Revalina!!!!Oh, my God


Oh, my god Revalina dan Ringgo kembali dalam satu film lagi. Setelah beradu peran di film horror( yang pasti kamu tahu judulnya), terus kata media cinta lokasi. Akhirnya sekarang jadi beneran. Kini mereka will be back dengan menjadi sepasang kekasih di film "Oh my God". Film drama komedi percintaan yang menceritakan

Ipin (Desta Clubeighties), anak SMA “ketuaan” untuk teman-teman sebayanya. Karena masalah ekonomi, dia selalu telat mendaftar ke sekolah. Ia mempunyai bakat menyanyi yang unik, yaitu ala Broery Pesulima, penyanyi era 70-an

Ipin naksir dengan teman sekelasnya, seorang gadis kaya, cantik dan pintar bernama Tiara (Revalina S. Temat). Tiara adalah pacar dari Marco (Ringgo Agus Rahman), kapten tim basket sekolah dan juara favorit cover boy di sebuah majalah. Singkat cerita Marco adalah musuh bebuyutan Ipin. Marco akan menghalalkan segala cara agar Ipin musnah dari sekolah itu, apalagi ketika Ia mengetahui bahwa Ipin juga berniat menjadi pacar Tiara!

Karena berbeda status, Ipin yang hanya seorang anak keluarga biasa bermimpi menjadikan Tiara yang berasal dari keluarga mampu dan berkecukupan untuk jadi pacarnya. Banyak halangan dan rintangan yang harus dilalui dan diterima oleh Ipin.

Termasuk Marco (Ringgo Agus Rahman) pacar Tiara yang juga merupakan anak yang berasal dari keluarga berada. Serta teman-teman sekolahnya yang tak sedikit sering mengejek dan mencibirnya.

Ipin memberikan usaha terbaiknya untuk merebut hati Tiara, bahkan dengan cara yang cukup kontroversional.

Suatu hari, di sekolah mereka ada pemilihan ketua OSIS. Tiara menjadi salah satu kandidatnya. Ipin sangat bersemangat mendukung Tiara. Walaupun Ipin sempat tersandung masalah dengan Tiara dan pihak Sekolah, Ipin tak gentar dan berdiam begitu saja.

Sejak saat itulah hati Tiara mulai terbuka kepada Ipin. Akhirnya mereka berdua menjalin cinta. Terbukti, cinta tak hanya memandang harta dan tahta. Perbedaan status dan golongan dengan cinta dapat dipersatukan.

Selain Ringgo, Desta dan Revalina, 'Oh My God' juga dibintangi personel Duo Maia, Maia. Film ini merupakan debut Maia di layar lebar. Ia berperan sebagai orangtua Tiara. Sebagai ibu, Maia melakoni peran antagonis. Ia cukup jutek ketika tahu Ipin mendekati putrinya.

Maia tak begitu banyak muncul dalam film. Aktingnya juga masih biasa saja. Meski begitu ia cukup cocok menjadi seorang ibu yang galak dalam film tersebut.

Film yang mengusung drama komedi percintaan rupanya masih memiliki daya tarik sendiri bagi penikmat film Indonesia. Drama cinta yang disajikan dalam film ini juga terbilang sangat sederhana.Kita lihat bagaimana Key Mangunsong, salah satu penulis dalam film ini memberikan sentuhannya. Dimana ia pernah jadi bantuin Hilman dan Boim dalam novel Lupus

Namun, ada satu pemandangan yang beda dan tersaji dalam komedi percintaan ini. Kungfu yang kocak dapat menambah unsur komedi dalam film ini. Sayang konflik kisah cintanya tergolong biasa-biasa saja.

Secara keseluruhan dapat dikatakan 'Oh My God' biasa-biasa saja. Setting lokasi juga terbilang biasa, namun cukup pas untuk film bergenre drama komedi percintaan. Film karya sutradara Rako Prijanto ini bisa dibilang hanya sekadar menyajikan hiburan saja.

Difilm yang bergenre drama komedi, Revalina S Temat mengaku mendapatkan pengalaman-pengalaman menyenangkan bersama lawan mainnya. Reva juga mengaku kecewa, karena beberapa adegan seru yang diperankannya banyak dipotong.

Tetapi apakah sosok Ipin yang sederhana dan tidak ganteng bisa memikat Tiara yang sangat rupawan? Apakah hal ini akan berhasil? atau bahkan menyebabkan konflik yang justru lebih besar dengan Tiara, Marco dan Geng Populer?


Pemain :Desta Clubeighties,Revalima S. Temat,Ringgo Agus Rahman,

Sutradara :Rako Prijanto

Penulis :Raditya,Key Mangunsong

Jenis Film :Drama/comedy

Produser :Reza Hidayat, Daniel Rahmad, Vena Annisa, Indra Birowo

Produksi :
Oreima Films & Peach Blossom Media

Skenario Akhir Zaman-nya Babylon A.D.

Ada satu fakta yang sangat mungkin terjadi pada sebagian besar manusia yaitu kita sangat sangat mengkhawatirkan masa depan dan selalu ingin mencari tahu tentang apa yang akan terjadi nantinya. Dan disana juga selalu ada seseorang yang selalu mencoba memanfaatkan ketidakpastian masa depan ini dengan berusaha meramalnya. Berbagai jenis ramalan yang menyangkut kehidupan manusia ini terus berlanjut hingga muncul juga ramalan tentang akhir zaman nanti. Sebagai hasilnya, dunia film yang juga selalu berkiblat pada apa yang sedang menjadi realita di dunia saat ini juga mencoba menciptakan berbagai film yang menceritakan tentang akhir zaman, dan film film seperti ini biasanya juga sangat digemari oleh penonton yang tentunya akan menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi para produsernya. Salah satu jenis bentuk kehancuran dunia selain tentunya amukan alam yang sering diangkat kedalam bentuk film adalah teknologi yang semakin hilang kendali dan akhirnya mengambil alih kuasa manusia di bumi, beberapa contoh film yang telah mewakili cerita serupa adalah “The Matrix” atau “Blade Runner”, dan di tahun ini kembali satu bentuk skenario akhir dunia lewat teknologi kembali dihadirkan dalam film, “Babylon A.D.” yang juga merupakan aksi terbarunya dari bintang laga plontos Vin Diesel.“Babylon A.D.” adalah adaptasi dari novel karya penulis prancis Maurice G. Dantec yang berjudul asli Babylon Babies. Yang cukup menarik dari Dantec sendiri adalah sebenarnya dia adalah juga seorang musisi punk rock, maka tidak heran kalau tulisannya kadang juga merefleksikan musik punk rock yang menjadi kelebihannya ini. Novel Babylon Babies sendiri menceritakan tentang seorang prajurit veteran yang menjadi seorang upahan yang disewa untuk mengantar seorang gadis muda dari Russia ke Kanada. Di masa kita sekarang mungkin kalau untuk menuju Kanada dari Rusia sangatlah gampang karena tinggal naik pesawat terbang saja, tapi tidak di dunia dalam cerita fiksi milik Dantec ini. Dalam versi dunia masa depannya Dantec menggambarkan negara negara yang telah mengalami perubahan yang sangat begitu besar, manusia terkelompokkan berdasarkan kepercayaan atau etnis mereka masing masing. Sang prajurit upahan yang bernama Toorop ini harus menjalan tugas yang sangat berat karena dia juga akhirnya mengetahui sebuah fakta lain kalau gadis yang harus diungsikannya ini juga telah terinfeksi oleh sebuah virus yang mampu membawa kehancuran populasi dunia karena mengizinkan manusia untuk mengontrol DNA mereka masing masing. Beberapa golongan politik pun mulai ikut campur juga dalam masalah ini dan berusaha merebut sang gadis guna memanfaatkannya untuk kepentingan mereka sendiri. Dengan menyewa para prajurit upahan lainnya, cyborg hingga para kriminil, mereka berusaha menghadang perjalanan Toorop dan sang gadis.Disutradarai oleh Mathieu Kassovitz, sutradara asal Prancis yang menerjamahkan novel berbahasa Prancis ini ke dalam sebuah skenario Inggris, dengan tetap mempertahankan plot asli ceritanya dan hanya mengubah beberapa elemen penting yaitu Toorop bukan mengungsikan sang gadis ke Kanada tapi ke New York, dalam perjalanannya juga mereka akan ditemani oleh seorang biarawati bernama Sister Rebecca. Vin Diesel yang waktu itu ditawarkan untuk menjadi pemeran utama dalam film ini sebagai Toorop, sebenarnya juga dalam pembicaraan untuk berperan dalam sebuah film arahan sutradara Prancis lainnya yaitu Xavier Gens, dan film yang dimaksud adalah “Hitman” yang merupakan salah satu adaptasi game action sukses. Tapi yang terjadi kemudian mungkin ada yang sudah tau karena Diesel sama sekali batal untuk tampil dalam “Hitman” yang kemudian digantikan oleh Timothy Olyphant, semuanya dikarenakan Diesel lebih memilih untuk tampil dalam film “Babylon A.D.” ini. Sebagai pelengkap Diesel, ratu laga Hong Kong Michelle Yeoh didapuk untuk menjadi Sister Rebecca. Yeoh memang tampak cukup laris manis tahun ini karena selain film ini, dia juga tampil dalam “The Mummy 3” dan “Children of Huang Shi”.Dengan berbagai masalah yang terjadi selama syuting “Babylon A.D.” berlangsung, mulai dari masalah budget, lokasi yang sering berganti tempat karena masalah iklim dan cuaca hingga rumor tentang bertingkahnya Diesel di lokasi syuting karena sering melanggar jadwal hingga terus tertundanya proses syuting dan molor dari waktu yang telah direncanakan. Mampukah film ini menghadirkan sesuatu bentuk film action yang maksimal dan dicintai oleh para penggila film sejenis? Kalau bicara dari segi potensial sih film ini jelas punya nilai jual yang cukup kuat karena adanya dua bintang laga terkenal didalamnya dan juga skrip yang memang dirancang untuk menampilkan aksi aksi yang memikat dan bombastis. (By JC)

Horror Indonesia Bikin Karma

Film Indonesia memang sudah identik dengan horror, entah kenapa genre satu ini seakan bagai bagian yang tak terlepas dari perkembangan perfilman di negeri ini. Mau BBM naik, demo dimana mana, suasana politik yang gonjang ganjing, tetep aja film horror terus diproduksi dengan mutu yang pas-pasannya. Bulan Juli ini tepatnya di tanggal 24 nanti di bioskop-bioskop tanah air bakal beredar sebuah horror yang agak lain dari yang lain, dari posternya saja sudah bisa terbaca kalau film satu ini akan mengambil latar belakang etnis Tionghoa (yang gue pikir mungkin film-nya lebih cocok beredar saat musim Imlek-an). Dengan jajaran aktor dan aktris yang juga notabene memiliki latar belakang keturunan hingga sutradaranya sendiri yaitu Allan Lunardi. “Karma” jadi satu pilihan tontonan yang menarik yang coba mengangkat tema yang lebih bervariasi lewat salah satu keunikan tradisi yang ada di Indonesia ini. Mantan model yang beralih profesi ke dunia layar lebar dimulai dari keikutsertaannya dalam film garapan Nia Dinata “Berbagi Suami,” Dominique akan menjadi pemeran utama dalam horror ini. Walau masih keturunan Tionghoa, Dominique mengaku tetap melakukan riset dan eksplorasin tentang tradisi dan budaya Tionghoa agar dapat lebih mendalami perannya dalam film. “Bagi aku difilm ini sangat berbeda, ceritanya penuh inspiratif, dan dengan genre-nya yang horor. Film ini tetap mengandung pesan yang berguna buat masyarakat,” ungkap Dominique.

Karma menurut ensiklopedi bebas di Wikipedia mengandung makna hasil. Terjemahan bebasnya adalah apa yang kita kerjakan di masa kini akan berbuah di masa mendatang. Filmnya sendiri menceritakan tentang kematian-kematian yang misterius dalam Keluarga Guan. Salah satu keturunan mereka, Armand (Joe Taslim) jatuh cinta pada Sandra (Dominique Agisca). Sandra adalah anak satu-satunya dari keluarga yang cukup berada. Di tengah-tengah kacaunya situasi negara pada Mei 98, Sandra diungsikan ke Melbourne, Australia. Di sinilah ia bertemu dengan Armand, anak lelaki dari istri kedua Phillip (Hengky Solaiman), ayahnya, anak pertama dari kakeknya,Tiong Guan (H.I.M. Damsyik). Ibu Armand meninggal secara misterius setelah meahirkannya. Begitu pula istri pertama ayahnya setelah melahirkan Martin (Verdi Solaiman), kakak tirinya, dan istri-istri kakeknya juga meninggal secara misterius setelah melahirkan anak pertama. Armand yang merindukan figure wanita di kehidupannya pun jatuh cinta pada Sandra. Namun hubungan mereka tidak disetujui keluarga Sandra. Armand yang begitu mencintai Sandra menjadi kekuatan hidupnya yang baru. Maka ketika akhirnya ia mengandung anak Armand di luar nikah dan diusir oleh keluarganya, Sandra tidak peduli dan pulang ke Indonesia karena janji Armand untuk menikahinya. Sandra tidak sabar untuk menikmati menjadi bagian dari keluarga Armand dan perempuan satu-satunya di keluarga Guan. Di awal cerita akhirnya, Armand memperkenalkan Sandra kepada anggota keluarga Guan. Kakek Armand, Tiong Guan (H.I.M. Damsyik) yang sudah lumpuh karena stroke, menyambut mereka dengan lemparan gelas hingga pecah berantakan. Lalu, ada kakak tiri Armand, Martin (Verdi Solaiman); yang ibunya pun meninggal secara misterius, terlihat agak sinting dan selalu mengurung diri di kamar. Kejadian-kejadian aneh muncul sejak malam pertama Sandra tinggal di rumah keluarga barunya itu. Suara gemerincing gelang kaki yang membuat bulu kuduknya berdiri sering sekali terjadi saat ia seorang diri. Setelah itu, Sandra selalu dihantui oleh sosok seorang wanita berpakaian pengantin Cina kuno dan suara-suara yang menyuruhnya pergi dari rumah itu. Karena cintanya pada Armand dan keadaannya yang tengah hamil 6 bulan, Sandra pun bersikeras untuk tetap tinggal dan mencari tahu misteri apa yang ada di balik malapetaka yang terjadi pada semua perempuan di keluarga Guan, walaupun keselamat-an dirinya terancam.

Selain Dominique, yang juga turut mengisi jajaran cast film ini adalah Jonathan Mulia, cowok yang juga penyiar yang juga sudah tidak begitu asing lagi bagi penonton Indonesia dan Jenny Chang, mantan atlet bola basket yang kini terjun ke dunia layar lebar dan harus harus berperan sebagai anak tunggal dari keluarga mapan yang meninggal dan menjadi hantu dalam film ini. Bagaiman pendapat mereka sendiri tentang film ini? Jonathan yang sebelumnya bisa dilihat aktingnya dalam Gie dan Mirror ini mengaku kurang percaya dengan yang namanya Karma, “Untuk dibilang percaya, mungkin enggak ya. Tapi namanya anak sekarang, kadang-kadang kalau mengalami sial suka bilang ya ini memang udah karma gue,” selorohnya. Dalam film ini, Jo berperan sebagai Guan dalam versi masa lalu. Di sana diceritakan bahwa Guan adalah seorang Tionghoa totok dan mau tak mau meyakini hadirnya karma dalam kehidupannya. Sementara Jenny mengalami pengalaman yang cukup unik sepanjang syuting berlangsung. Dalam upaya menolak bala atas perasaan takut ataupun kejadian yang tidak diinginkan, cewek satu ini malah dapat angpau, “Iya, dalam budaya Chinese, untuk menolak bala terhadap seseorang, biasanya orang tersebut dikasih angpau,” katanya saat ditemui dalam acara Gala Premiere film terbarunya tersebut pada Selasa (16/7) malam di Plaza EX Jakarta. “Karena pada awalnya saya sangat takut untuk masuk ke peti mayat yang sudah berusia cukup tua, makanya saya dikasih Angpau supaya tidak terjadi apa-apa sama saya,” tukas Jenny. “Kostum hantunya panas banget, dan bajunya itu persis kayak orang meninggal di Hongkong,” ungkap Jenny. “Apalagi aku juga harus tidur di peti mayat tua itu, lengkap deh pengorbanan aku, keringetan plus merinding.”

Prediksi: Karena blum nonton filmnya, gue coba mereview awal film ini berdasarkan trailernya yang telah gue liat. Dari segi ide dan setting sih kayanya film ini udah cukup berhasil menghadirkan sesuatu yang baru kalo dibandingkan horror yang lain, tapi kesan sinetron masih tampak melekat banget pada adegan2nya, penampakan hantu nya juga ga nyeremin dan terkesan biasa aja. (By JC)

(Bahan-bahan: Cineplex21, Siaran Pers)

Mummy 3 Dan Reunian Para Pemburu Harta Karun

Ada sesuatu yang menarik di peta perfilman dunia tahun ini, dimana bisa terlihat kalau selain didominasi oleh tentunya film2 lanjutan atau sequel dan juga superhero, film2 tentang petualangan pemburu harta karun juga mulai naik daun lagi. Di akhir tahun kemarin lanjutan National Treasure yaitu “The Book of Secret” berhasil menuai laba yang malah melebihi film perdananya. Sukses ini kemudian menyuburkan kompetisi film sejenis di tahun ini, liat saja “Fool’s Gold” sebagai contoh yang coba latah bereksperimen di lahan yang sama pada awal tahun ini, Asia juga tidak mau kalah ketika Korea Utara juga memproduksi Indiana Jones versi mereka sendiri dalam “Once Upon A Time In Korea”. Puncaknya di musim panas ini ketika dua pemburu harta karun lawas kembali mencoba peruntungan mereka yang sempat diambil oleh film2 lain dengan tema sejenis itu. Dimulai oleh kembalinya si gaek Harrison Ford untuk memerankan Indiana Jones setelah cuti hampir 20 tahun dari karakter itu lewat “Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull” di bulan Mei kemarin. Dan tak mau kalah dengan Jones, keluarga pemburu harta karun O’Connell yang terkenal lewat franchise “The Mummy” juga akan kembali menggelar petualangan terbaru mereka di bulan Agustus ini. Memang kalau dibandingkan dengan Jones, franchise The Mummy bisa dibilang masih relatif lebih baru. Kalau Indiana Jones kemarin tampil seakan akan memang cuma sekedar untuk kepentingan reunian semata, tanpa ada unsur baru yang lebih menarik yang bisa membedakannya dengan film2 pemburu harta karun pengekornya. Bagaimana dengan “The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor”? kalau menurut gue sih yah setali tiga uang alias sami mawon lah dengan Jones, Mummy juga cuma sekedar menjual faktor reunian selain tentunya setting dan special effect yang jor-joran yang sudah menjadi ciri khas genre ini. Mungkin bisa lebih menarik lagi kalau reunian para pemburu harta karun tahun ini juga diwarnai oleh kembalinya Lara Croft lewat petualangannya dalam “The Tomb Raider”.

Yang akan saya bahas disini adalah sequel terbarunya The Mummy yaitu “The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor” tadi. Hal yang cukup menarik dari film terbarunya ini adalah settingnya yang bukan lagi di Mesir beserta pyramid dan gurun pasirnya lagi tapi semuanya secara drastis dipindahkan ke China beserta tembok besar dan legenda terakota-nya. Apa sih yang memicu perubahan yang sangat drastis ini? Mungkin kalau ingin tahu jawaban sesungguhnya, kita harus merunut dari awal ketika dicetuskannya ide untuk melanjutkan franchise “The Mummy” ini. Alkisah, pada tahun 2001 sutradara dua film Mummy sebelumnya yaitu Stephen Sommers sudah merencanakan untuk kembali membuat film Mummy yang ketiga dan dia berusaha menemukan satu ide cerita yang cukup menarik dan harus lebih baik dari dua film pendahulu agar para pemain kembali tertarik untuk bergabung. Tapi di bulan Mei 2004, Sommers malah mengurungkan niatnya walaupun ada sinyal positif dari seluruh bintang yang sudah siap sedia untuk mendukung kembali film ini. Di bulan Desember 2005, dua penulis naskah film Alfred Gough dan Miles Millar menawarkan sebuah skrip kepada pihak Universal yang bercerita tentang Mummy China yang disinyalir sebagai penguasa China pertama yaitu kaisar Qin Shi Huang yang dalam ceritanya terbangkitkan kembali dan ingin menguasai dunia dengan pasukannya dilatar belakangi setting tahun 1940an. Kemudian di bulan Maret 2006, aktor Oded Fehr yang berperan sebagai pejuang Mesir di dua film awal Mummy buka suara kalau sutradara Stephen Sommers telah mengatakan kepadanya bila film ketiga Mummy telah masuk tahap perencanaan dan penulisan, tapi hanya dua karakter yang diperankan Brendan Fraser dan Rachel Weisz saja yang akan kembali meneruskan penampilan mereka di sequel ketiga ini. Tapi di bulan Januari 2007, pihak pendana Universal Studio mengumumkan kalau sutradara Stephen Sommers tidak akan lagi mengarahkan film ketiga ini dan akan digantikan posisinya oleh Rob Cohen, sutradara yang terkenal lewat “The Fast and the Furious” dan “XXX”, dengan cerita yang akan lebih berfokus kepada Alex O’ Connell anak tokoh utama serial ini yang telah diperkenalkan di film kedua yang lalu, dan juga setting ceritanya tidak lagi menggunakan latar belakang gurun pasir Mesir, tapi para produser telah memutuskan memakai ide cerita milik Alfred Gough dan Miles Millar. Dengan demikian, jelaslah sudah bila lengsernya Sommers sebagai sutradara franchise ini mengakibatkan berubahnya ide cerita film ini yang akhirnya mengakibatkan juga artis cantik Rachel Weisz yang dengan sangat sempurna menghidupkan tokoh Evy O’Connell di dua film sebelumnya ikut menarik diri untuk tampil kembali di film ini. Posisi Rachel akan digantikan oleh artis Maria Bello yang berjanji akan menampilkan sosok Evy yang lebih berbeda dan lebih tangguh.

Mengambil setting China dan mummy-nya, jelas jelas tidak afdol bila tidak ada artis asli sana yang memegang peranan penting di film terbaru ini, maka beruntunglah sekali Rob Cohen karena dua bintang laga paling terkenal Jet Li dan Michelle Yeoh dengan senang hati ikut bergabung di tim suksesnya. Jet Li disini jelas akan berperan sebagai tokoh utama Kaisar Qin Shi Huang yang berniat ingin menguasai dunia setelah terbangun dari tidur panjangnya yang diakibatkan oleh kutukan seorang penyihir yang diperankan oleh Michelle Yeoh, yang dengan kekuatan sihirnya mengakibatkan kaisar ini beserta seluruh pasukannya menjadi patung terakota. Rick O’Connell dan istrinya Evelyn sebenarnya telah lama pensiun dari dunia gali menggali kuburan mummy dan menetap di Inggris, tapi ternyata anak mereka yang telah beranjak remaja Alex meneruskan kebiasaan buruk kedua orang tuanya itu dan yang kemudian mengakibatkan bangkitnya kembali si mummy China. Mau ga mau sebagai orang tua yang sangat menyayangi anaknya, dua petualang ini kembali turun tangan untuk menolong Alex sekaligus menghentikan niat busuk sang kaisar keji. Petualangan yang sangat seru telah menanti mereka di China hingga ke Himalaya, dari melawan para prajurit terakota hingga berjibaku dengan Yeti, si manusia salju dan juga naga berkepala tiga. Yang sangat menarik dari dua film Mummy sebelumnya selain tentu efek dan action yang luar biasa adalah porsi komedi yang sangat kental hasil racikan Sommers, pertanyaannya sekarang apakah Rob Cohen yang selama ini terkenal sebagai sutradara film action serius itu mampu memberikan sentuhan komedi yang pas untuk film ketiga ini? (By JC)

Film “The Mummy: Tomb of the Dragon Emperor” baru akan beredar di Amerika tanggal 1 Agustus nanti tapi berbahagialah para penonton di Indonesia karena kita bisa lebih awal menyaksikan film petualangan seru dan spektakuler ini yang akan di edarkan disini tanggal 31 Juli 2008.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme