Masih Ada Stock Buat Film Tulalit

Wabah film komedi tampaknya sekarang sedang melanda Indonesia, wabah yang sedikit demi sedikit mulai menggeser tema horror yang selama ini menguasai pasar. Belum lepas dari ingatan film film sejenis seperti “Anda Puas Saya Loyo” atau “Asoy Geboy” kemarin. Sekarang giliran Maxima Pictures yang selama ini sering menghadirkan tema romantis atau horror untuk ambil bagian dalam melanjutkan wabah ini. Tetap menggunakan formula serupa, film berjudul “Tulalit” yang digadang2 sebagai komedi salah sambung ini menghadirkan barisan nama nama pelawak generasi baru yang diharapkan mampu mengocok perut penonton, ditambah juga pameran cewek seksi dan adegan adegan rada nyerempet yang seakan sudah jadi bumbu yang tidak boleh terlewatkan dalam kemasan komedi Indonesia masa kini. Ditugaskan membawa peranan utama adalah dua nama yang cukup fresh dalam dunia komedi dan sama sama angkat nama dari program televisi komedi di Trans TV, Edric Chandra, salah satu anggota baru di “Extravaganza” yang coba mengadu nasib dilayar lebar lewat film ini dan juga mantan model Shareefa Danish, yang sebenarnya sudah beberapa kali juga tampil di layar lebar, namun akhir akhir ini namanya lebih populer di dunia komedi sejak tampil dalam komedi situasi “Coffe Bean Show”. Di barisan para pemeran pendukung juga tampil nama nama yang sudah cukup familiar bagi penonton Indonesia, seperti Arie Untung, Daus “OB”, Yadi Sembako, Kiwil, Budi Anduk, Pretty Asmara, Robby Tumewu hingga mantan ratu perfilman Indonesia yang tampaknya sekarang cukup puas untuk mendukung film film dengan tema seperti ini yaitu Meriam Bellina.

Film ini mengisahkan tentang Edric (Edric Chandra), cowok ganteng yang belum memiliki pacar. Ibunya, Mer (Meriam Bellina), sangat berharap anaknya segera menikah. Tapi bagaimana menikah, kekasih saja ia belum punya. Mer curiga dengan kelakuan Edric yang dianggap menyimpang. Edric dekat dengan teman-temannya yang "aneh". Mer pernah menjumpai Edric sedang "ditunggangi" Arie (Arie Untung), salah satu sahabat anaknya. Kejadian itu membuat Mer gusar. Ia tak ingin anaknya jadi gay. Namun ketika didesak ibunya, Edric menyatakan telah memiliki kekasih. Pernyataan ini sebenarnya hanya sekadar menyenangkan hati ibundanya, tapi malah jadi masalah lanjutan. Hal itu terbukti ketika Mer menagih Edric memperlihatkan foto kekasihnya. Tanpa pertimbangan yang matang Edric menyodorkan foto seorang wanita yang ia ambil dari majalah. Wanita itu adalah Sharifa, seorang model cantik. Masalah Edric tidak serta- merta selesai dengan menunjukkan foto. Mer mendesak Edric mendatangkan kekasihnya bertemu dengan sang ibu. Inilah yang membuat Edric gusar, pasalnya ia tidak tahu menahu tentang Sharifa. Di sisi lain, Sharifa, model kenamaan itu, telah dijodohkan ayahnya (Robby Tumewu) dengan Dauz Costner (Dauz Sparo). Sharifa menolak perjodohan itu karena ia melihat ayahnya hanya ingin mengincar harta Dauz. Sementara itu, Mer berhasil mengetahui identitas calon menantunya yang jadi model terkenal. Yang tidak ia ketahui adalah, Edric tidak pernah jadi pacar Sharifa. Terlebih lagi, Sharifa adalah anak Robby, musuh bebuyutannya sejak SMA.

Ga usah mengerutkan kening dan garuk garuk kepala jika selama menonton film ini anda banyak menemukan kisah yang banyak ga nyambungnya, karena ini memang disengaja sesuai dengan judul filmnya itu sendiri yang sedikit banyak sudah memberikan anda peringatan sebelum menonton filmnya. Alur cerita yang ada pun hanya sekedar menjadi sarana pendukung bagi sajian humor yang dihadirkan para pemainnya. Sang sutradara Saptadjie memang menyerahkan kepada setiap pemain untuk mengembangkan sendiri humor seperti apa yang ingin disajikan. Pada satu sisi hal ini memang memberikan kebebasan pada pemain untuk mengeksplorasi kemampuannya seperti yang dilakukan oleh Kiwil dan teman-teman yang memang ambil bagian untuk mencandai penonton dengan dialog ataupun adegan slapstick, walaupun seringkali pancingan2 itu juga ga begitu berhasil karena sudah begitu sering dipake dalam berbagai kesempatan film ataupun acara komedi lainnya, jadi bukannya lucu dan bikin tertawa malah bisa bikin kita berucap kata kata klise “Cape Deh……!!”
Lokasi pengambilan gambarnya pun terasa cukup klise karena dalam beberapa bagian tampak sangat mirip dengan lokasi film komedi lainnya yaitu “Asoy Geboy”. Ditambah penampilan sejumlah artis yang sengaja ditampilkan untuk menambah bumbu sensualitas, yang kadang tidak segan segan juga dengan ditampilkan dalam sajian close up.
Edrick Chandra yang diserahkan posisi peran utama juga tampaknya masih kurang mampu mengimbangi akting para komedian senior yang notabene cuma sebagai pemeran pendukung. Karakternya kurang begitu mampu sebagai sentral cerita yang menjadi sosok terlucu, malah ketiban oleh kelucuan kelucuan bintang lainnya. Sementara Shariffa Danish lumayan punya poin lebih karena mampu memunculkan karakter Dewi yang rada katro dengan cukup baik.
So, bagi yang masih sanggup untuk menonton film komedi dengan tema serupa tapi tak sama seperti ini, “Tulalit” masih bisa menjadi stock yang bisa anda tonton sekarang, sebelum stock stock lainnya juga bakalan digelar lagi. (JC)Pemain : Sharrefa Danish, Arie Untung, Meriam Bellina, Robby Tumewu, Edric Chan, Kiwil, Budi Anduk, Yadi Sembako
Sutradara : Saptadji
Penulis : Nestor Katanya
Produksi : Maxima Pictures

Fast And Furious Beraksi Kembali

Film “The Fast and the Furious” adalah salah satu film tentang balapan tersukses yang pernah dibuat. Kesuksesan yang kemudian melahirkan dua buah sequel yang sayangnya kurang memenuhi harapan seperti film pertamanya tadi, apalagi setelah satu persatu para pemeran intinya meninggalkan franchise ini. Namun ada kabar gembira yang akan dibawa oleh film keempat nanti yang tanggal rilisnya untuk sementara telah ditetapkan pada 5 Juni 2009, yaitu para aktor yang telah berhasil membantu lahirnya franchise balap sukses ini akan kembali lagi semuanya membawakan karakter asli mereka, dimulai dari aktor botak Vin Diesel yang aksinya dalam "Babylon A.D" tak lama lagi akan anda saksikan di bioskop bioskop Indonesia, Paul Walker yang sebenarnya masih sempat hadir dalam film kedua “2 Fast 2 Furious”, juga 2 aktris sexy yang ikut membawa peran penting di film pertama dulu yaitu Michelle Rodriguez dan Jordana Brewster. Tampaknya kurang begitu bersinarnya film2 mereka selepas “The Fast and the Furious” akhirnya membawa para bintang2 ini untuk kembali mencoba peruntungan di film yang lumayan membesarkan nama mereka juga ini.

Disutradarai oleh Justin Lin, yang juga menjadi orang di belakang layar film ketiga yaitu “The Fast and the Furious: Tokyo Drift”, sinopsis resmi film yang judulnya disingkat jadi lebih simple “Fast and Furious” ini adalah sebagai berikut:
Ketika sebuah kasus kriminal kembali membawanya menyambangi L.A., mantan kriminal Dom Toretto (Diesel) menyalakan kembali api perseteruannya dengan agen Brian O’Conner (Walker). Tapi ketika mereka harus menghadapi seorang musuh lain yang punya sangkutan masalah pada keduanya, Dom dan Brian harus berusaha mengesampingkan ego mereka masing masing dan bersatu padu untuk dapat menciduknya. Mengemudikan mobil mobil balap kreasi baru dan mengarungi arena racing di padatnya kota Los Angeles hingga ke tandusnya padang pasir Mexico, dua pria ini harus mampu menemukan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah dengan tancap gas dan siap keluar batas dari balik setir mobil mereka.

Di bawah adalah trailer resmi untuk “Fast and Furious” yang juga sempat menjadi trailer pembuka di film aksi balapannya Jason Statham yaitu “Death Race”, berikut beberapa foto yang baru dikeluarkan oleh studio Universal.


Berita terkait lainnya:
* Vin Diesel juga tampaknya masih ingin mengulang karakternya sebagai Riddick yang pernah diusungnya dalam dua film sebelumnya yaitu “Pitch Black” dan “The Chronicles of Riddick”. Walaupun hasil peredaran film ini terbilang biasa biasa aja di negara asalnya sana, “Pitch” dengan $39 juta dan “Chronicles” dengan $57 juta. Yang lebih mengagumkan lagi Vin telah merencanakan untuk membuat dua sekuel sekaligus untuk film ini. Kemanakah kiranya Riddick akan menuju dalam kelanjutan ceritanya nanti? Setelah merebut tahta kerajaan Necromonger dipenghujung filmnya yang terakhir?

(Trailer & Photos Copyright: Universal Pictures)

Emosi Dan Misteri Di Balik Kabut The Mist

“The Mist” adalah horor tentang teror makhluk makhluk asing pemangsa manusia juga horor psikologis yang mengupas keseraman di balik karakter tiap tiap manusia itu sendiri. Digubah dari salah satu novel hasil karya si raja horor Stephen King yang mungkin sudah ga asing lagi di telinga, film ini mengambil setting yang sebagian besar hanya berputar di satu tempat saja yaitu di sebuah swalayan di kota kecil Maine (kota favorit King yang paling sering muncul di cerita2 nya). Setelah badai besar yang melanda kota ini, seorang pria bernama David Drayton (Thomas Jane) bersama anaknya berangkat ke supermarket lokal untuk membeli persediaan makanan. Sudah bisa ditebak, kalau sebagian besar penduduk kota juga akan berkumpul disitu untuk mencari kebutuhan mereka masing masing. Tapi apa yang terjadi kemudian adalah datangnya kabut putih yang menutup pandangan memenuhi setiap sudut kota, sehingga tidak ada seorang pun yang berani menembusnya. Terjebak bersama di dalam supermarket, mereka akhirnya menyadari akan datangnya bahaya yang lebih besar lagi yaitu apa yang berkeliaran dan menunggu didalam kabut itu untuk siap memangsa siapa saja yang berani masuk kedalamnya. Diam dan menunggu bantuan yang tak kunjung juga tiba, masing masing karakter yang berkumpul didalam supermarket kecil ini juga mulai memunculkan taring mereka masing masing, yang mungkin sama ganasnya dengan makhluk makhluk di luar sana. Dimulai dari seorang wanita sok religius bernama Mrs. Carmody (Marcia Gay Harden) yang menjadi provokator dan memantik api di kumpulan manusia yang ingin mencari keselamatan ini, menimbulkan dua kubu yang siap saling menyerang padahal di luar sana masih begitu banyak makhluk haus darah yang siap memangsa mereka. David yang akhirnya diceritakan berhasil lolos dari supermarket itu bersama anak dan beberapa temannya ternyata harus menghadapi kenyataan lain yang tak kalah mengenaskan diakibatkan oleh ketakutan dan kepanikannya sendiri.

Sesuatu yang melegakan saat menonton film ini adalah di saat di begitu banyaknya horor yang mengangkat tema tema sadis sekarang ini, masih ada horor yang coba mengupas dalam karakterisasi dan psikologi seperti ini, dan justru lewat pendekatannya pula, “The Mist” mampu memunculkan ketegangan ketegangan yang keren dan mengesankan. Sutradara Frank Darabont yang juga sudah cukup familiar dalam menangani cerita milik King ke layar lebar, setelah sebelumnya sudah luar biasa berhasil lewat “The Shawshank Redemption” dan “The Green Mile”, kembali berhasil mengemas film ini dengan sangat detil. CGI dan efek make up yang dihasilkan juga termasuk sangat baik diikuti pula oleh beberapa kreasi bentuk bentuk menyeramkan dari monster monster di balik kabut. Tapi bagaimanapun, horor sebenarnya yang ingin dimuncul dari film ini adalah justru bahaya yang bisa timbul dari setiap kondisi kemanusiaan yang ada disini. Skrip adaptasi Darabont dari novel King mampu menerjemahkan setiap karakter dalam film ini dengan cermat, mengambarkan dan mengikuti kondisi kejiwaan masing masing tokoh dalam menghadapi ketakutan dan perlawanan mereka untuk tetap hidup, lewat cara mereka masing masing yang kadang sangat diluar dugaan.

Yang mungkin masih menjadi kelemahan film ini adalah hadirnya beberapa adegan yang masih gampang tertebak. Tapi kemampuan “The Mist” untuk berkoneksi dengan penontonnya lewat plot yang emosional dan memancing rasa ingin tahu, membuat beberapa problem kecil itu cukup mudah untuk dilupakan. Kalau film film monster biasa hanya hadir untuk menakut nakuti kita lewat berbagai aksi brutalnya tapi berbeda dengan film ini yang sanggup menggali lebih dalam lagi lewat permainan emosinya yang siap menghantui perasaan dan pikiranmu lewat pendekatannya yang brilian. Walaupun diputar agak terlambat di Indonesia (hampir berbeda satu tahun dari peredarannya di Amerika, dan mungkin para penonton disini sudah keburu menyaksikannya lewat DVD bajakan) tapi film ini masih sangat sangat layak bagi kamu yang bener bener pengen nonton sebuah film horor yang berkualitas baik. (JC)

Skor: 8

Dunia Penuh Aksi Dashyat Di Hellboy II

Dalam sebuah diskusi singkat yang membahas tentang sequel film film superhero, terdengar selentingan yang mengatakan bahwa bagian pertama dari sebuah film superhero biasanya bermutu cukup lumayan, bagian terbaik adalah di film kedua dan bagian ketiga (biasanya merupakan yang terakhir) adalah yang terburuk. Kalau mau melihat contohnya tengok saja trilogy X-Men, Spiderman, Superman ataupun Batman (episode ke-empat Batman, “Batman & Robin malah adalah yang paling buruk dari semua film superhero yang pernah dibuat, untunglah “Batman Begins” dan “The Dark Knight” berhasil memperbaiki keadaan). Bagaimana dengan Hellboy? Film superhero yang didasari oleh komik yang sebenarnya tak sebegitu populer dari Dark Horse Comic ini, walaupun di bagian pertamanya, sutradara Del Toro sudah mulai menyajikan kemasan visual yang cukup sensasional, namun dari segi cerita, pengkarakteran ataupun plotnya sendiri masih terdapat banyak kekurangan, sehingga hasilnya bisa dibilang cukup lumayan saja dengan hasil peredaran yang juga ok ok saja waktu itu. Namun bersiaplah untuk menikmati sesuatu yang lebih hebat dari Hellboy episode kedua ini, menawarkan jalinan cerita yang lebih dahsyat, visualisasi yang lebih memukau yang diwarnai pertarungan pertarungan yang menakjubkan antara sang superhero merah dengan makhluk makhluk khayal yang didesain lebih hebat dari film terdahulu. Yang sedikit mengecewakan mungkin hasil peredarannya di Amrik sana yang tidak begitu sesuai harapan, mungkin penyebabnya adalah kesalahan penentuan jadwal edarnya yang terjepit antara dua film sukses, “Hancock” dan “The Dark Knight”.

Sutradara Hellboy, Guillermo del Toro tampaknya adalah salah satu pencinta berat tokoh komik berwarna merah membara ini. Usahanya tak pernah berhenti untuk mewujudkan impiannya menciptakan lanjutan film Hellboy ini, walaupun hasil film pertamanya agak kurang memenuhi harapan dan menuai kritik yang beragam. Del Toro tak pernah patah semangat untuk terus memperjuangkan superhero kesayangannya ini. Nasib baik tampaknya memang berpihak kepadanya, sejak namanya kian bersinar lewat “Pan’s Labyrinth” yang banyak meraup review positif dan penghargaan dari berbagai festival film. Studio Universal berkenan untuk mendanai kelanjutan nasib film ini, setelah studio yang mendanai Hellboy pertama, Revolutionary Pictures ditutup. Del Toro tentu sangat bersemangat dengan lampu hijau yang telah diberikan ini dan juga dana yang lebih besar dibandingkan projek pertamanya dulu, dengan tak kenal lelah dia berusaha memperbaiki segala kekurangan dari film pertama yang tentunya bakal membawa hasil yang lebih baik lagi di film kedua ini.
Plot yang ditawarkan oleh “Hellboy II: The Golden Army” ini juga lebih tajam dan sarat humor, hampir sebagian besar alur cerita akan diisi dengan adegan dan dialog yang bisa bikin kita tertawa, dimana hal ini sangat bagus karena Hellboy II malah akan keliatan aneh kalau dibawa terlalu serius. Yang lebih penting lagi, filmnya akan diisi pula dengan adegan adegan action terbaik yang mungkin adalah salah satu terbaik dari semua film adaptasi komik yang pernah dibuat, alias ga bakal kalah deh kalo diadu sama “Iron Man” dan “The Dark Knight” apalagi “The Incredible Hulk” atau “Hancock”.

Relasi antara karakternya juga akan semakin berkembang disini, Hellboy (Ron Perlman) dan Liz (Selma Blair) diceritakan telah hidup bersama, tapi ada sesuatu yang sedang menjanggal dalam hubungan mereka. Masih seperti yang dulu, mereka juga tetap menjalani hari hari mereka untuk memberantas makhluk makhluk supernatural bersama teman mereka, sang manusia ikan Abe (Doug Jones). Satu hari seorang peri bersenjatakan pedang menyerang gedung pelelangan, Hellboy pun datang untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, BPRD organisasi dimana Hellboy bekerja menemukan fakta bahwa peri yang bernama Nuada ini sebenarnya adalah seorang pangeran dari para makhluknya yang telah muak melihat manusia berkuasa atas bumi dan berusaha untuk mengembalikan dominasi para makhluk mistik di bumi ini. Rencana Nuada adalah mengumpulkan tiga potongan mahkota yang mampu memberinya kekuatan untuk membangkitkan pasukan emas, yaitu sekumpulan prajurit robot tak terkalahkan yang dirakit oleh para goblin. Sementara, para penguasa di pemerintahan merasa agak resah dengan popularitas Hellboy yang semakin tinggi dan menunjuk Johann Krauss untuk memegang kendali di BPRD dan juga atas maksud untuk mengendalikan Hellboy. Johann aslinya adalah sebuah makhluk ektoplasma yang harus menggunakan baju khusus yang bisa mencegah tubuhnya buyar dan hilang (makhluk yang aneh….??). Hellboy asli ga bisa bekerja sama dengan makhluk aneh ini tapi mau tidak mau tuntutan tugas harus memaksa mereka bekerja bersama untuk menghentikan rencana sinting si Nuada. Mereka harus menghalang Nuada mendapatkan potongan terakhir mahkota yang ternyata dipegang oleh saudara kembar Nuada sendiri yaitu Putri Nuala. Sang putri sama sekali ga setuju dengan niat busuk Nuada dan tetap ingin menjaga keseimbangan antara dua dunia berbeda ini. Dengan segala upaya Hellboy dan team-nya harus melindungi Nuala yang diceritakan bakal punya kisah romantis dengan Abe, dan juga melawan Nuada beserta pasukan monster, peri, dan makhluk makhluk mistik jahat lainnya.

Setelah membaca sinopsisnya ini, maka kita pasti punya pikiran kalo cerita Hellboy II ini sungguh benar-benar adalah sebuah fantasi sejati dengan segala makhluk khayal yang semakin banyak mengisinya. Tapi dengan balutan efek khusus luar biasa, sajian aksi yang spektakuler juga visual yang mengagumkan dari seorang Guilermo del Toro, si raja imajinasi, segalanya tampak layak untuk disaksikan dan bisa menjadi hiburan segar yang sangat berkualitas tinggi. (JC)



STILL GALLERY:


Komedi Nyerempet Yang Asoy Geboy

Lagi lagi film Indonesia mengandalkan komedi nyerempet untuk menjaring penonton, kayanya trend ini masih bisa terus exist walaupun kita berharap adanya perkembangan dalam genre film di Indonesia (yang sudah mulai coba dirintis oleh Rudi Soedjarwo lewat film2 sportnya seperti "Sebelah Mata" dan "Liar" juga Hanung Bramantyo lewat drama religi sukses "Ayat Ayat Cinta") bukannya cuma terus menerus ikut-ikutan arus yang masih banyak terjadi seperti saat ini. Salah satu bintang utama "Asoy Geboy" ini yaitu Raffi Ahmad tampaknya memang lagi laris-larisnya di layar lebar, setelah belum lama muncul lewat film “Liar”, sekarang hadir lagi dalam komedi yang kayanya pengen mencoba mengulang masa jaya film2 Warkop DKI ini. Dipasangkan bersama dua bintang humoris lainnya yaitu Argo ‘AA Jimmy’ dan Rizky Mocil, juga tema cerita komedi yang rada rada nyerempet dan banyak menampilkan wanita wanita seksi, film produksi MD Entertainment yang juga baru saja melaunching film “Oh Baby” ini memang seakan ingin mengulang nafas dan irama komedi2 era Warkop dulu.

ASEP (RIZKY MOCIL), HILMAN (ARGO ’AA JIMMY’) dan DIDI (RAFFI AHMAD), anak kampung dari desa SEMILIR ANGIN, ke Jakarta untuk kuliah dan meraih gelar Sarjana. Keberangkatan mereka di doakan oleh seluruh warga kampung yang menaruh harapan besar buat mereka, supaya bisa memperbaiki nasib desa nya. Di Jakarta mereka tinggal di rumah besar milik paman Didi yang ternyata bertetangga dengan asrama stripper yang berkedok asrama Tour dan travel. SALMA (ULI AULIANI), LOLYTA (INDAH KALALO) dan MEMEY (ALIA ROSA) adalah stripper penghuni asrama. Memey kini sedang hamil muda tanpa suami, sementara Salma dan Lolyta mencarikan Memey lelaki yang bisa mereka jerat. Hingga mereka menemukan Asep. Asep kini dituduh telah menghamili Memey. Asep tidak berkutik. Sementara itu, Lolyta semakin dekat dengan Didi dan Hilman semakin dekat dengan Salma. Dengan berbagai kejadian ini, apakah Asep, Hilman dan Didi berhasilmeraih cita-cita mereka? Bagaimana pula dengan hubungan mereka dengan Memey, Salma dan Lolyta?

Jenis Film : Comedy
Produser : Dhamoo Punjabi, Manoj Punjabi
Produksi : Md Pictures
Homepage : www.asoygeboythemovie.com
Durasi : 90 Min
Pemain : Raffi Ahmad, Indah Kalalo, Uli Auliani, Alia Rosa, Rizky Mocil, Argo ‘aa Jimmy’, Tarzan, Meggy Z
Sutradara : Arie Azis
Penulis : Aviv Elham

(Bahan: Cineplex 21)

Mirrors Mirrors on the Wall, Who’s the Scary One of All

Saat ini di bioskop bioskop Indonesia sedang diputar film horror Hollywood “Mirrors”. Yang cukup menarik film ini diputar dalam waktu bersamaan dengan penayangannya di U.S sana hampir mirip dengan kasus film film blockbuster seperti “The Dark Knight”, “Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull”, “Iron Man” ataupun "The Mummy 3". Walaupun jelas jelas film ini sebenarnya ga berada pada level yang setingkat dengan film film yang gue sebutkan diatas. Kenapa Indonesia ga masukin duluan film yang juga lagi diputar di U.S bersamaan dengan horror ini yaitu komedi terbarunya Ben Stiller bersama Jack ”Panda” Black dan Robert “Iron Man” Downey Jr. “Tropic Thunder” duluan yah? But whatever. Karena “Mirrors” udah maen duluan dan gue dah (gak sengaja) nonton, here the reviews.“Mirrors” berkutat di kehidupan seorang mantan polisi bernama Ben Carson yang terpaksa lepas lencana setelah sebuah kasus pembunuhan. Mendapat pekerjaan baru sebagai penjaga malam di sebuah gedung bernama Mayflower yang telah hangus terbakar dalam sebuah insiden. Keanehan keanehan mulai dialaminya lewat cermin cermin yang seakan memenuhi gedung itu, kadang dia menangkap bayangan yang sama sekali berbeda dari kenyataannya. Tidak sengaja menemukan dompet yang tertinggal disana, yang usut punya usut dimiliki oleh penjaga malam sebelumnya. Ben menemukan kenyataan lain yang cukup megerikan yaitu orang yang dicarinya itu telah meninggal dengan kondisi yang sangat mengenaskan, dan sebelum peristiwa sang korban malah sempat mengirimkan paket berisi fakta fakta menyeramkan tentang gedung tempatnya bekerja kepadanya. Kondisi semakin kritis ketika adik perempuan Ben juga ditemukan telah tak bernyawa dalam kondisi yang tak kalah mengenaskan. Menebak kalau cermin cermin itulah akar malapetaka yang menimpa mereka, Ben dengan segala daya upaya mencoba meyakinkan dan menjauhkan istri dan anak2nya dari benda benda itu sekalian mencari dalang yang asal mula menimbulkan kutukan ini.Buat seseorang yang (tanpa sengaja) selalu mengikuti perkembangan horror horror remake Hollywood dari film Asia, secara langsung ataupun tidak “Mirrors” jelas jelas adalah sebuah film yang terasa layaknya gado gado dari film film horror tersebut. Ide cerita film ini berasal dari film Korea berjudul “Into the Mirrors” yang menceritakan tentang roh penasaran yang menghantui sebuah mall lewat perantaraan cermin. Ga mau menjiplak mentah-mentah film aslinya, sutradara Alexandre Aja yang sebelumnya terkenal lewat horror2 sadis yang diantaranya adalah “The Hill Have Eyes” mencoba merangkai cerita baru lewat ide cermin berhantu tadi. Dan jadilah sebuah bentuk baru yang ternyata mengingatkan kita pada horror Asia lainnya yaitu “The Ring”. Kenapa “The Ring”? Karena, kalau dalam versi aslinya dalam film ini dipaparkan kalau roh penasarannya adalah seorang wanita yang terbunuh dan dikuburkan di balik salah satu cermin di dalam gedung mall itu, yang kemudian berusaha membalas dendam kepada sang pelaku pembunuhan lewat bantuan seorang satpam mall yang dihantuinya. Di versi Hollywood ini, roh penasarannya itu diceritakan berasal dari seorang anak gadis berumur 12 tahun yang dari perilaku ataupun penampilannya jelas jelas langsung akan mengingatkan kita pada sosok Sadako dari film “The Ring” tadi. Lagi lagi ga ada hal baru yang coba ditawarkan oleh Aja lewat besutannya ini, bukan jalan ceritanya yang bikin kita takut hingga melonjak dan tutup mata tapi dikarenakan musik yang sangat bikin pekak telinga dan adegan adegan sadis khas Aja yang makin lama makin jijik untuk dinikmati.
Walaupun cukup terbantu sedikit oleh akting solid aktor Kiefer Sutherland yang mau-maunya main di film ini gara gara katanya menunggu syuting versi bioskop serial televisi sukses yang dibintanginya, “24” yag diundur waktunya. Dan juga setting yang cukup mencekam dari gedung Mayflower yang konon dibesut langsung di gedung Academy of Science di Bucharest, Rumania. Sebuah gedung yang dibangun oleh seorang komunis bernama Nikolae Ceausescu, tapi tidak pernah selesai karena sang empunya ini keburu meninggal di tahun 1989.
Tapi jalan cerita yang sangat mudah ditebak dan kebodohan-kebodohan khas film horror yang terus terulang dan diulang tetep jadi poin minus untuk film ini.


powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme