Siaga Film: The Twilight Saga New Moon

Melanjutkan kemunculannya yang disambut dengan sangat gembira oleh fansnya diseluruh dunia tahun lalu, dengan tidak menunggu berlama2, tahun ini novel kedua di seri “Twilight”, “New Moon”, telah siap digelar untuk memuaskan penggemar2 beratnya. Kesuksesan “Twilight” layar lebar episode perdana memang sebuah kejutan yang tidak diduga2 oleh distributor sekaligus produsernya sekalipun yaitu Summit Entertainment. Berhasil mengumpulkan dollar sebanyak 365 juta dari peredarannya diseluruh dunia, film tersebut benar2 mengangkat nama sekaligus mempertebal kocek perusahaan film indie tersebut. Bagaimana dengan “New Moon” sendiri? Antusiasme penonton sendiri apalagi dari kalangan gadis remaja terlihat masih sangat besar dalam menyambut film sekuel ini dimana bisa diperkirakan kalau “New Moon” juga bakalan menangguk keuntungan yang tidak beda jauh bahkan lebih dari episode perdananya. Sesuai dengan novel kedua karangan Stephanie Meyer itu, film ini akan melanjutkan cerita yang semakin memperjelas perseteruan antara manusia2 serigala pribumi Amerika dan vampir2 berusia ratusan tahun, dan tentunya yang ga’ aneh lagi dari seri “Twilight” ini adalah dua kubu berlawanan itu akan terlibat cinta segitiga dengan sang tokoh utama wanita yaitu Bella.


Melanjutkan film sebelumnya, cerita "New Moon" dimulai ketika Issabella Swan alias Bella berulangtahun ke 18. Alice dan Edward Cullen mengadakan pesta kejutan ulang tahun untuk Bella di rumah keluarga Cullen. Saat membuka hadiah, tangan Bella tergores potongan kertas dan berdarah. Darah itu akhirnya memancing Jasper, vampir yang belum bisa menahan nafsu memangsanya. Edward yang tau Jasper bernafsu dengan darah lantas melempar bella kesamping dan menahan keganasan Jasper. Kejadian ini ternyata membuat Edward Cullen cemas dan memutuskan untuk meninggalkan Bella selamanya dan pergi meninggalkan Forks, Washington bersama keluarganya. Bella yang teramat tertekan akhirnya merasa sedikit nyaman dengan kehadiran Jacob Black. Namun akhirnya kenyataan terbuka, Jacob adalah Werewolf, satu-satunya makhluk sejenis serigala yang mampu mengalahkan Vampire.
Cobaan kembali datang saat Victoria, kekasih James (vampire jahat yang telah dibunuh keluarga Cullens) datang kembali untuk menuntut balas atas kematian james dengan memburu bella. Bella yang merasa tertekan akhirnya mencoba bunuh diri terjun dari tebing. Kenyataan ini ternyata terbaca oleh Alice yang bisa melihat masa depan. Edward yang mengira bella udah tewas akhirnya malah datang ke keluarga Volturi di Itali, bangsawan vampire yang bisa membunuh sesama vampire dengan mudah. Tetapi Bella dan Alice akhirnya bisa mencegah Edward. Sampai di Forks, Bella meminta diri untuk jadi bagian dari keluarga Cullen yang setelah terjadi pro dan kontra, dr carlisle akhirnya setuju bella jadi vampire apabila sudah menyelesaikan pendidikannya.
Sayangnya, Edward ga’ bisa nunggu terlalu lama. Edward lantas berkata jika Bella mau menikahinya, dia sendiri yang akan merubah Bella menjadi vampire. Bella akhirnya dilema. Disatu sisi dia senang, disisi lain dirinya bingung beralasan pada orang tuanya yang menginginkan Bella menikah di umur 30 tahun dan bukan 18 tahun seperti umurnya saat ini..


Seperti dikutip dari beberapa wawancaranya dengan media, Kristen Stewart menyebutkan kalau adegan-adegan pada film drama vampir ini akan lebih seru, tragis dan menegangkan. Aktris berusia 18 tahun yang memerankan karakter Bella itu akan lebih dewasa. Adegan film lebih difokuskan pada upaya Bella untuk menemukan kembali sang kekasih yang hilang, Edward Cullen.
"Ada banyak perbedaan dalam film ini," kata aktris yang juga pernah main dalam film "Into the Wild" itu. "Dia (Bella -Red) kehilangan Cullen. Ini akan menjadi konsep karakter yang berbeda untuk saya perankan mengingat karakter Bella pada sekuel sebelumnya berfokus pada bagaimana seorang perempuan biasa menerima seorang lelaki vampir yang dikaguminya dan menjadi kekasihnya. Sekarang, aku harus berjuang untuk menemukan apa yang pernah ada dalam hidup saya," kata Stewart.

Pada film itu juga digambarkan, bagaimana efek dan gejolak yang terjadi kemudian dengan Bella setelah ia kehilangan Cullen. "Dia akan tumbuh dewasa, sedikit pendiam. Dia juga tertekan. Dan, mengalami determinasi yang kuat atas apa yang ia alami. Bila ada orang yang berada pada situasi itu, akan banyak kemungkinan yang dilakukannya," jelas Stewart.
Untuk sekuel "Twilight" kedua ini, Kristen Stewart juga harus mengakui kalau perannya lebih sulit dibanding perannya pada sekuel pertama. "Sangat berbeda dengan peran yang pertama. Pra produksinya juga demikian. Saya tidak harus melakukan sesuatu yang mengharuskanku untuk memerankan karakter Bella sedemikian rupa; semua sudah ada dalam skenario, tinggal mengikuti alurnya saja. Yang jelas, bedanya, pada sekuel ini, ada unsur kontiniuasi. Bagaimana aku harus melanjutkan peranku yang sebelumnya," katanya.

Kisah heroik romantic "Twilight: New Moon" ini disutradarai oleh Chris Weitz yang pernah menggarap film "The Golden Compass" yang kurang mendapat sambutan antusias penonton Amerika. Chris berharap kesuksesan akan diraihnya dari sekuel kedua Twilight ini seperti layaknya Catherine Hardwicke penggarap film sebelumnya. Disini ia juga dibantu oleh penulis skenario Melissa Rosenberg yang juga menulis skrip untuk film sebelumnya. Sekuel kedua ini memang lebih berpusat pada konflik personal Bella, yang kemudian diikuti dengan kemunculan Edward Cullen secara tiba-tiba. Selain Kristen Stewart, karakter Robert Pattinson dan Taylor Lautner juga akan banyak ambil andil dalam sekuel ini. Bagi yang sudah tidak sabar untuk menyaksikan film ini rencananya “The Twilight Saga: New Moon” akan beredar di Indonesia berbarengan dengan jadwal tayangnya di Negara asalnya sana yaitu bulan November ini.


GI Joe The Rise of Cobra: Film Ringan yang Menghibur

Gue harus mengakui kalau gue bukanlah salah satu penggemar berat G.I. Joe pada masa kanak2 dulu, karena mungkin adanya produk mainan keluaran Hasbro lainnya yang lebih menarik dibandingkan kumpulan boneka militer itu yakni para robot Transformers. Serial kartun dan komiknya juga kurang begitu melekat kuat di kenangan gue. Tetapi, meskipun gue ga terlalu memfavoritkan G.I Joe seperti layaknya Transformers, gue harus mengakui juga bila ternyata dari dua film adaptasi mainan Hasbro yang dirilis tahun ini itu, “G.I Joe: The Rise of Cobra” ternyata mampu tampil lebih baik dan menghibur dibandingkan “Transformers: Revenge of the Fallen” yang terlalu over dalam segala hal dan berujung menjadi membosankan dan bikin ‘cape.. deh…!’ itu.

Stephen Sommers, sutradara yang telah beberapa kali mengecap kesuksesan lewat genre aksi petualangan di dua film pertama “The Mummy” dan “Van Helsing”, tampaknya tau apa yang harus dia kerjakan buat menghidupkan kembali franchise satu ini dan itu terbukti disini. Lupakan aja cerita yang emang hanya digunakan sebagai jembatan untuk menghubungkan berbagai aksi mendebarkan di film ini, karena di adegan2 aksi itulah tepatnya letak kekuatan seorang Stephen Sommers. Ditambah sedikit bumbu humor, sudut pengambilan gambar yang ciamik dan wanita2 seksi dengan balutan kostum ketat, jadilah G.I Joe versi layar lebar sebagai santapan yang nikmat untuk menghilangkan rasa stress.

Sommers beserta tim perancang cerita dan kostum tampaknya juga cukup pintar dengan memodifikasi tampilan para Joe dan koleksi gadget mereka hingga sesuai dengan zaman millennium ini. Pameran peralatan, senjata dan transportasi canggih adalah hal lainnya yang sangat menghibur dari film ini. Sang sutradara juga cukup berhasil mengelola kehadiran banyaknya karakter yang sudah terkenal di versi mainan dan komiknya, hampir menyamai apa yang telah dikerjakan oleh Bryan singer pada film “X-Men”, hanya tentunya tidak disertai materi yang sama cerdasnya. Segala hal yang digambarkan pada penceritaan “The Rise of Cobra” ini benar2 simpel dan mendasar, dengan hitam adalah hitam dan putih adalah putih. Plotnya tidak memaksakan diri untuk mencoba menjelaskan sejarah setiap karakter disini, hanya di beberapa adegan flashback yang memang benar2 dibutuhkan saja. Gue yakin pastinya nanti bakalan ada beberapa film lanjutan yang akan membahas lebih lengkap lagi tentang para Joe dan musuh2 bebuyutannya.





Sementara itu khusus untuk film perdana ini, seperti apa yang disemat pada sub judulnya, memang para tokoh antagonis ‘Cobra’ yang lebih menjadi bintang. Para Joe keliatannya selalu ketinggalan satu langkah di belakang para Cobra dari sejak awal film bahkan hingga akhirnya. Pertunjukan laga disini juga mencakup wilayah darat, air, dan udara yang mewakili luasnya lingkup operasi militer dimana para Joe harus mengungkap dan menghabisi konspirasi kejahatan dibalik perdagangan senjata dan teknologi nano yang terkesan lumayan familiar. (pada kenyataannya memang sudah sempat dipergunakan pada satu film fiksi ilmiah lainnya.)

Intinya, film “G.I. Joe” ini memang ternyata lebih baik dari apa yang diharapkan sebelumnya, sebagai sebuah film murni hiburan yang mungkin tidak boleh dilewatkan begitu saja. Film ini mampu menghadirkan kembali sebuah sajian film aksi popcorn dengan adegan2 laga yang memikat, spesial efek yang canggih, penampilan yang cukup memikat dari para bintangnya, dan plot yang singkat padat jelas dan tidak bertele-tele. (By: Sob)

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme