia Pictures dan promotor konser AEG Live harus menunggu persetujuan pihak pengadilan. Hakim Pengadilan Tinggi Los Angeles Mitchell Beckloff yang menangani film tersebut dikabarkan harus terlebih dahulu menyetujui sidang dengar pendapat mengenai rencana produksi film tersebut pada 10 Agustus mendatang. Setelah persetujuan diberikan, barulah produksi film dapat segera dimulai.

Jauh sebelum film tersebut selesai diproduksi, Columbia Pictures bahkan telah mengkonfirmasi akan membeli hak ciptanya sebesar US$60juta atau senilai Rp600 miliar. Selain dari hasil penjualan hak ciptanya, hasil pemutaran film yang diyakini akan mencapai ratusan juta dolar tersebut dikabarkan akan menjadi milik pihak Jackson sebesar 90 persen, dan sisanya untuk pihak AEG.

Tapi film tersebut belum ditayangkan, film itu sudah mendapat protes dari penggemar Raja Musik Pop itu.Para penggemar MJ itu membuat situs this-is-not-it.com untuk melakukan protes terhadap film tersebut. Mereka menganggap Michael dipaksa kerja keras untuk mempersiapkan konser tersebut.

Bahkan mereka menuduh AEG Live, promotor konser berusaha mengambil untung yang sebesar-besarnya dari konser yang rencananya digelar di stadion O2, Inggris itu. Tak hanya AEG, Sony Picture juga tak luput dari aksi protes mereka.

"Film itu digarap hanya untuk mendatangkan keuntungan," ujar Giovanni Panunzio juru bicara protes This Is Not It. Mungkin fans tidak ingin bersedih kembali dengan melihat foto - foto MJ lagi dan mereka merasa MJ terlalu diekslolitasi. Tetapi produser membuat film bukannya untuk untung ?

Pimpinan AEG Live Randy Phillips yakin bahwa film tersebut nantinya dapat membantu menghapus hutang Jacko yang berjumlah US$500juta, yang ditinggalkannya ketika ia meninggal. Selain itu hasil pemutaran film juga akan digunakan demi kesejahteraan keluarga Jacko, diantaranya Katherine, ibunda Jacko dan ketiga anaknya. Terdengar kabar bahwa rencananya ada beberapa bagian dari hasil film tersebut yang akan disumbangkan pihak keluarga Jacko ke lembaga sosial.
thisisit,michealjackson


















Film dan CD Michael Jackson yang berisi saat-saat terakhir King of Pop itu diperkirakan mampu meraup penjualan US$400 juta di seluruh dunia.

Fandango.com, vendor penjual tiket, melaporkan lebih dari 1.000 di AS sudah terjual pada 22 Oktober. Sony Corp, yang merilis film dan albumnya, mengakui tiket di bioskop-bioskop London, Sydney, Bangkok, dan Tokyo juga habis.Film ini rencananya kan diputar di 90 negara.

Di Inggris, penjualan tiketnya melampaui film “Harry Potter” dan “The Lord of the Rings” pada jaringan Vue Entertainment Ltd. "Ini benar-benar satu fenomena," kata Tim Richards, chief executive officer Vue London.

Talenta Michael Jackson tidak hanya ia tunjukan dengan menghasilkan lagu-lagu yang menjadi hits. Pelantun lagu 'Black or White' juga sempat memamerkan bakatnya di industri film.
micheal jackson
Jacko pertama kali terjun ke industri film sebagai aktor di film fantasi 'The Wiz' yang rilis pada 1978. Jacko berperan sebagai Scarecrow di film yang diadaptasi dari novel klasik 'The Wizard of Oz' itu.

Dalam 'The Wiz' yang bergenre musikal itu, pemilik album 'Bad' tersebut tampil bersama penyanyi papan atas negeri Paman Sam lainnya. Salah satunya, penyanyi perempuan Diana Ross. Film tersebut sukses mendapat empat nominasi Oscar.

Setelah 'The Wiz', Jacko merilis 'Thriller' pada 1983. Tidak hanya sebagai bintang utama, Jacko juga menjabat posisi produser di film itu. Film itu merupakan film kontemporer pertama yang meramu genre horor dengan musikal.

'Thriller' menampilkan aksi Jacko yang berubah wujud menjadi mahluk mirip panther untuk melindungi kekasihnya dari serangan mayat hidup. Film tersebut tergolong sukses mengikuti single 'Thriller' yang berhasil menduduki posisi puncak chart lagu.

Tiga tahun kemudian, Jacko yang bekerjasama dengan sutradara Francis Ford Coppola menggarap film sci-fi tiga dimensi 'Captain Eo'. Selain Jacko, film tersebut juga dibintangi Anjelica Huston dan Dick Shawn.

Jacko pun sempat bekerja sama dengan sutradara legendaris Martin Scorsese. Bersama Martin, ia merilis film pendek 'Bad' pada 1983. Di tahun yang sama ia juga merilis album 'Bad'.

Setelah 'Thriller', Jacko kembali melakoni peran horornya sebagai mahluk yang bisa berubah wujud di 'Ghost'. Film tersebut rilis pada 1997. 'Ghost' berkisah tentang sebuah kota berhantu.

Kurang puas dengan 'Ghost', Jacko kembali merilis film multi genre 'Moonwalker' pada 1988. Film itu juga menampilkan aktor kawakan Joe Pesci dan penyanyi Mick Jagger. 'Moonwalker' merupakan kombinasi cuplikan konser Jacko dan beberapa cerita fantasi yang menampilkan Jacko sebagai tokoh sentralnya.

Semenjak 'Ghost', Jacko tidak pernah lagi tampil sebagai bintang utama. Namun ia sempat mengisi suara salah satu karaker di film animasi 'Chanel 5'.Baru-baru ini Jacko tampil sekilas di 'Men in Black II' dan 'Miss Cast Away'.

CEO CKX Inc Robert Sillerman menjelaskan kesuksesan Jackson lebih banyak dihargai setelah legenda musik itu meninggal dibandingkan dengan ketika hidup. "Ketika mati, orang lebih mengenang kebaikan seseorang. Hal itu terjadi juga dalam kasus Elvis dan Beatles," katanya.
micheal jackson

















Jenis Film :Dokumenter,Musik

Dibintangi oleh :
Michael Jackson
Alex Al
Nick Bass
Michael Bearden
Daniel Celebre
Mekia Cox
Misha Gabriel
Chris Grant
Judith Hill
Dorian Holley
Shannon Holtzapffel
Devin Jamieson
Bashiri Johnson
Charles Klapow
Jonathan Moffett
Tommy Organ
Orianthi
Darryl Phinnessee

Sutradara :Kenny Ortega

Produser :
Randy Phillips
Kenny Ortega
Paul Gongaware

Produksi :Sony Pictures Releasing

Homepage :http://www.thisisit-movie.com/
View Full GALLERY

DOWNLOAD FULL GALLERY



9: Animasi Unik Berlatar Alamnya Terminator

Berawal dari Shane Acker yang membuat film pendek durasi 11 menit untuk tugas akhirnya ketika kuliah di UCLA. Hasil karyanya tersebut justru masuk nominasi Best Animated Short Oscar ditahun 2005. Pembuat film sekaliber Tim Burton pun begitu terkesan dan akhirnya mewujudkan niat Shane untuk mewujudkan film pendeknya itu menjadi sebuah tontonan layar lebar utuh dengan dana yang tentunya lebih besar. Apalagi film ini termasuk golongan film fantasi dan suasana yang cukup kelam yang menjadi ciri film yang sering dibuat Tim Burton seperti Batman.

Lewat film animasi uniknya yang berjudul "9" ini, Shane menceritakan kejadian pasca kehancuran dunia dimana mesin telah berhasil memunahkan ras manusia. Namun, ada sebuah kelompok kecil makhluk unik yang telah diberikan kehidupan oleh seorang ilmuwan pada hari2 terakhir manusia. Mereka disebut "Stitchpunk" dan mereka melanjutkan perjalanan cerita mereka di muka bumi pada masa kehancuran peradaban manusia. Adegan awal film dimulai ketika sebuah boneka hidup tersadar di atas reruntuhan puing bangunan. Salah satu boneka "Stitchpunk" itu mempunyai nama singkat saja, 9. Tak lama kemudian, 9 bertemu dengan kaumnya dan sekelompok boneka itu lantas berjuang menemukan cara cara untuk bisa mengalahkan mesin mekanik. Salah satu jenis mesin mekanik itu adalah sebuah kelelawar berkaki robot yang sangat sangar.
9

Teman-teman seperjuangan 9 di antaranya 1 yang disuarakan Christopher Plummer, serta 2, seorang veteran perang (Martin Landau). Lalu ilmuwan penemu tua bernama 3 dan boneka kembar yang bisa berkomunikasi satu sama lain tanpa suara dengan panggilan 4.
Tokoh lain yang tampil adalah seorang insinyur dengan panggilan 5 (John C. Reilly) insinyur, 6 seorang kreatif yang sering tenggelam dalam dunianya sendiri serta 7 (Jennifer Connelly) pejuang yang tangguh. Memiliki visi ingin menciptakan tatanan dunia baru tanpa kehadiran mesin2 mekanik yang memonopoli dunia, semua boneka hidup itu bergerak di bawah komando 9 untuk memperjuangkan kelangsungan bumi. Pertama2 mereka harus mengumpulkan kembali dan membebaskan satu-satunya jiwa manusia yang selamat, yakni jiwa The Scientist. Namun, tugas tersebut, ternyata, tidak mudah karena sembilan stitchpunk itu terpisah-pisah. Mereka juga harus menghadapi mesin-mesin ciptaan Fabrication Machine.



Virtual kamera dari film ini diposisikan hanya sembilan inci dari dasar lantai, menunjukkan dunia dari perspektif karakter. Hal ini melebarkan pandangan yang membutuhkan lingkungan dan karakter dengan detil tinggi. Di Starz Animation Toronto, 125 perancang animasi mengembangkan detil yang luar biasa banyak untuk tiap adegan. Hal ini membutuhkan karakter kuat untuk mengkomunikasikan karakter bahas tubuh, animasi raut muka, dan kombinasi dari latar belakang 2D dan 3D. Starz Animation Toronto yang menggunakan Autodesk, Inc.’s (NASDAQ: ADSK) Autodesk Maya dan Autodesk Mudbox 3D software. Starz Animation Toronto mengembangkan detil yang luar biasa banyak untuk tiap adegan. Hal ini membutuhkan karakter kuat untuk mengkomunikasikan karakter bahas tubuh, animasi raut muka, dan kombinasi dari latar belakang 2D dan 3D. Adam berkata, “Semua perancang saat ini dapat bekerja dengan 2D dan 3D, dan Maya membantu untuk menjembatani dunia. Hal ini membantu untuk mengambil jalan pintas tanpa mengkompromasikan kualitas visual, dan kita pun akan mendapatkan tiap kesempatan untuk menampilkan hal hebat.”
Adam menambahkan, “Kami menggunakan Mudbox untuk pertama kalinya dalam produksi ‘9’, terutama untuk detil dasar. Software ini telah membuktikan kehebatannya dan kami sangat ingin memakainya untuk proyek mendatang. Maya telah menjadi tulang punggung untuk pipeline digital kami sejak Starz Animation Toronto membuka pintunya. Kami sangat kagum dengan kekuatannya,fleksibilitas, dukungan hebat dan komunitas besar dari para perancang.”
Dengan hasil kerja keras Shane Acker dan tim animasinya memang film ini tampil dalam visualisasi dan detil yang sangat mengagumkan. Animasi terlihat sangat halus dan begitu rapi sehingga Anda pasti akan berdecak kagum dengan teknologinya yang sangat beda dari Transformer atau Harry Potter sekalipun. Sound effect yang dihadirkan juga terhitung dahsyat begitu juga dengan karakter setiap boneka yang punya ciri khas masing2. Para pengisi suaranya juga bekerja maksimal untuk memberikan jiwa bagi setiap "Stitchpunk" dalam film ini.

Tetapi latar belakang kehancuran dunia dan kekuasaan mesin yang dihadirkan disini juga sebenarnya bukan barang baru lagi, udah sering banget film2 jenis fiksi ilmiah kaya' gini yang mengisahkan hal serupa. Salah satunya tentu yang baru aja beredar yaitu "Terminator Salvation." Narasi yang dihadirkan dalam "9" bisa dibilang juga kurang padat dan ending yang tidak mampu menawarkan greget lebih sehingga begitu mudah untuk dilupakan ketika meninggalkan gedung cineplex.

9

















Meskipun begitu, film ini tetap memberikan banyak pelajaran tentang sebuah perjuangan tanpa henti, solidaritas, kesetiakawanan dan banyak hal yang positif sehingga cocok ditonton oleh Anda bersama keluarga tercinta.
9




















Jenis Film :Animation

Duber :
Elijah Wood
John C. Reilly
Jennifer Connelly
Christopher Plummer
Crispin Glover
Martin Landau

Sutradara :
Shane Acker

Penulis :
Shane Acker
Pamela Pettler
Ben Gluck

Produser :Tim Burton, Timur Bekmambetov

Produksi :Focus Features

Homepage :http://www.filminfocus.com/focusfeatures/film/9
Galerry :
http://www.shareapic.net/content.php?gid=728917&owner=ixeman

Durasi :79

Siaga Film: Amphibious 3D

Demam pembuatan film layar lebar berformat 3D semakin menguasai perfilman dunia, terlihat dari kian banyaknya produser yang berlomba untuk menanamkan investasi mereka untuk memproduksi film2 3D ini. Di Amerika sendiri telah dirilis beberapa judul yang laris manis dipasaran dan akan disusul oleh judul2 baru berikutnya. Bagaimana dengan Asia? tentunya tidak akan ketinggalan. Produksi2 film di belahan bumi bagian timur ini juga siap menyerap apa yang menjadi fenomena tontonan yang sedang nge-trend ini. Indonesia juga saat ini sedang dalam proses pembuatan film 3D pertamanya, meskipun tetap dibantu dan didanai oleh pembuat2 film internasional. Dengan biaya sekitar 2 juta dolar AS, "Amphibious 3D" menjadi projek besar sineas lokal yang berkolaborasi dengan sineas internasional. Brian Yuzna, sutradara kelahiran Filipina yang menetap di Amerika Serikat sejak dekade ’60-an, menjadi komandan di lapangan. Yuzna juga sebelumnya dikenal sebagai pendiri rumah produksi yang bernama Komodo Pictures di Indonesia yang telah menghasilkan sebuah film antologi horor bertajuk "Takut".

"Amphibious 3D" sendiri adalah film dengan genre creature/action adventure yang mengambil lokasi di Jermal yang ada di lepas pantai dengan kemunculan seekor moster kalajengking raksasa. Film ini di buat dengan teknologi 3D dan CGI, dengan lokasi syuting di lakukan hampir 100% di Indonesia. Dengan mengambil cerita tentang seorang ahli biologi kelautan, yang mengadakan penelitian di perairan Sumatra dan ia harus berhadapan dengan sekelompok penyeludup yang hidup di Jermal. Film dengan percampuran budaya barat dan timur ini, di tampilkan dalam bentuk 3D movie, membuat adegan dalam film ini begitu hidup. Apalagi adegan-adegan perkelahian dengan monster, semua itu di lakukan dengan bantuan CGI. Film dengan output 3D bergenre creature feature pertama di Indonesia ini selain di bintangi oleh beberpa bintang lokal, seperti Verdi Solaiman, Monica Sayangbati dan M.Aditya, film ini juga di bintangi oleh aktor sekelas hollywood, Michale Pare dan artis dari Belanda Janna Fassert.

"Amphibious" bercerita mengenai seorang ahli biologi kelautan, Skylar Shane (Janna Fassaert) yang mengadakan penelitian di perairan Sumatra. Di sana, ia harus berjuang melawan sekelompok penyelundup yang malah membuatnya terdampar di sebuah jermal. Jermal sendiri merupakan tempat penjaringan ikan yang dibangun di atas tonggak-tonggak kayu di tengah lautan, ciri khas perairan Sumatera bagian utara.
Di sana, ia bertemu Tamal (Monica Sayangbati). Pertemuan dengan Tamal membangkitkan kembali memori di masa lalu karena mengingatkan pada anaknya yang hilang, Rebecca. Tamal dijual pamannya yang merupakan seorang dukun, untuk menjadi pembantu di Jermal. Sejak kehadiran Tamal, banyak hal mistis yang melingkupi hidup Skylar.
Bersama Tamal dan Jack Bowman (Michale Pare), pemilik kapal sewaan, Skylar berusaha menemukan jejak kehidupan makhluk laut yang sudah punah di perairan Sumatra. Di tengah perairan yang gelap dan jauh dari peradaban, teror yang sebenarnya sedang mengintip di bawah laut. Semua terancam, termasuk Skylar dan Tamal yang menjadi kunci segalanya.

Berikut adalah penjelasan singkat beberapa karakter dalam film ini:

Jack Bowman : Orang Amerika yang tinggal di Sumatera berumur sekitar 40 tahun-an. Pemilik kapal yang biasa disewakan untuk turis. Jack memiliki perjanjian dan masalah dengan kelompok penyelunduk di Jermal.

Skylar Shane : Seorang ahli biologi kelautan yang berasal dari Australia, berumur 33 tahun. Skylar kehilangan putrinya Rebbeca pada saat ia sedang melaksanakan sebuah penelitian beberapa tahun yang lalu. Saat ini Skylar tengah berada di perairan Sumatera dalam salah satu risetnya meneliti jejak-jejak kehidupan hewan laut yang sudah punah.

Tamal : Seorang anak berusia 13 tahun yang dijual oleh pamannya untuk bekerja di jermal. Tamal memiliki kemampuan supranatural yang mematikan.

Aris : Kakak laki-laki Tamal berusia 16 tahun yang berencana untuk melarikan diri dari jermal namun gagal.

Boss Harris : Pemimpin dari jermal di tengah laut. Tubuhnya besar dan senang bernyanyi, terkadang lucu dan sering meniru gerak-gerik Elvis Presley sambil bernyanyi.

Jimmy Kudrow : Seorang preman berusia 35 tahun yang terdampar di jermal, dia bertugas sebagai koki, dan dia selalu mabuk.

Bimo : Orang kepercayaan jack yang bertugas menjaga keamanan di perahu.

Andi : Pria bertato banyak yang bekerja untuk bos Harris sebagai mandor.

Big Rudi : Berumur 18 tahun dan suka menganggap dirinya adalah anak buah Bos Harris.

Rizal : Anak laki-laki berusia 16 tahun yang kemampuan bicaranya lebih cepat disbanding kemampuan berpikirnya.

Nanung : Anak laki-laki berusia 14 tahun, yang paling muda dari geng jermal dan selalu tertawa terhadap lelucon tidak lucu yang dilontarkan Rudi.

Salah satu keunggulan "Amphibious" adalah kemunculan seekor monster kalajengking raksasa bernama Sea Scorpions. Untuk membuatnya, kru bekerja selama dua tahun. Penampakan Sea Scorpions sendiri merupakan gabungan dari kalajengking, lobster, dan udang berukuran sembilan meter. Selain dibuat dengan teknologi 3D, film ini juga kental dengan kehadiran computer generated imagery paling mutakhir. Pengambilan gambar "Amphibious" dilakukan menggunakan redcam 3D yang mengikuti pergerakan mata. Teknik seperti yang dilakukan pada "My Bloody Valentine". Saat ini, ada sepuluh film animasi 3D bergenre creature feature yang sedang diproduksi di seluruh dunia, "Amphibious" salah satunya. Dengan demikian, "Amphibious" akan menjadi film animasi 3D dengan genre tersebut di Asia Tenggara. Karena untuk skala, Jepang sudah mendahului. Dalam film yang rencananya diluncurkan tahun depan ini, seluruh pemain menggunakan bahasa Inggris. Khusus untuk anak Jermal, bahasa Inggris yang digunakan berlogat Indonesia.

Siaga Film: Serigala Terakhir

Bulan November nanti, ada satu lagi film Indonesia baru yang akan mengusung tema laga yang cukup jarang dimunculkan oleh sineas negeri ini. Terakhir yang menggoncang perbioskopan tanah air adalah pertunjukan pencak silat Iko Uwais dalam “Merantau.” Judul film garapan sutradara cewek Upi Avianto ini adalah “Serigala Terakhir” dan ini merupakan film layar lebarnya yang ke lima setelah dulu sempat menghadirkan judul2 seperti “30 Hari Mencari Cinta”, “Realita, Cinta dan Rock'n Roll”, “Perempuan Punya Cerita” juga “Radit dan Jani”. Buat yang menggemari film yang memiliki banyak adegan pertarungan seru, film ini tampaknya layak untuk dinantikan karena dengar2 hampir 70% adegan dalam film ini merupakan adegan perkelahian yang membutuhkan keahlian khusus. Upi juga tidak segan2 menghadirkan langsung enam pria berotot untuk menjajal karakter2 utama dalam film ini. Mereka adalah Fathir Muchtar, Reza Pahlevi, Dallas Pratama, Dion Wiyoko, Ali Syakieb dan tentunya tidak ketinggalan aktor langganannya Vino G. Bastian. Mengambil tema tentang persahabatan, pengkhianatan dan balas dendam, dalam benak gue saat usai membaca synopsis dan melihat trailer “Serigala Terakhir” adalah ceritanya rada mirip (atau mungkin terinspirasi) oleh sebuah film produksi Korea Selatan berjudul “Fate”. Entah hanya faktor kebetulan saja namun melihat adegan2nya dalam trailer emang terasa banget setiap atmosfir yang ada dalam film “Fate” itu termasuk adegan para sahabat itu saat sedang bermain bola.

Berikut adalah sinopsis lengkap film ini beserta penjelasan singkat tentang para tokoh utamanya, seperti yang dilansir oleh official website “Serigala Terakhir”.

Disebuah pinggiran Jakarta dengan sekelompok remaja laki-laki tumbuh dan menjalin persahabatan yang kuat. Mereka adalah Ale [Fathir Muchtar], Jarot [Vino G. Bastian], Lukman [Dion Wiyoko], Sadat [Ali Syakieb], dan Jago [Dallas Pratama]. Ale adalah sosok yang paling menonjol diantara mereka. Jiwa pemimpinnya sangat kentara sekali. Sementara Jarot adalah sosok yang paling tidak banyak omong dan tertutup
Suatu peristiwa dalam sebuah pertandingan sepak bola yang berakhir dengan keributan. Pada saat itu Ale tampak terdesak karena lawannya menggunakan pisau. Mereka semua berusaha membantu Ale. Sampai akhirnya Jarotlah yang berhasil melumpuhkan lawan dan tanpa diduganya pisau itu tertancap ditubuh lawan, rubuh bersimbahkan darah, dan mati. Seketika semua diam dan kemudian kabur meninggalkan Jarot seorang diri yang berdiri terpana tidak percaya
Persahabatan yang sudah mereka jalin eratpun teruji. Jarot harus mengalami pengalaman pahit di penjara seorang diri. Tidak ada seorang sahabatpun yang memperdulikannya
Perasaan sakit hati dan terkhianati mengubah Jarot menjadi lelaki yang keras. Keputusannya setelah keluar dari penjara untuk bergabung di kelompok Naga Hitam membuatnya jadi berseberangan dengan kelompok Ale. Karena kelompok Naga Hitam adalah musuh besar kelompok Ale.
Intrik demi intrik pun semakin rumit. Terlebih lagi ketika Jarot menjalin cinta lamanya kembali secara diam-diam dengan Aisya [Fanny Fabriana], adik Ale. Keputusan Jarot ini dianggap membahayakan bagi kedua kelompok yang berseteru

Vino G.Bastian (Jarot)
Ugal-ugalan, bengal, nekat, dan pemberani. Dibalik itu ia sangat menghormati Ale sahabatnya baginya Ale adalah panutan setia pada kelompok dan menjaga persahabatan mereka. Namun karena masa-masa pahit yang Jarot lewati di penjara dan karena banyak menyimpan luka di hatinya ia menjadi sulit terbuka pada orang, dia pun berubah menjadi sosok yang keras. Menjadi orang yang berdiri di persimpangan dan bingung dalam mengambil sikap khususnya yang berhubungan dengan sahabat-sahabat di masa lalunya.

Fathir Muchtar (Ale)
Mempunyai jiwa pemimpin yang tinggi dan sangat dihormati oleh sahabat-sabatnya emosional dan sangat ekspresif. Dalam persahabatan Jarot adalah sahabat yang paling diperhatikannya. Berperan sebagai kepala keluarga pengganti almarhum Ayahnya. Hingga sangat protektif pada ibu, adik perempuan dan adik laki-lakinya.

Reza Pahlevi (Fatir)
Pemuda bisu baik hati dan lugu. Sikapnya tertutup penyendiri dan tidak percaya diri. Fatir juga sangat mencintai dan menjaga neneknya. Ia sangat mengagumi dan menghormati Jarot, karena cuma Jarot satu-satunya orang yang tidak pernah menghina dan memandang kecil dirinya. Masa lalunya yang pahit dan penuh penghinaan membuat Fatir tumbuh menjadi sosok yang dingin

Dallas Pratama (Jago)
Sosok yang sok jagoan dan cukup temperamental, sikapnya tengil dan meremehkan orang lain. Nekat dan tidak peduli, jadi tidak pikir panjang dalam bertindak. Namun dibalik itu semua ia tetap setia pada kelompoknya.

Dion Wiyoko (Lukman)
Meskipun senang berkelahi, sosoknya paling tenang dan tidak meledak-ledak lebih bisa menjaga emosinya. Tetapi sifat tenangnya bisa berubah meledak ketika menyangkut keluarga, khususnya pada adik laki-lakinya hal itu karena sikapnya yang sangat protektif.

Ali Syakieb (Sadat)
Setia pada kelompoknya, meskipun tukang bikin onar tetapi kocak dan penggembira. Karakternya yang paling easy going, terkadang terlihat lugu dan bodoh sehingga Sadat pun selalu menjadi bulan-bulanan sahabat-sahabatnya.

Yang cukup spesial hadir dari soundtrack film ini yang digarap oleh grup band rock legendaris God Bless. Sebelumnya, mereka terakhir menggarap soundtrack film Duo Kribo pada era 1970-an. Band yang beranggota Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (vokal), Abadi Soesman (keyboard), Donny Fatah (bas), dan Yaya Moektio (drum) itu membuatkan satu lagu baru. Sisanya lagu lama yang di aransemen lagi. "Mungkin nanti menggunakan orkestra. Judulnya masih kami rahasiakan," ujar Ahmad saat jumpa pers menjelang syuting film "Serigala Terakhir" di kawasan SCBD. Untuk film “Serigala Terakhir”, God Bless memberikan lagu yang ekspresif. Syairnya tegar dan keras, sesuai dengan filmnya.

District 9: Fiksi Ilmiah Brilian yang Ditunggu tunggu

Film “District 9” bisa dibilang sebagai salah satu terobosan terbaik Hollywood tahun ini. Mempesona banyak kalangan pers saat ditayangkan perdana di ajang promosi Comic Con San Diego, film fiksi ilmiah yang diproduseri oleh Peter Jackson ini langsung menjadi buah bibir hingga masa edarnya Agustus – September kemarin. Dengan biaya produksi yang bisa dibilang cukup irit di industri perfilman sana yaitu US$30 juta saja, film ini berhasil melampaui apa yang telah ditawarkan oleh film2 lain berbujet super super wow (salah satu contoh adalah “Transformers 2” dengan bujet US$200 juta tapi tampil sangat tidak memuaskan).

Cerita yang digulirkan “District 9” berpusat pada seorang tokoh agen MNU (Multi-National United) yang ditugaskan untuk memimpin operasi pengumpulan persetujuan para alien (Non Humans alias “Prawns”) untuk dipindahkan dari pusat kota di Afrika Selatan ke daerah pinggiran. Ketegangan dimulai saat tokoh utama ini justru terinfeksi bioteknologi alien dan menjadikannya buruan utama MNU. Mau tidak mau, dia harus menyelamatkan diri ke tempat bertahan para alien tadi yaitu District 9. Karya film panjang perdana sineas asal Afrika Selatan, Neil Blomkamp ini benar2 kreatif dalam menyajikan sebuah topik yang jarang diperhatikan pembuat cerita lain. Dan mungkin hal inilah yang membuat sineas sebeken dan setenar Peter Jackson begitu kukuh untuk memproduksi film ini. Topik yang ingin menempatkan para makhluk asing alias Alien pada posisi derajat dan keadaan yang sama dengan umat manusia disini memang benar2 mumpuni.


Para alien dalam film ini tidak dikreasikan Blomkamp untuk tampil lebih pintar ataupun lebih bodoh. Selain wujud fisiknya yang memang sangat jauh berbeda, sifat dan nurani mereka benar2 mirip manusia. Mereka bisa sedih, frustasi, despresi, dan merana karena terdampar di tempat yang sangat jauh dari habitat asli mereka. Kenyataan yang mengharuskan mereka hidup layaknya budak di perkampungan kumuh, dalam lingkungan yang tidak layak dan sarat kriminalitas tampak sangat mirip dengan keadaan kaum penduduk asli Afrika dimasa2 berlakunya sistem apartheid.

Dihadirkan dengan muatan politis yang sangat kental di babak2 awal, “District 9” juga dibawakan dengan gaya mockumentary (dokumenter fiktif) yang cukup intens di 1 jam pertama. Babak ini memperkenalkan kita dengan kawasan Afrika Selatan itu paska kehadiran sebuah pesawat alien di tahun 1990 yang dimana akhirnya manusia mendirikan sebuah badan bernama MNU yang menawarkan diri untuk menjadi sukarelawan dalam penggusuran wilayah tinggal para alien terdampar di District 9. Style ala documenter itu yang justru menjadikan cerita dalam film ini berasa nyata dan penonton pun seolah2 menonton tayangan berita di televisi yang sedang menyiarkan sebuah kejadian non fiktif. Mood ini kemudian dibawa untuk mencerna berbagai adegan aksi spektakuler yang mengisi babak2 pertengahan dan akhir film ini, yang tentunya menjadikan semuanya lebih seru dan menegangkan.


Sang tokoh sentral yang diperankan dengan sangat natural oleh bintang baru bernama Sharlto Copley juga menjadi faktor unggul film ini. Perkembangan karakternya disajikan dengan sangat baik, mulai saat dirinya menjadi salah satu manusia yang membenci dan mengganggap rendah para alien, kemudian terinfeksi dan mengharuskannya mengungsikan diri ke habitat alien. Sang agen MNU ini merasa bingung dengan apa yang harus dilakukannya dan siapa yang sebenarnya harus dipercaya. Kenyataan bila dirinya telah terinfeksi dan pelan2 mulai menjadi individu alien itu akhirnya membuatnya bisa merasakan apa yang sebenarnya dirasakan para alien terbuang ini. Dan kenyatan yang menimpa dirinya itu justru dianggap tragis oleh orang2 yang diwawancara dalam babak dokumenter film ini. Mereka selalu menyebutkan seorang agen MNU yang seolah2 mengalami sesuatu yang sangat mengenaskan. Karena itu, semakin jauh kita mengikuti jalan ceritanya maka akan dibuat semakin penasaran kita pada apa yang akan terjadi pada tokoh utama kita ini.


Akhirnya, ending yang disajikan oleh Blomkamp juga terasa sangat pas dengan apa yang telah dibeberkan sejak adegan awal. No happy ending for sure tetapi kita bisa menarik beberapa hal sebagai pembelajaran dan menyadari sebuah kesimpulan baru tentang keberadaan para Alien. So, “District 9” memang sebuah tontonan yang sangat segar ditengah gempuran film2 lainnya yang memang hanya mengandalkan kecanggihan spesial efek belaka. Film satu ini justru membuktikan bila sisi penceritaan, tema dan detil desain juga adalah hal yang sangat penting. Meskipun begitu, kita juga tidak bakal dikecewakan oleh divisi spesial efek film ini karena ternyata dengan bujet minim tadi, efek yang dihadirkan ternyata tidak kalah rapi dan mengagumkan dibandingkan film2 fiksi ilmiah yang telah hadir di tahun 2009 ini.

Nilai: 8,5/10 (Memuaskan!)

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme