Siaga Film: Merantau

Tema film laga sempat menjadi primadona juga di kancah perfilman Indonesia dulu, tapi seiring bangkitnya lagi dunia film kita saat ini, belum ada satu film pun yang bisa membangkitkan momentum kembalinya film aksi yang menampilkan budaya bela diri khas Indonesia ini yaitu Pencak Silat. Menilik kesuksesan Thailand dalam mempopulerkan seni bela diri khas negara mereka dalam film “Ong Bak”, harusnya Indonesia juga bisa berusaha menampilkan hal yang serupa. Tapi sesaat lagi sepertinya hal ini akan segera terwujud lewat kepedulian beberapa anak bangsa yang bakal memproduksi film berjudul “Merantau”, sebuah film yang coba membangkitkan dan mengharumkan kembali budaya Pencak Silat di perfilman Indonesia, yang juga moga moga bisa berbicara banyak di kancah mancanegara nantinya. Yang lebih unik lagi film ini justru ditulis ceritanya dan disutradarai oleh seorang yang bukan asli Indonesia tapi sutradara bule asal Inggris bernama Gareth Evans. Gareth yang adalah fans berat film aksi laga ini sendiri telah bermukim di Indonesia sejak satu tahun yang lalu, tepatnya setelah menyelesaikan juga sebuah film dokumenter tentang Pencak Silat berjudul “Land of Moving Shadows”. Sesuai dengan judulnya yaitu “Merantau” tadi, sedikit banyak film baru ini juga akan mengangkat cerita dari tradisi yang sangat terkenal dari masyarakat Sumatra Barat itu, sebuah budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad silam.

Ceritanya berkisah seputar sang tokoh utama Yuda (Iko Uwais), seorang ahli bela diri Silat Harimau dari Minangkabau, Sumatra Barat. Yuda yang sama seperti pemuda pemuda daerahnya yang lain akan menjalani budaya warisan nenek moyang mereka yaitu “Merantau,” meninggalkan segala kenyamanan di kampung halaman mereka dan menuju ke hiruk pikuknya kota besar Jakarta sebagai sarana penempa mental dan pendewasaan, juga harap harap bisa mendapatkan kesuksesan yang menciptakan nama besar saat mereka kembali ke kampung halaman nantinya. Dalam perantauannya, tentunya tidak semuanya berjalan mulus tapi begitu banyak rintangan yang harus dihadapinya, Yuda yang sempat tidak memiliki tempat tinggal selama di Jakarta bahkan kadang tidak yakin akan masa depan apa yang bakal didapatnya disana. Nasib kemudian mempertemukannya dengan Astri, seorang anak yatim piatu yang hampir menjadi korban perdagangan manusia ke Eropa yang dijalankan oleh psikopat bernama Ratger dan tangan kanannya, Luc.
Demi menyelamatkan sang gadis bersama adiknya yang bernama Adit, Yuda pun akhirnya terlibat dalam kisruhnya permasalahan bisnis hitam yang melibatkan anggota gangster dan penjahat2 berbahaya ini. Menyadari kalau upaya pelarian diri mereka akhirnya juga akan sia sia saja, Yuda tidak punya pilihan lain lagi selain menghadapi para penjahat itu dalam sebuah pertarungan maut dengan mengandalkan keahliannya dalam menggunakan ilmu bela diri warisan sang leluhur.

Dari segi cerita mungkin masih terdengar sangat klise, dimana sudah untuk beberapa kian kali kita menghadapi alur cerita seperti ini yang diterapkan dalam sebuah film bertema laga. Tapi yang mungkin coba ditampilkan lebih disini adalah trik2 dan aksi stunt dari ilmu bela diri seperti yang bisa kita lihat dalam karya fenomenal Thailand, “Ong Bak” yang walaupun hanya berbekal kisah klise tapi mampu memikat penonton karena memukaunya aksi laga dan stunt yang dipertunjukkan oleh sang bintang utama Tony Jaa.

Iko Uwais yang akan menghidupkan tokoh utama Yuda dalam film ini adalah seorang juara pencak silat yang berasal dari sekolah silat Tiga Berantai. Iko untuk pertama kali menarik perhatian sutradara Gareth Evans saat syuting film documenter, “Land of Moving Shadows”. Tokoh Yuda sendiri adalah seorang pemuda pemberani berusia 20 tahunan yang mempunyai moral dan etika yang baik, juga sadar akan keadaan sekitarnya. Kesempatan Iko untuk menjadi pemeran utama dalam film ini juga akan memperkenalkannya sebagai bintang baru film action Indonesia yang sudah sangat jarang ditemui sekarang, moga moga popularitasnya akan seperti bintang aksi Thailand, Tony Jaa yang terkenal hingga ke mancanegara.

Sisca Jessica adalah artis muda yang mulai angkat nama setelah membintangi beberapa FTV dan sinetron. Dalam film ini perannya adalah sebagai tokoh utama wanita, Astri. Tokohnya disini mempunyai nasib yang cukup malang karena sejak umur 14 tahun sudah ditelantarkan oleh kedua orangtuanya, dan dia harus bisa menghidupi bukan hanya dirinya sendiri tapi juga sang adik bernama Adit. Segala macam cara digunakannya untuk mencari nafkah termasuk menjadi penari go-go disebuah klab malam. Pengalaman hidup yang keras ini menempanya menjadi seorang wanita tegar yang tidak gampang menyerah dan bertekad baja untuk keluar dari kemiskinannya.

Donny Alamsyah yang mungkin sudah cukup anda kenal lewat filmnya “9 Naga”, “Sang Dewi” dan “Gie”, kali akan berperan sebagai saudara Yuda, Yayan. Yayan telah mencoba terlebih dahulu adat merantau tapi ternyata akhirnya pulang kembali kekampung halamannya dengan tangan kosong. Dia akhirnya jatuh dalam bius perjudian akibat perasaan menjadi seorang yang gagal bagi keluarganya.

Salah satu aktris legendaris dan kebanggaan Indonesia, Christine Hakim juga ikut ambil bagian dalam film ini sebagai Ibunda Yuda, Wulan. Akibat kecelakaan tragis yang merenggut nyawa sang suami, Wulan berubah menjadi wanita yang over posesif bagi kedua putranya, Yuda dan Yayan. Dimasa lalunya dia adalah wanita yang keras dan berpegang teguh pada adat, tapi ketika sang anak bungsu berniat meninggalkan kampung halamannya dan merantau, Wulan untuk pertama kali dalam hidupnya menjadi sangat cemas dan bergumul dalam kekhawatiran.

Para bintang lainnya yang ikut mendukung film ini termasuk pendatang baru Yusuf Aulia sebagai Adit, Yayan Ruhian, dan bintang sinetron Ratna Galih yang berperan sebagai Ayi, teman dekat Astri. Turut meramaikan juga bintang2 aksi asal mancanegara antara lain, aktor asal Denmark, Mads Koudal dan aktor laga Prancis, Laurent Lohan Buson.

Gareth Evans, sang sutradara sendiri adalah seorang penggemar film bela diri sejak lama. Profesinya sebagai seorang penulis dan sutradara asal Inggris telah menerima pengakuan lewat karya yang telah meraih beberapa penghargaan di tahun 2006, “Footsteps”. Pada tahun 2007, Gareth mendapat kesempatan untuk membidik sebuah karya dokumenter tentang budaya Pencak Silat untuk Christine Hakim Film dan Panasonic Gobel Indonesia Production berjudul “Land of Moving Shadows: Pencak Silat, The Martial Arts of Indonesia”.
Keberhasilannya menggarap karya itu, menggelarkannya MA in Screenwriting for Film and Television dan baru baru ini juga dia telah memegang jabatan sebagai General Manager of Drama Development di Global MediaCom’s MNC Productions.
“Merantau” bakal jadi karya penyutradaraan ketiganya untuk sebuah film berbahasa asing setelah film pendek berjudul “Samurai Monogatari” (2003) yang disyut secara keseluruhan dengan menggunakan bahasa Jepang dan juga film dokumenter mengenai Pencak Silat tadi yang mengambil lokasi syuting di Sumatra dan Jawa Barat.

Bagi yang pengen ngeliat film ini sepertinya mesti sedikit bersabar dulu karena sekarang masih dalam tahap produksi dan direncanakan untuk beredar bulan April 2009 mendatang.

Berikut ada beberapa video cuplikan behind the scene dari film ini:




Tropic Thunder: Komedi Konyol Berkualitas

Jarang sekali ada film komedi yang mampu tampil baik dengan muatan komedi smart dan konyol secara bersamaan, tapi itu yang bakal kita dapatkan saat menyaksikan “Tropic Thunder,” sebuah komedi yang tampil menawan lewat humor humor sindiran dan berbagai tingkah konyol dan bodoh para karakter didalamnya. Jika kamu memang mencari tema komedi yang seperti ini, ditambah munculnya beberapa kameo aktor aktor terkenal yang cukup bikin surprise, maka film ini adalah pilihan yang paling tepat untuk ditonton buat ngilangin stress dan juga sebagai hiburan yang sangat menyegarkan.

Digawangi oleh salah satu bintang komedi papan atas Amerika saat ini, Ben Stiller yang berperan sebagai Tugg Speedman, seorang aktor paling terkenal sedunia dengan honor tertinggi yang pernah ada, tapi kemudian mengalami kemunduran karir ketika film terbarunya ternyata ga-tot dipasaran. Demi mengembalikan citra baiknya, terpaksa sang aktor terlibat dalam sebuah produksi film bertema perang yang diangkat dari karya seorang veteran perang Vietnam bernama John Tayback (Nick Nolte), bersama para bintang lainnya yang termasuk Kirk Lazarus (Robert Downey Jr.), seorang aktor asal Australia yang telah memenangkan Oscar untuk beberapa kali, dan Jeff “Fats” Portnoy (Jack Black), seorang komedian pencandu narkoba yang mencoba peruntungan di akting. Peran Kirk difilm ini mengharuskannya menjadi seorang sersan kulit hitam bernama Lincoln Osiris, dan demi mendalami perannya itu, Lazarus harus merelakan tubuh dan penampilannya dipermak habis2an menjadi seorang kulit hitam. Maka terjunlah para aktor ini ke lokasi syuting yang diambil sengaja disebuah pedalaman hutan Asia untuk realistisnya film ini, dipublikasikan sebagai “film perang termahal yang pernah dibuat”, jadwal syutingnya sendiri sebenarnya sudah terlambat satu bulan dari skedul, dan sang produser cuma memberikan waktu bagi sang sutradara lima hari syuting saja, dan kalau tidak disanggupi maka proyeknya ini akan ditutup. Mendengar saran dari sang pengarang cerita, sang sutradara melepaskan para aktor ini sendirian dihutan dengan hanya dilengkapi oleh peta yang akan menuntun mereka ke helicopter yang telah menunggu di ujung hutan. Tapi tanpa sepengetahuan para aktor ini kecuali Lazarus, sang sutradara sendiri malah tewas terkena ranjau peninggalan Prancis, dan lokasi mereka ditinggalkan adalah perbatasan Golden Triangle, dimana tinggal gang pembuat heroin bernama Flaming Dragon. Ketika para anggota gang ini mengira kalau aktor2 ini adalah agen2 DEA yang diturunkan untuk menangkap mereka, maka bentrokan pun tidak bisa dihindarkan lagi dan dimulailah perang yang sesungguhnya sementara para aktor ini masih tetap mengira itu semua hanyalah akting belaka.

Yang menjadi pemancing tawa terbesar dalam film ini tentunya adalah barisan bintang yang mendukungnya, dimana bisa membuat film ini mendapatkan predikat sebagai film komedi dengan bintang bintang komedi terbaik. Para pemeran pembantu juga tampil tak kalah baiknya dari tiga pemeran utama disini yaitu Stiller, Black dan Downey Jr., tak kalah penting adalah kemunculan para kameo yang salah satunya adalah aktor paling terkenal di Hollywood saat ini yang muncul lewat sebuah peran yang sangat tidak terduga. Kemunculannya begitu singkat tapi sangat mampu memancing tawa para penonton film ini, siapakah orangnya? Mungkin lebih baik kamu nonton sendiri filmnya, dan pasti deh kamu bakalan tertawa terbahak bahak menyaksikan penampilannya disini. Kameo yang lainnya juga tampil cukup baik tapi gue bilang masih belum bisa menandingi penampilan kameo yang satu ini.

Sekarang kembali ke pendukung utama filmnya ini sendiri, dimulai dari Stiller yang memang selama ini punya reputasi dengan gaya komedinya yang kadang over acting, dan begitu juga karakter yang kembali diembannya disini. Menampilkan lelucon2 yang kadang berlebihan tapi tetap lucu, gue kadang ngerasa kalo karakter yang diperankannya disini bisa lebih baik kalo dikembangkan lagi. Jack Black, si Kung Fu panda itu juga tampil cukup memuaskan disini, dia tampil tetap dengan gaya seperti yang biasa pernah dibawakannya dalam komedi2 sebelum ini. Yang mencuri perhatian terbesar dalam trio ini justru si Iron Man, Robert Downey Jr., karakter dan dialog2 yang dihadirkannya adalah mungkin penyumbang tawa terbesar disini, berperan sebagai aktor yang diset untuk memerankan tokoh kulit hitam, penampilannya yang sangat mengesankan dibarengi pula oleh joke2 satir yang dilemparnya.
Poin utama Stiller saat menggarap cerita film ini hanya sebagai sarana lelucon dan sindirannya kepada Hollywood dan aktor2nya, dan tak disangka ternyata usahanya itu berhasil banget disini. Kapan yah Indonesia bisa bikin komedi kaya’ gini, bukan hanya bisa niru bikin2in komedi menjurus doang. (JC)

Siaga Film: 3 Doa 3 Cinta

3doa3cinta_photo
Popularitas Dian Sastro dan Nicholas Saputra sebagai pasangan terserasi di layar lebar abad ini mungkin sudah patut disejajarkan dengan duet Widyawati-Sophan Sophian atau Yenni Rachman-Roy Marten pada zaman mereka dulu. Chemistry yang diciptakan Dian-Nico sejak suksesnya “Ada Apa Dengan Cinta” yang turut membangunkan tidur panjangnya perfilman Indonesia waktu itu, tahun ini kembali coba digeber bukan hanya lewat satu produksi tapi dua sekaligus yang direncanakan akan segera beredar. Yang pertama sudah pernah dibahas diblog ini yaitu roman historik “Drupadi”, dan yang satu lagi adalah drama yang dibalut oleh sedikit tema religi yaitu “3 Doa 3 Cinta”. Yang jelas kalo kamu mau liat Dian Sastro “Mendadak Dangdut” dan Nico jadi santri alim, film satu ini ga boleh dilewatkan begitu saja, sekaligus kembali menyaksikan chemistry dua pasangan ini yang mungkin bakal semakin kuat seiring pengalaman dan kemampuan akting mereka yang pasti sudah lebih matang. Film ini merupakan produksi TriXimages dan Investasi Film Indonesia (IFI) yang masing masing sebelumnya telah menelurkan ”Bendera”, ”The Photograph”, “Coklat Stroberi” dan juga “Radit dan Jani.” Diproduseri oleh Nan Achnas yang karya terbarunya “The Photograph” juga berhasil mengumpulkan penghargaan di beberapa festival film, dan disutradarai oleh Nurman Hakim yang memulai debut penyutradaraannya lewat film ini sekaligus sebagai sang penulis cerita.

“3Doa3Cinta adalah potret suka duka kehidupan di sebuah pesantren yang diwarnai dengan persahabatan, cinta, ibadah dan nilai kemanusian. Di film ini kita bisa lihat bagaimana Nicholas Saputra begitu menjiwai perannya sebagai seorang santri yang jatuh hati dengan penyanyi dangdut keliling, yang diperankan dengan sangat apik oleh Dian Sastro yang juga melantunkan 2 lagu dangdut di film ini. ” demikian disampaikan oleh Adiyanto Sumarjono, yang juga salah satu produser film ini. ”Pesan utama dari ”3Doa3Cinta” adalah kedamaian dan cinta mengalahkan segala bentuk kekerasan dan kebencian.” demikian tutur Nurman Hakim, sutradara sekaligus penulis film ini. Lebih lanjut, Hakim mengatakan bahwa film yang pengambilan gambarnya dilakukan di Yogyakarta, Magelang dan Jakarta ini, ”3Doa3Cinta adalah film yang bercerita tentang proses pendewasaan atau ”coming of age” santri yang dididik secara Islam dalam memahami kehidupan di luar pesantren”.

Film ini bercerita tentang tiga sahabat, Huda, Rian dan Syahid, tiga santri remaja yang tinggal di pesantren di sebuah kota kecil yang terletak di daerah Jawa Tengah. Mereka punya rencana dalam hidup mereka masing-masing setelah lulus dari pesantren dan SMA sebulan lagi. Mereka memiliki sebuah lokasi rahasia, sebuah dinding tua di belakang pesantren, di mana mereka menulis harapan-harapan mereka di dinding. Hingga sebuah situasi merubah hidup mereka. Huda (Nicholas Saputra), adalah santri yang patuh pada gurunya, Kyai Wahab (Brohisman) yang telah mengasuhnya sejak ibu kandungnya meninggalkannya begitu saja di pesantren itu. Huda mulai merencanakan hidupnya di luar pesantren nanti. Yaitu mencari ibunya yang kabarnya berada di suatu tempat di Jakarta. Huda bertemu dengan Dona Satelit (Dian Sastrowardoyo) seorang penyanyi dangdut pemula yang sangat seksi ketika di panggung dan terobsesi menjadi bintang terkenal di Jakarta. Rian (Yoga Pratama) santri dari suatu kota besar. Dia mendapatkan sebuah kado handycam dari ibunya pada saat ulang tahunnya. Rian seolah melihat dunia baru dari balik viewfinder, ia asyik merekam berbagai peristiwa yang ada di lingkunganya. Rombongan pasar malam terutama layar tancap yang kebetulan sedang singgah di desa itu membuat Rian semakin obsesif terhadap kamera. Syahid (Yoga Bagus), berasal dari keluarga miskin. Karena situasi sosial dan psikologis dirinya, membuat Syahid tergabung dalam kelompok islam garis keras yang berada di luar pesantren. Terlebih ketika sawah milik orang tua Syahid dibeli paksa oleh sebuah perusahaan ternama milik Amerika untuk di jadikan pabrik. Syahid berencana menjadi sukarelawan bom bunuh diri. Bagaimana kehidupan mereka bertiga dan terwujudkah segala impian dan harapan mereka yang pernah mereka tulis di tempat rahasia itu?

Satu kabar gembira yang telah dicetak oleh film ini sekarang adalah terpilihnya “3Doa3Cinta” dalam Official Selection di Pusan International Film Festival di Korea, artinya “3Doa3Cinta” akan mendapat kehormatan untuk ditayangkan perdana atau world premier di Korea pada bulan Oktober ini. Tentu saja ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri untuk film yang proses penggarapan skenarionya memakan waktu lebih dari 3 tahun. Bahkan skenario film ini berhasil mendapatkan script development grant dari Global Film Initiative di San Francisco, Amerika Serikat; Goteborg International Film Festival Fund dari Swedia dan Fond Sud Cinema dari Perancis. Pada bulan Mei 2008, 3Doa3Cinta diundang ke Cinema du Sud di Cannes Film Festival di Perancis dimana film ini diputar didepan para produser, sutradara dan distributor film internasional.

Bagaimana dengan penonton Indonesia, kapan film ini akan diputar di cineplex2 disini? Tenang saja, Nan Achnas, sang produser film talah menyatakan bahwa ”3Doa3Cinta” akan segera ditayangkan secara serentak pada tanggal 18 Desember 2008 mendatang yang bertepatan dengan libur Idul Adha. (JC)

(Bahan2 dan foto: 3doa3cinta official site)

Siaga Film: Pintu Terlarang

pintu_terlarang_poster
Mau tidak mau kita harus mengakui kalau Joko Anwar adalah salah satu sineas berbakat Indonesia yang paling punya unsur keunikan dalam setiap karya karyanya, walaupun belum begitu banyak yang telah dihasilkannya tapi Joko selalu berhasil meninggalkan sesuatu yang selalu diingat oleh para penikmat film, bukan hanya di Indonesia saja tapi sampai ke mancanegara. Lewat dua film dimana dia menyandang status sebagai sutradara sebelumnya yaitu “Janji Joni” dan “Kala,” Joko telah membuktikan dirinya bukanlah seorang sineas sembarangan, “Kala” bahkan mampu bersaing di berbagai festival internasional dan di-review cukup baik oleh kritisi2 film mancanegara, meskipun kalau dibandingkan dengan segi komersilnya, film ini ga begitu menorehkan hasil yang lumayan memuaskan di tanah air. Tahun ini Joko telah kembali lagi dibelakang kamera untuk mempersiapkan karya terbarunya yang direncanakan untuk beredar pada Januari 2009 nanti. Masih mengangkat tema yang unik dan sama sekali ga dipikirkan oleh para beberapa sineas lain yang masih tetap berkutat pada komedi sensual rancu, kali ini Joko telah mengadaptasi sebuah novel hasil karya Sekar Ayu Asmara yang berjudul “Pintu Terlarang” yang juga akan digunakan sebagai subjek filmnya.
Film yang diproduksi LifeLike Pictures ini akan dibintangi oleh pasangan Fachri Albar dan Marsya Timothy, Fachri sendiri disini kembali mengulang kerjasamanya dengan sang sutradara setelah sempat menjadi bintang utama juga di “Kala,” artis artis lainnya yang ikut mendukung antara lain Henidar Amroe, Tio Pakusadewo, Ario Bayu, dan Atiqah Hasiholan.

Lewat konsistensinya yang tinggi untuk menyajikan film dengan cerita yang menantang, edgy, sekaligus menghibur dengan standar produksi yang tinggi, tentu kali ini Joko menerima tantangan yang lumayan berat dalam menyadur karya novel thriller yang sangat tidak biasa dan rada ga begitu komersial dari Sekar Ayu ini. Beberapa perbedaan dari novelisasinya bagi yang pernah membaca buku ini sebelumnya pun mungkin adalah salah satu hal yang ga bisa dielakkan, secara “Laskar Pelangi” kemarin saja menawarkan beberapa bagian yang cukup jauh berbeda dari versi novelnya kan. Hal ini disadari betul oleh sang pengarang novelnya sendiri, Sekar Ayu malah mengatakan kalau dia menyerahkan sepenuhnya pada Joko seperti apa cerita yang telah ditulisnya itu untuk dibuat, “Misalnya, novel ini ending-nya menyedihkan, tapi kalau mereka mau buat happy ending atau Hollywood ending, terserah,” kata Sekar. Demi sebuah kepercayaan, Sekar pun tidak berminat melihat skenario yang telah dikerjakan Joko sejak 2006 lalu. “Saya cuma mau melihat filmnya di bioskop,” katanya.

"Penonton semakin lama semakin demanding. Kalau filmmaker cuma mikir bagaimana caranya bikin film semurah-murahnya tanpa memikirkan kualitas, bisa-bisa film Indonesia ditinggalkan penonton lagi," kata Joko Anwar sendiri. "Sekalipun penonton dalam negeri semakin bertambah, filmmaker juga harus sudah berpikir bagaimana caranya bisa menembus pasar komersil internasional. Mau tidak mau, film yang dihasilkan harus memenuhi standard internasional, baik dari segi teknis maupun cerita," kata filmmaker yang juga lewat filmnya, “KALA,” berhasil masuk dalam daftar film-film terbaik dunia di tahun 2007 versi majalah Sight & Sound, Inggris.
Kembali lagi ke “Pintu Terlarang,” seperti apa sih kira kira cerita film ini? Bagi yang sudah baca novelnya pasti udah sedikit banyak tau, tapi bagi yang belum, berikut ini adalah sedikit sinopsisnya:
Film ini berkisah tentang seorang seniman bernama Gambir (Fachri Albar) yang karirnya sedang berada di puncak. Ia beristrikanTalyda (Marsha Timothy) yang cantik dan cerdas. Suatu hari Gambir tidak sengaja menyaksikan siaran televisi misterius yang menampilkan seorang anak yang disiksa oleh kedua orang tuanya.
Karena nafsu ingin tahunya sangat besar, Gambir berusaha mencari tahu siapa anak itu dan di mana ia berada. Anehnya segala cara yang ia tempuh selalu gagal sampai akhirnya dia menemukan pintu rahasia yang tidak pernah dibuka oleh siapapun. Gambir pun membuka pintu tersebut untuk memecahkan teka-teki yang selama ini mengganggu hidupnya.

Demi meneruskan ataupun malah melebihi kualitas yang telah dihasilkannya dalam film film sebelumnya, Joko Anwar kembali menggandeng kru-kru yang telah dipercaya di bidangnya. Sinematografi dipegang oleh Ipung Rachmat Syaiful, pemenang dua piala Citra, sedangkan tata artistik dipercayakan kepada Wencislaus, art director muda yang juga telah memenangkan dua piala Citra. Film ini juga akan disyut dengan menggunakan medium film 35mm dengan proses Digital Intermediate (DI) yang memungkinkan pewarnaan gambar yang lebih leluasa. Metode ini masih jarang digunakan di Indonesia karena biayanya yang mahal.
"Memang biayanya akan melambung jika menggunakan 35mm, tapi karena film ini juga mengutamakan detail kalo pake digital nanti hasilnya kurang maksimal," ucap Joko saat lewat detikhot.
Bunyi-bunyian di film yang rencanaya dirilis Januari 2009 pun digarap oleh musisi berbakat Zeke khaselli dan beberapa kroninya Aghi Narottama, Bemby, dan Ramon G.
Sebagai tambahan, khusus untuk Fachri Albar dan Marsha Timothy, “Pintu Terlarang” bakal menjadi lebih menantang karena untuk pertama kalinya pasangan ini bermain dalam satu film dan berperan sebagai suami istri.

Novel yang diangkat oleh film inipun ternyata telah di-klaim sebagai “novel thriller terlaris” di Indonesia seperti yang tertera dicovernya. Dengan cerita yang bisa bikin penasaran dan juga penuh kejutan lewat tiga topik yang lumayan berbeda di dalamnya tapi kemudian saling berbentur dan menciptakan twist yang menarik. Semoga Joko Anwar benar benar berhasil mewujudkan bahasa gambar yang juga bonafid untuk cerita ini dan kembali menjadi satu karya anak bangsa yang bukan hanya sukses di negeri sendiri, tapi juga bisa mengharumkan nama bangsa hingga ke mancanegara.
Poster awal yang dipublikasikan untuk film ini seperti yang tersaji diatas sebenarnya sedikit mengingatkan gue pada film thriller sadis Hollywood berjudul “Saw.” Apakah Joko juga berencana untuk membuat film ini layaknya film tersebut yang menjual begitu banyak adegan berdarah darah? Kalo ditilik dari beberapa foto yang juga telah dirilis seperti yang juga tertampilkan diatas, mungkin sang sutradara memang telah menyisipkan beberapa adegan berbau gory seperti yang juga pernah dicoba sebelumnya lewat “Kala.” Bagi yang udah penasaran pengen lihat filmnya dan bagaimana cara Joko menyadur novel yang tidak biasa ini? Tunggu saja jadwal edarnya, ga terlalu lama lagi kok cuma tinggal 3 bulan lagi dari sekarang. (JC)

* Bahan2: Sinar Harapan, Detikhot, Cineplex21, Pintu Terlarang Blog
* Photos copyright on LifeLike Pictures

8 Elegi Cinta Setaman Bertabur Bintang

poster cinta setaman
Ada yang bilang kalo cinta itu adalah rasa sayang kita pada seseorang dengan semua kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Ada lagi yang bilang bahwa cinta itu adalah perasaan yang terjadi dalam diri seorang ketika orang tersebut mulai tertarik, menyatu, lalu menjadi intim dengan manusia lainnya. Cinta juga tidak hanya terjadi dengan lawan jenis, bisa juga dengan orangtua, benda, negara, dan lain – lain. Kalo ngomong cinta, memang bisa panjang kali lebar sama dengan luas. Yah,ngomong kata yang terdiri dari lima huruf ini tetap aja asyik diomongi mesti berulang kali. Mencetak film yang bertema ini pun tidak bosan untuk dibuat, seperti “Love”, “Chika", "Ada Apa Dengan Cinta" dan lain – lain.

Siapapun bebas mengekpresikan cinta tanpa mengangu orang lain. Kali ini giliran Sang Sutradara, Harry Dagoe Suharyadi yang ngomongin tentang cinta lewat film terbarunya yaitu Cinta Setaman. Seperti judulnya, film ini menyuguhkan delapan kisah cinta dalam satu film dan cinta menjadi benang merah dari kisah - kisah tersebut. Tidak hanya menhadirkan seabreg kisah, karya Harry Dagoe Suharya mempertontokan kemampuan akting sederet bintang tenar segala bidang dari aktor Nicholas Saputra, penulis novel Djenar Maesa Ayu, presenter Indy Barends hingga aktris legendaris Titiek Puspa.


Dibanding film 4bia yang mempunyai 4 kisah, Cinta Setaman mempunyai 8 kisah seperti berikut :

1. Kisah anak seorang Pekerja Seks Komersial (PSK), yang jatuh hati kepada guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP)-nya

2. Pria Jepang yang mencari cinta sejati seorang gadis pemandu karaoke

3. Seorang anak yang bekerja gigih seharian hanya demi mendapatkan sebotol air bersih dan sepasang sepatu roda

4. Kisah seorang anak laki-laki yang sangat mencintai ibunya. Ia bekerja banting tulang untuk mendapatkan banyak uang agar bisa memberangkatkan ibunya pergi ke Tanah Suci, Mekkah. Namun, siapa duga, uang yang diperolehnya didapat dari pekerjaannya yang tak halal.

5. Seorang sutradara televisi dengan empat orang anak mendapat tekanan dari sang istri dan atasannya, membuatnya linglung.

6. Lihat sendiri filmnya

7. Lihat sendiri filmnya

8. Yah udah Kalau penasaran lihat sendiri filmnya (jangan yang bajakan)

Dalam film Cinta Setaman, Harry "Dagoe", tak ingin sekedar mencoba menyuguhkan cinta dalam tataran ungkapan perasaan sepasang manusia, seperti halnya kisah anak seorang Pekerja Seks Komersial (PSK), yang jatuh hati kepada guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP)-nya. Atau, kisah pria Jepang yang mencari cinta sejati seorang gadis pemandu karaoke. Tetapi lebih dari itu, Harry, ingin menggambarkan cinta dalam tataran yang luas. Seperti cerita tentang seorang anak yang bekerja gigih seharian hanya demi mendapatkan sebotol air bersih dan sepasang sepatu roda. Cinta Setaman, seperti diakui Harry yang selain menulis skenario juga ikut main didalamnya kisah – kisah tersebut ibarat sebuah memoar kehidupan yang ditemuinya selama dua tahun belakangan ini. Bagi Harry, beragam kisah yang ditemuinya itu, terasa menyentuh.

Butuh proses yang panjang buat sutradara untuk bisa merapungkan film ketiganya itu. Untuk penulisan skenarionya, Harry membutuhkan waktu dua tahun, seiring dengan perisitiwa yang ditemuinya.

Sementara, proses syuting diselesaikan dalam kurun waktu satu bulan dengan mengambil lokasi di Jakarta, Yokohama dan Tokyo. "Yang bikin repot adalah bagaimana menghadirkan 27 pemain, yang mempunyai jadwal sendiri-sendiri," kata Harry. Yah itulah resikonya kalau pakai bintang – bintang yang laku, semoga aja filmnya laku. Tetapi dengan bintang yang berkualitas tentu mereka sangat propesional. Seperti novelis Djenar Maesa Ayu mengumpulkan banyak data dan informasi tentang sosok PSK. Meniru bahasa tubuh PSK, jadi tantangan Djenar. Maklum, ibu beranak dua ini biasa tampil tomboy. “Ya iyalah, sehari-hari biasa tomboy, suruh bergenit-genit ria. Berpuluh kali berdiri di depan kaca, aku masih merasa gagal memerankan seorang PSK. Awalnya risih, gitu loch,” ucapnya. Selain sibuk dengan film yang ia bintangi, Djenar juga sedang menyiapkan biografi Grup Band Slank untuk menyambut Ultah Slank ke-25. “Buku tersebut terdiri dari tiga bagian. Aku kebagian nulis seks, drug dan Rock’n Roll-nya Slank, sedang dua bagian lainnya ditulis wartawan musik Rustam dan Denny.MR,” paparnya.

Jay Subijakto pun ikut komentar tentang film yang didalangi oleh Harry Dagoe Suharyadi. "CINTA SETAMAN, BINTANG SETAMAN, KUALITAS SETAMAN,MAJU TERUS HARRY, MAJU TERUS FILM INDONESIA" -Jay Subijakto-

Penasaran dengan kisah – kisah dan kemampuan bintang – bintang didalamnya, ke bioskop yuk.(IX)

Pemain :
Nicholas Saputra
Slamet Rahardjo
Jajang C. Noer
Ria Irawan
Djenar Maesa Ayu
Inul Daratista
Richard Oh
Marsha Timothy

utradara :
Harry Dagoe Suharyadi

Penulis :
Harry Dagoe Suharyadi

Jenis Film :
Drama

Produser :
Harry Dagoe Suharyadi

Produksi :
Vandea Pictures

Membangkitkan Max Payne Di Layar Lebar

max_payne_film
Max Payne adalah seorang agen anti narkoba di New York, bagaikan impian Amerika yang sempurna: pekerjaannya bagus, istrinya mencintainya dan mereka baru punya bayi perempuan. Tapi mimpi indah ini berubah menjadi mimpi buruk ketika suatu hari ia pulang ke rumah dan menemukan keluarganya dibantai oleh seorang pembunuh bayaran psikopat. Tiga tahun setelah kematian keluarganya, Max masih menyimpan dendam pada orang-orang yang telah menghabisi keluarganya itu.
Di saat yang sama, Max kemudian ditugaskan untuk menyusup ke dalam organisasi kejahatan yang mengatur perdagangan obat terlarang yang disebut Valkyr. Saat bertugas inilah, Max mendapat pesan untuk bertemu dengan Alex Balder (Donal Logue) di stasiun kereta api.


Saat Max baru saja bertemu Alex, tiba-tiba saja seorang penembak gelap menembak mati Alex. Max yang berada di lokasi saat penembakan kemudian menjadi tersangka utama pembunuhan ini. Di saat yang sama, pihak mafia juga menyadari bahwa Max adalah petugas kepolisian yang menyamar.
Merasa terjebak, Max kemudian melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan ini. Saat mencari Jack Lupino (Amaury Nolasco), orang yang bertanggung jawab atas perdagangan obat terlarang, inilah Max kemudian bertemu Mona Sax (Mila Kunis) yang punya alasan sendiri untuk memburu Jack Lupino. Kini dalam misi pribadi membalas dendam atas pembunuhan, ia juga diburu kepolisian New York, mafia, dan sebuah perusahaan besar tanpa belas kasihan, semuanya terjadi dalam badai salju paling buruk yang pernah terjadi. Tak lagi memiliki apa-apa kecuali kesetiaannya, tekadnya dan cintanya pada keluarganya yang telah tiada, Max membongkar misteri di balik pembunuhan itu dan mendapatkan pembalasan yang setimpal untuk dendamnya.

Film hasil arahan sutradara John Moore ini adalah adaptasi dari video game keluaran Rockstar yang cukup populer bagi kalangan gamer PC berjudul sama yang diluncurkan sekitar tahun 2001 lalu. Dengan bertema petualangan misteri yang penuh liku-liku, banyak adegan aksi tembak-menembak. Yang membuatnya menarik yaitu bila muncul tampilan efek gerakan lambat (slow motion) maka akan terdengar suara-suara degup detakan jantung yang justru membuat suasana menjadi sangat menegangkan.
Diversi gamenya sekuel yang kedua yaitu Max Payne 2, ini adalah sebuah game 3rd person action yang sangat menakjubkan. Physic Engine dalam game Max Payne 2 bisa dibilang mendekati sempurna, game ini menggunakan Physic Engine Havok yang juga digunakan 3D Mark 2003. Anda bisa melihat kesempurnaan tersebut saat anda berjalan menabrak tumpukan kardus, maka tumpukan kardus tersebut akan jatuh ke lantai, hampir semua benda yang ada dalam game Max Payne 2 dapat diinteraksi. Timba yang biasanya dibuat tempat air saat mengepel lantai juga bisa kita tabrak, botol-botol kosong, dsb. Jika kita lemparkan granat didekat benda-benda itu, maka benda-benda tersebut juga akan terlempar sesuai dengan berat masing-masing. Timba akan terlempar dalam jarak yang lebih dekat daripada botol kosong. Setiap objek dalam game ini juga akan membekas jika kita tembak seperti dalam game Max Payne sebelumnya. Grafik pada game Max Payne 2 sangatlah bagus dan mirip dengan aslinya. Game ini telah mengoptimalkan penggunaan fitur-fitur DirectX 9 seperti Pixel Shading 2.0, hal tersebut terlihat saat hujan mengguyur tanah-tanah yang terbuat dari beton, maka akan nampak genangan air yang memantulkan cahaya dengan samar-samar. Betul-betul mirip dengan aslinya. Max Payne (versi game) sangat terkenal saat pertama kali diluncurkan salah satunya disebabkan oleh adanya efek bullet-time ala Matrix, bahkan game Enter The Matrix yang juga menerapkan efek serupa tidak bisa sebagus milik Max Payne. Dalam Max Payne 2, efek bullet time tersebut telah dikembangkan lebih dalam. Efek suara yang ditawarkan game ini sangat bagus, suara-suara tembakkan terdengar sangat menegangkan, 3D Positional Audio sudah tentu digunakan dengan maksimal, suara tiap karakter juga sangat jelas terdengar dan sangat variatif. Memainkan game ini sungguh menegangkan, terlebih jika kualitas sistem audio anda bagus, serasa seperti menonton film bioskop. Tapi anehnya, CEO Take-Two, Jeffrey L. Lapin, mengeluh atas lemahnya penjualan game Max Payne 2. Kemudian dia pun mengungkap akan ada sekuel baru di serial tersebut. ”Akan ada Max Payne lain,” ujarnya. ”Saya pikir ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat seri berikutnya yang pastinya lebih spektakuler dari apa yang kita lakukan saat ini.” lanjutnya ketika berpresentasi di bulan Maret 2004. Kita tunngu aja apakah kualitas gambar, suara, dan karakter tokohnya lebih bagus film daripada gamenya ?
Film ini dibintangi oleh Mark Wahlberg, Mila Kunis, Chris Odonnell serta rapper Ludacris, Film ini juga sekaligus menjadi film debut pertama penyanyi yang terkenal lewat lagu Like A Bird, yakni Nelly Furtado. (Ix)

Directed by: John Moore
Cast: Mark Wahlberg, Mila Kunis, Chris O'Donnell, Ludacris, Nelly Furtado, Beau Bridges
Studio: 20th Century Fox


powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme