Siaga Film: Harry Potter and the Half Blood Prince

Bagi penggemar Harry Potter dan juga film2 fantasi dan penyihir tentunya tidak sabar lagi menantikan petualangan ke enam penyihir muda Hogwarts ini lewat film layar lebarnya “Harry Potter and the Half Blood Prince.” Tadinya kan film ini direncanakan beredar pada tahun 2008 kemarin. Akan tetapi, karena suatu hal, distributornya Warner Bros. mengumumkan secara resmi bahwa masa penayangannya di undur menjadi tanggal 17 Juli 2009 ini. Banyak yang kecewa dan protes, tapi keputusan pihak studio ini sudah tidak bisa diganggu gugat lagi dan tampaknya kekecewaan para penggemar HP sudah mulai bisa teredam karena masa tunggu untuk film ini tinggal sekitar 3 bulan lagi dari sekarang. Bagi yang nonton nanti siap2 aja melihat perbedaan yang paling menonjol di film keenam ini yang terlihat dari perubahan fisik yang semakin terlihat dari masing-masing pemeran utama seperti Daniel Radcliffe, Rupert Grint dan Emma Watson. Ketika menjalani syuting, Radcliffe sudah berusia 19 tahun, Watson 18 tahun, dan Grint 20 tahun, tentunya agak lebih tua dari tokoh sebenarnya di versi novel. Ketiganya sudah membintangi seluruh enam sekuel Harry Potter yang beredar sejak tahun 2001 lalu. Sesuai dengan versi bacaannya, film ini akan mengisahkan masa lalu Lord Voldemort dan persiapan Harry Potter untuk pertarungan terakhir, dan dibumbui dengan berkembangnya hubungan romantis di antara karakter-karakternya. Dalam 24 jam, buku “Half Blood Prince” terjual 6,9 juta buku di Amerika Serikat saja, atau 287.564 buku per jam, dan menjadikannya buku tercepat yang terjual sepanjang sejarah. Edisi bahasa Indonesia terjual sebanyak 53 ribu buku pada saat peluncurannya. Bagaimana dengan versi filmnya? Apakah mampu melebihi kesuksesan lima film sebelumnya?
Memasuki tahun ke-enamnya di Hogwarts, Harry Potter (Daniel Radcliffe) menyadari bahwa ancaman Lord Voldemort belumlah usai. Walaupun keadaan cukup tenang, namun Harry yakin bahwa musuh besarnya ini sedang merencanakan sesuatu. Harry bahkan yakin bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi di dalam Hogwarts. Bersama gurunya, Dumbledore (Michael Gambon) dan Professor Horace Slughorn (Jim Broadbent), Harry mempersiapkan diri untuk menghadapi pertarungan terakhir dengan Voldemort.Di saat yang sama, Harry menemukan sebuah buku ramuan sihir milik seseorang bernama Half-Blood Prince. Dari buku ini, Harry kemudian mempelajari banyak ramuan sihir yang berguna bahkan cenderung membahayakan. Di sisi lain, Harry kemudian terlibat cinta segitiga antara dirinya, Ginny Weasley (Bonnie Wright) dan Dean Thomas (Alfie Enoch). Bagaimanakah mereka menanggulangi bahaya yang kian mengancam ketentraman Hogwarts ini?
Penyutradaraan film ini tetap dipegang oleh David Yates yang menggarap film kelima yaitu “Order of the Pheonix,” tadinya kerjaan ini coba ditawarkan kepada sutradara asal Mexico Guillermo del Toro yang dikenal dengan kepiawaiannya menghadirkan efek visual dan bahasa gambar yang menakjubkan. Tapi karena lebih memilih menyelesaian proyek “Hellboy II” nya, del Toro menolak tawaran ini. Menurut kabarnya juga, film ini akan berisi adegan baru yang sebelumnya tidak ada di buku. David Barron, salah satu produser film drama fantasi ini mengatakan bahwa membuat adegan baru yang tidak ada dibuku merupakan hal yang sangat jarang dilakukan pada film-film Harry Potter lainnya. “Kami tidak sering menciptakan adegan yang tidak ada dibuku”, jelas Barron saat diwawancara. “Tetapi ini kami lakukan karena Jo (Rowling) kadang kala sulit menuliskan situasi yang sebenarnya”. Produser kemudian membuka rahasia jika adegan tambahan tersebut berlokasi di rumah Ron, bawah tanah, akan disertakan ditengah-tengah film hanya untuk menambah rasa tegang dan situasi tidak nyaman, “Jadi adegan ini akan muncul dipertengahan film dan hanya untuk mengingatkan kita bahwa di dunia ini tidak ada lagi tempat yang aman. Bahkan di tempat bawah tanah yang dianggap aman sekalipun, tidak ada yang aman. Saya pikir kamu akan menyukainya, cukup efektif.”
Jajaran bintang pemerannya juga masih tetap sama dengan film sebelumnya, hanya ada beberapa tambahan pemeran baru yang mengisi karakter yang baru muncul di episode ini. Yang cukup menarik adalah pemeran Vodemort muda yaitu Hero Fiennes-Tiffin, Hero memerankan Voldermort pada saat berumur 11 tahun yang masih menyandang nama Tom Riddle. Sedangkan Hero sendiri sebenarnya adalah keponakannya pemeran Lord Voldemort sendiri yaitu Ralph Fiennes.

So, tunggu aja tanggal edar filmnya di Cineplex 21 Indonesia yang diperkirakan bakal beredar bersamaan dengan jadwal tayangnya di Amrik sana yaitu 17 Juli 2009. (JC)


GALERI LENGKAP FOTO HARRY POTTER DISINI

Race to Witch Mountain: Kembalinya The Rock Di Ladang Disney

“The Rock” is back! He’s back with “Race to Witch Mountain.” Tapi jangan langsung berpikir kalo ini adalah film aksi jor-joran yang penuh adegan balapan dan baku tembak seru seperti "Fast & Furious." Karena imej Rock atau Dwayne Johnson yang adalah mantan pegulat WWE ini mungkin langsung meng-idektikkannya dengan film action, tapi akhir2 ini sang aktor tampak kian terjebak dalam peran2 komedi dibandingkan aksi2nya di awal karir lewat film “The Mummy Returns” atau “The Scorpion King.” “Race to Witch Mountain” sendiri adalah film selanjutnya dari The Rock setelah tampil dalam film spy ngocol “Get Smart,” dan ini adalah produksi Disney yang tentunya lebih membidik pasaran anak2 dan remaja. So, jangan harapkan tampilan garang si pegulat seperti layaknya dia dulu di arena wrestling. Memang masih ada sih aksi kejar2an, tembak dan ledakan karena film ini adalah sebuah petualangan fiksi ilmiah namun tentunya semua itu tidak dibuat berlebihan dan berdarah2 karena harus tetap aman untuk ditonton oleh semua anggota keluarga. Kerjasama The Rock dan Disney juga bukan hal yang baru karena sebelumnya dia juga pernah bermain dalam satu produksi yang berjudul “The Game Plan,” tampaknya fisik kekar aktor ini lebih bermanfaat bagi film2 keluarga yah daripada film2 aksi yang justru sekarang didominasi oleh aktor2 berperawakan sporty.
Mendampingi sang aktor gempal disini adalah dua bintang remaja, Anna Sophia Robb dan Alexander Ludwig. Robb dulu sering tampil dalam beberapa film seperti “Charlie & The Chocolate Factory,” “Bridge To Terabithia” dan horror “The Reaping.” Sementara Ludwig dulu sempat tampil dalam film adaptasi novel anak2 gagal berjudul “The Seeker.”

Didalam film ini, The Rock berperan sebagai supir taxi bernama Jack Bruno yang tugasnya adalah mengantar penumpang yang akan menuju Planet Hollywood Casino and Hotel di Las Vegas. Satu dari para penumpangnya itu adalah Dr. Alex Friedman (Carla Gugino – "Watchmen"), peneliti gagal yang ternyata mengemukakan kebenaran dalam teorinya tentang UFO dan kehidupan di luar angkasa. Pada suatu hari Bruno didatangi oleh dua pria tak dikenal yang memaksanya untuk bertemu dengan seseorang bernama Wolff. Menolak untuk ikut, Bruno melawan kedua orang ini kemudian pergi dengan taxi-nya yang tanpa disadarinya telah disusup oleh dua penumpang gelap. Mereka adalah dua remaja bernama Sara (Robb) dan Seth (Ludwig) yang meminta tolong Bruno untuk diantarkan kesebuah tempat dengan imbalan semua uang yang mereka bawa. Diarahkan oleh dua anak ini, Bruno menuju sebuah rumah yang sangat terpencil letaknya. Sementara itu, Mayor Henry Burke (Ciaran Hinds) sedang mencari informasi keberadaan dua alien yang mendarat di bumi beberapa hari sebelumnya.
Di tempat terpencil tersebut, Bruno menyaksikan hal2 dan kejadian aneh yang melibatkan dua remaja ini yang ternyata memiliki kekuatan supernatural. Rasa penasaran membuat Bruno terlibat dalam petualangan dua remaja yang bukan saja menjadi incaran para agen pemerintah yang ingin menjadikan mereka sebagai objek eksperimen, tapi juga berbagai makhluk aneh dari planet asing.
Si peneliti gagal Dr. Friedman juga akhirnya akan bergabung dengan trio ini dalam petualangan yang tak dapat ia lukiskan, saat mereka mempunyai kesempatan untuk mengungkap rahasia Pegunungan Penyihir (Witch Mountain) di tengah gurun pasir Nevada yang memiliki fenomena dan pemandangan misterius itu.

Sebenarnya Ide film ini berasal dari sebuah novel klasik berjudul “Escape to Witch Mountain” edaran tahun 1968 yang kemudian pertama kali diadaptasi Disney dalam film berjudul sama yang beredar pada tahun 1975, jadi bisa dibilang film baru ini adalah sebuah film remake. Studio yang terkenal dengan film animasi dan keluarganya ini memang terlihat semakin kehabisan ide cerita dengan seringnya mereka mendaur ulang film2 uzur mereka dan juga mengadaptasi wahana permainan yang ada di Disneyland untuk menjadi sebuah karya layar lebar baru.
Walaupun mendapat respon yang beragam dari para kritikus film, “Race to Witch Mountain” berhasil menduduki puncak Box Office di Amerika akhir minggu kemarin dan menjadi film produksi Disney perdana yang meraih posisi nomor satu di tahun 2009 ini. Semakin keliatan kalo para penonton juga lebih memilih The Rock untuk sering tampil di film2 berorientasi komedi dan keluarga. So, good luck dude with your new image!! (JC)

Dragonball Evolution: Petualangan Goku Versi Hollywood Yang Nanggung

Siapa yang ngga kenal dengan “Dragonball,” anime yang sangat sukses dari Jepang ini telah bertahun2 menjadi salah satu program acara tetap di sebuah stasiun TV swasta lokal. Popularitas komik dan game-nya juga semakin memperkuat brand-nya di benak setiap generasi dari awal serial ini dikenalkan hingga sekarang. Nah, sekarang industri perfilman Hollywood coba kembali cari untung dengan mengadaptasi cerita “Dragonball” ini dalam bentuk film layar lebar. Bagaimana hasilnya? Sebenarnya filmnya baru beredar di Amerika pada bulan April depan, tapi di beberapa negara Asia termasuk negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, film ini sudah tayang dari tanggal 12 Maret kemarin. Mungkin dalam beberapa minggu ini juga akan segera menghiasi perbioskopan tanah air juga.
Dari tanggapan orang2 yang telah menonton film ini sendiri banyak yang mengatakan film ini tidak begitu bagus dan biasa saja. Benarkah seperti itu? Sebenarnya kalo dibilang jelek, “Dragonball Evolution” juga tidak jelek2 amat tapi tidak bisa dibilang bagus juga, jadi, yah film ini memang terkesan biasa aja dan ga terlalu istimewa. So, jangan menonton film ini dengan harapan yang terlalu besar atau menginginkan film ini bisa melebihi versi anime atau manga-nya. Walaupun katanya film ini dibuat berdasarkan versi manga-nya, namun ceritanya tidak begitu sama persis. Hanya beberapa bagian saja yang sama namun bagian lainnya sangat sangat berbeda dengan versi yang telah begitu familiar di ingatan kita itu.

Sepanjang durasi yang hanya 86 menit itu diceritakan Goku (diperankan aktor bule Justin Chatwin yang dulu pernah berperan jadi anaknya Tom Cruise di “War of the Worlds”) awalnya adalah seorang murid sekolahan biasa yang tinggal bersama kakeknya Gohan, tapi hubungan mereka dan perkembangan karakter Goku disini malah lebih mengingatkan kita pada film kartun “Kung Fu Panda” daripada “Dragonball” sendiri, kalo boleh jujur. Di sekolah Goku menyimpan perasaan khusus pada siswi tenar yang bernama Chi Chi (Jamie Chung). Kemudian diceritakanlah takdir Goku untuk menjadi penyelamat dunia dari sang penjahat besar bernama Lord Piccolo (diperankan James Marsters yang karakternya disini kalo gue bilang adalah salah satu tokoh penjahat terjelek dan ternorak dalam sejarah perfilman!) dibantu oleh Mai (Eriko Tamura) yang berusaha mengumpulkan tujuh buah Dragonball untuk membuktikan sebuah mitos legendaris. Tentunya dalam petualangannya ini Goku bakal juga dibantu oleh karakter2 terkenal lainnya dari anime ini seperti Bulma (Emmy Rossum), mersenaris Yum Cha (Joon Park) dan tentunya si master ganjen, Master Roshi (diperankan oleh salah satu aktor terkenal Asia Chow Yun-Fat). Ada beberapa hal yang sama sekali ga realistik kalo dipandang dari sudut dunia anime “Dragonball” dan terkesan dibuat2. Btw, Justin Chatwin mau ga mau bisa dibilang pilihan yang cukup cocok sebagai Goku-nya Hollywood meskipun kalo gue pikir peran Gokunya disini ga 100% Goku asli, tapi tampak ditambahkan dengan karakter2 lainnya biar lebih terkesan bule mungkin.

Visual efeknya tampil cukup lumayan terutama penggambaran gelombang energinya, tapi pada penampakan bentuk naganya sendiri, gue pikir seharusnya mereka bisa bikin yang lebih baik daripada ini. Penampilannya sama sekali ga bisa sekeren versi komiknya. Lalu, gimana dengan humor yang memang adalah salah satu unsur dari serial ini? Ada sih beberapa humor disini tapi juga ga terlalu penting dan lucu2 amat. Yang cukup menarik disini adalah motivasi yang dibagikan lewat beberapa adegan2 yang motivatif.
Kembali lagi pada ceritanya yang digarap dengan kurang begitu cermat tadi, jadi kesannya disini adalah plot yang standar2 aja (mungkin masih lebih baik plotnya “Kung Fu Panda”). Beberapa adegan juga tampil kurang original, mengingatkan kita pada beberapa film bertema sama lainnya. Adegan aksinya juga tidak begitu banyak bagi anda yang mengharapkan bakalan banyak adegan aksi luar biasa disini. Endingnya sendiri terkesan agak terburu2 dan sangat gampang tertebak.

Terdapat beberapa adegan yang memberikan clue kalo mungkin aja film ini akan dibuat lanjutan alias sequel-nya. Jamie Chung yang memerankan tokoh Chi Chi juga telah mengkonfirmasikan hal ini pada wawancaranya dengan MTV. Aktris keturunan Asia yang sebelumnya sering tampil dalam serial televisi ini sangat mengharapkan kalo sequel itu benar2 akan direalisasikan. Tapi tunggu dulu, bagaimana hasilnya dulu dengan film perdana ini? Apakah sudah pasti sukses besar pada saat diedarkan nanti di Amerika sana, kalo di Asia sendiri terutama di Jepang, film ini sedang menduduki peringkat tertinggi di Box Office sejak dirilis minggu kemarin, mungkin karena Jepang adalah negara asal serial ini yah. Bagaimana dengan Indonesia? Berapa banyak penggemar Goku, Master Roshi atau Lord Piccolo mungkin yang akan membayar tiket buat nonton aksi mereka di bioskop?

Nilai: 5/10 (Just an average manga adaptation like always!)


Wakil Rakyat, nonton dulu baru nyontreng

poster_wakil _rakyat_buayafilm
09 April 2009 adalah tanggal yang penting bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai hak pilih, memilih orang – orang yang pantas duduk di kursi yang terhormat yaitu kursi dewan. Fenomena yang terjadi pada Pemilihan Umum 2009 adalah banyaknya caleg dari golongan rakyat kecil,seperti pengamen, penjualan teh botol, dan lain – lain. Artis – artis pun banyak yang menjadi caleg. Tora Sudiro pun gak mau ketinggalan menjadi caleg. Lewat filmnya yang terbaru di tahun 2009, Tora Sudiro berperan sebagai caleg yang musti menarik simpati di sebuah desa terpencil. Mengapa Tora bisa menjadi seorang caleg ?

Kisah dimulai ketika Tora (berperan sebagai Bagyo dituduh mengacau diacara rakernas sebuah partai besar pimpinan Zainuddin (Joe Project P). Karena insiden itu Bagyo harus kehilangan pekerjaannya. Musibah itu membuat rencana pernikahannya dengan Ani (Revalina. S. Temat) terancam batal. Apa lagi Abdul (Jaja Mihardja), ayah Ani memang tidak menyukainya. Bagyo terpaksa harus mencari cara terbaik untuk mewujudkan impiannya bersanding dengan Ani

VIEW GALLERY

Di tengah kesulitan itu musibah lain yang lebih besar datang menimpa Bagyo. Uang untuk ongkos orang tuanya datang melamar ke Jakarta dicuri oleh sekawanan penjahat. Karena tidak tahan tekanan yang bertubi-tubi Bagyo jadi gelap mata. Ia pergi mencari orang-orang yang membawa kabur uangnya untuk menuntut balas.

Kebetulan para penjahat itu sedang merampok seorang artis terkenal bernama Atika (Wiwid Gunawan). Aksi itu gagal karena Bagyo tiba-tiba muncul dan langsung menghajar mereka hingga babak belur (belajar dari mana yah si Tora ?). Tanpa disengaja tindakan Bagyo membuat Atika luput dari bahaya. Kejadian itu pun berbuntut panjang.
wiwid_gunawan_buayafilm
Bagyo disanjung sebagai pahlawan. Ia dipuja-puji karena dianggap rela berkorban untuk menyelamatkan Atika yang tak berdaya. Kisah keberanian Bagyo menjadi berita besar. Namanya langsung jadi buah bibir di berbagai media nasional maupun daerah (kaya Ponari aja).

Ketenaran Bagyo lalu dimanfaatkan oleh sebuah partai politik papan atas untuk menggaet dukungan massa dalam pemilihan legislatif. Bagyo dirayu oleh sang ketua partai, Wibowo (Tarzan) dan asistennya Dani (Dwi Sasono) untuk bergabung demi merebut suara rakyat di daerah pemilihan yang penting. Bagyo yang terlena dengan statusnya sebagai figur publik menyambut tawaran partai tersebut dengan penuh keyakinan. Ditemani bekas anak buahnya yang bernama Jereng (Vincent Rompies) Ia pun berangkat untuk berkampanye di Wadasrejo, sebuah daerah terpencil yang rakyatnya hidup serba kekurangan.

Di sana, Bagyo yang tidak punya pengalaman politik apapun mengalami kesulitan untuk menarik perhatian. Ternyata masyarakat Wadasrejo tidak mengenal sosoknya sama sekali. Bagyo harus mencari akal untuk memperkenalkan diri dan menarik simpati warga desa terbelakang itu.

Ternyata Bagyo menemukan kenyataan lain yang lebih penting daripada nama besar dan popularitas. Masyarakat desa lebih tahu apa yang paling mereka butuhkan. Bagyo pun terjepit antara kepentingan partai atau menolong seorang wanita desa yang mengalami kesulitan saat akan melahirkan (Francine Roosenda). Bagyo yang buta politik harus memilih antara merebut perhatian rakyat banyak atau menolong seorang wanita lemah di tempat yang jauh dari keramaian.


Bersamaan dengan datangnnya Pemilu, rasanya film “Wakil Rakyat” yang mengusung tema perpolitikan tanah air relevan untuk mengutkan premis teme politik dalam balutan komedi yang diharapkan dapat mengurangi ketegangan, menghibur sekaligus memberikan pencerahan. Apalagi film Indonesia dengan tema politik masih sedikit. Padahal jokes politik sangat banyak dan selalu bisa menghibur diantara hangar binger panggung politik kita. Mungkin film ini adalah film bertemakan politik pertama di Indonesia sejak kebangkitan perfilman nasional.

Bisa dibilang Chand Parwez sebagai pencetus ide film Wakil Rakyat cukup peka dengan situasi realita sehari – hari bangsa ini. Naluri sutradara muda Monty Tiwa yang sering menangani film komedi mampu menghidupkan kisah Bagyo. Yang enaknya lagi film ini didukung oleh bintang – bintang papan atas seperti Tora Sudiro, Revalina.S. Temot, Wiwid Gunawan, Vincent Rompies, Dwi Sasono, Francine Roosends, Tarzan, Jaja Miharja, Debby Sahertian, Joe Project P, Tessy, Marwoto, Mat Solar, Yati Pesek, dan banyak lagi, membuat beban Monty Tiwa untuk menghidupkan unsur komedi dalam fim Wakil Rakyat seolah lenyap dengan kemampuan nama – nama diatas. “….. Wakil Rakyat akan mengajak pencinta film Indonesia untuk merenung sekaligus menertawakan realita kehidupan politik bangsa ini.” pesan Monty. Makanya jangan coblos dulu baru mikir tapi nonton film ini dulu baru coblos eh contreng.

Catatan buat Tora, sejak bermain di Naga Bonar jadi 2 sebagai BoNaga dan Ququickie Express, belum ada lagi peran yang bagus buat dia. Apakah akan terjadi difilm ini?

Casts

BAGYO/ TORA SUDIRO


ANI/ REVALINA S TEMAT


JERENG/ VINCENT ROMPIES


ATIKA/ WIWID GUNAWAN


DANI/ DWI SASONO


ABIMANYU/ GADING MARTEN


ABDUL /JAJA MIHARDJA


NANIK /FRANCINE ROOSENDA


PRODUCTION


PT KHARISMA STARVISION PLUS


DIRECTOR


MONTY TIWA


PRODUCER

CHAND PARWEZ SERVIA

Tambahan : Kebetulan Tora Sudiro berperan juga sebagai caleg di salah satu sketsa extravaganza tanggal 21 Maret 2009. Memang lagi suasana Pemilu

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme